Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi sekelompok orang yang memiliki kebutuhan yang sama dan mengarahkan
mereka agar mereka bersedia melakukan pekerjaan sesuia dengan pengarahannyadan
pada akhirnya mencapai tujuan yang sudah ditetapkan bersama-sama tersebut. Awal
mula kepemimpinan dalam dunia usaha
Kepemimpinan
sering diawali dengan adanya seseorang yang memiliki ide, keinginan, dan
cita-cita.keberhasilan suatu usaha bergantung pada pengelolaan berbagai sumber
daya secara efektif dan efisien. Sumber daya manusia merupakan sumber daya yang
paling penting dalam dunia usaha. Pemimpin berusaha mengelola dan memimpin usahanya
untuk mencapai hasil yang ditargetkan. Disisi lain pemimpin juga dituntut dapat
memenuhi kesejahteraan karyawannya.
Pemimpin
adalah orang yang memiliki kemampuan lebih
Pemimpin
harus memiliki wawasan yang luas dan memiliki perspektif ke depan sehingga
dapat melihat kesempatan-kesempatan apa saja untuk kelompoknya.pemimpin dengan
pengetahuan dan kemampuannya berusaha mencari berbagai alternatif pemecahan
masalah. Gabungan pengalaman, pengetahuan dan ketrampilan seseorang inilah yang
pada akhirnya menampilkannya menjadi seorang pemimpin, selainitu pemimpin juga
harus memiliki kreatifitas dan inovasi yang lebih.
Berbagai produk yang kita nikmati
adalah hasil inovasi orang-orang yang berjiwa pemimpin. Melalui kepemimpinannya
mereka menggerakkan para ahli untuk melakukan penelitian dan mengembangkan
produk yang dapat memenuhi kebutuhan manusia. Ide-ide yang kretif dan inovatif
bisa muncul dalam bidang apa saja misalnya strategiproduksi atau metode
accounting dan lain sebagainya.
Pemimpin
mengikat kelompok dengan visinya
Pemimpin
adalah seorang yang memiliki visi tentang masa depan, dengan visinya ini dia
berusaha untuk mempengaruhi orang agar bersedia bergabung dengan dirinya. Visi
biasanya timbul dari kebutuhan dirinya untuk berprestasi (need for power and
achievement) dan cita-cita tentang masa depan. Ketika kebutuhan ini makin
menguat maka kebutuhan ini menjelma menjadi “motif” yang sangat kuat yang
mendorong dirinya untuk bertindak. Dia mengajak orang-orang yang dianggapnya
memiliki kebutuhan yang sama dengan dirinya untuk mencapai apa yang
diinginkannya. Visi serins kali mencakup masa pencapaian yang cukup panjang
yaitu antara 10 beberapa puluh tahun. Hal ini bergantung kompleksitas visi yang
diciptakannya dan situasi dunia usaha di
sekelilingnya.
Pemimpin
berkomunikasi secara persuasif dan bersikap asertif
Komunikasi
persuasif adalah komunikasi yang membujuk jadi nada dalam komunikasinya tidak
menonjolkan kekuasaan melainkan lebih berusaha menanamkan pengertian.
Komunikasi persuasif dalam dunia organisasi tidak boleh menjanjikan sesuatu
yang belum pasti, melainkan harus bersifat ‘mengusahakan’. Komunikasi sangat
penting dalam organisasi, setiap ide yang muncul harus dikomunikasikan agar
didengarkan oleh anggota lainnya. Dalam berkomunikasi pemimpin harus
berhati-hati agar tidak menimbulkan persepsi yang salah. Sementara sikap
asertif adalah sikap bersedia mendengarkan sebelum berbicara. Sikap ini adalah
sikap yang bersedia mengerti keadaan orang lain sebelum minta dimengerti dan
bersedia memberi sebelum mengambil. Dengan demikian dia bisa menghargai ide-ide
bawahannya. Manajemen berhak atas sesuatu bagian yang jauh lebih besar dari
karyawannya. Akan tetapi manajemen terlebih dahulu harus mau berkorban.
Kepemimpinan yang komukatif dan asertif akan membuat hubungan antara manajemen
dan karyawan lebih harmonis.
Pemimpin
, dilahirkan versus dipelajari ?
Kepemimpinan
adalah sebuah proses pendewasaan dan perjuangan hidup seseorang. Mereka yang
tekun belajar dan mengumpulkan imu pengetahuan pada akhirnya dapat menjadi
pemimpin karena kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Kekerasan hidup justru
sering kali menjadi motivasi bagi seseorang untuk berjuang dan didalam
perjuangannya tersebut dia menemukan jalannya menjadi pemimpin. Pemimpin
belajar bukan hanya dari bangku sekolah melainkan dari pengalaman hidupnya. Kepemimpinan
tidak merupakan warisan dari orang tuanya. Kepemimpinan juga bukan semata-mata
bakat yang kita miliki sejak kita dilahirkan. Akan tetapi, sebagian karakter
kita memang merupakan bawaan dari lahir misalnya karakter fisik dan karakter
psikologis. Karakter tersebut harus dikembangkan dengan belajar dari berbagai
sumber.
Kepemimpinan
berkembang dari kebiasaan
Kepemimpinan
seseorang juga berkembang dari kebiasaan yang dimulai dari pendidikan dalam
keluarganya. Kebiasaan yang baik akan menanamkan sikap positif pada diri
seseorang. Hal ini akhirnya menjadi kelebihan seseorang dan mendukung
kemampuannya untuk muncul sebagai pemimpin.
Kebiasaan berkumpul bersama dan berdiskusi antara ayah, ibu, dan
anak-anak dalam keluarga bisa mengembangkan bakat anak dalam berdiskusi dengan
teman-temannya di sekolah dan kelak pada saat bekerja di kantor. Kebiasaan
saling mengalah dalam keluarganya misalnya akan menanamkan sikap asertif pada
anak dan setelah dewasa akan menjadi bekal kerendahan hati, suatu sikap yang menjadi
syarat seorang pemimpin.
Kemudian
kita berkesempatan belajar dari lingkungan masyarakat. Di sini kita belajar
berbagai hal yang terjadi secara sosial. Kemudian kita juga belajar
berorganisasi dimana kita ikut memperjuangkan kepentingan organisasi. Di dalam
lingkungan kerja kita jaga berinteraksi dengan orang-orang seperti atasan,
rekan dan mungkin orang-orang dibawah kita. Dalam interaksi kita berlatih berbagai
ketrampilan dalam kepemimpinan. Demikainlah sedikit demi sedikit kita mulai
mengasah kemampuan kita dari keluarga sampai masyarakat.
Kepemimpinan
dan wiraswasta
Ada
kaitannya bahwa seorang pengusaha bisa besar karena memilikin kelebihan
termasuk dalam memimpin. Sebaliknya pemimpin yang baik juga pasti punya
kelebihan termasuk dalam mengembangkan usahanya menjadi lebih besar. Berbeda
dengan kepemimpinan, ‘entrepreneurship’ adalah kemampuan seseorang untuk
mengelola sumber daya, termasuk sumber daya manusia. Seorang entrepreneur harus
mampu memotivasi orang-orang dalam orgisniasinya agar bekerja untuk mencapai tujuannya, bukan sekadar
bekerja dengan baik saja. Di sini sumber daya manusia merupakan faktor penentu
keberhasilan dalam entrepreneurship. Hal yang akan menjadi sempurna adalah
apabila didalam karakter entrepreneurship seseorang terdapat pula karakter
kepemimpinan yang baik. Kepemimpinannya memberikan kebebasan karyawannya untuk
berkreasi namun tetap mengikat dalam satu visi yang sama. Dengan demikian tim
dapat mengembangkan dirinya dan menghasilkan output yang besar karena karyawan
merasa partisipasinya diakui dan timbul rasa memiliki terhadp perusahaan.
Sebagimana yang dikatakan oleh salah
seorang MC Chuang pengusaha cokelat terbesar di Indonesia bahkan ke-3 terbesar
di dunia, kepada salah seorang anak buahnya bahwa meskipun perusahaan ini dia
yang memiliki namun karyawanlah yang mengelola. Pemilik perusahaan dan karyawan
sama-sama memetik hasil dan menggantungkan hidupnya dari usaha
tersebut.*(dikutip dari majalah SWA).
Entrepreuner
dan kepemimpinan yang ingin berhasil kedua-duanya memiliki persamaan, yaitu
harus pandai melihat kesempatan dan mengelola sumber daya.
Ukuran-ukuran
kepemimpinan
Hal
yang perlu ditegaskan disini adalah bahwa besarnya kekuasaan yang dipegang
seseorang bukanlah menjadi ukuran keberhasilan kepemimpinannya. Kita melihat
sesungguhnya sulit mengukur keberhasilan seseorang dalam memimpin. Hal ini
disebabkan karena keberhasilan memimpin tidak dapat digeneralisasi atau
disama-ratakan dalam setiap bidang bagi setiap orang. Ukuran-ukuran ini sangat
relatif dan hanya bisa diukur pada bidang yang ditekuni tanpa ada jaminan bahwa
sukses pada sesuatu bidang berarti sukses pada bidang yang lain. Yang jelas
bahwa dengan sikap seseorang yang asertif dan didukung kemampuan menajerialnya,
seorang dapat tampil sebagai pemimpin yang ‘diterima’. Sejauh mana kita
diterima dalam sebuah kelompok itulah merupakan ukuran keberhasilan kita dalam
memimpin. Loyalitas yang timbul karena sikap kepemimpinan seseorang ini pantas
disebut sebagai ukuran kepemimpinan. Semakin loyal anak buah kita semakin baik
kepemimpinan kita, tentunya dengan catatan tujuan kita tercapai. Sedangkan
besar kecilnya organisasi bukan merupakan ukuran mutlak dari seorang pemimpin.
Dampak
dari kepemimpinan yang baik dan diterima
Kepemimpinan
yang ‘baik dan diterima’dapat pula diukur dari dampak yang ditimbulkannya atas
para anggota kelompoknya. Dampak ini berupa timbulnya beberapa rasa tersebut di
bawah ini :
Rasa
kepemilikan (sense of belonging)
Apabila anda memilki sesuatu
pastilah anda ingin mempertahankan, mengembangkan dan bahkan menjadi lebih dan
lebih lagi. Sebagai karyawan kita ingin melindungi perusahaan kita dari
rongrongan, baik dari luar maupun dari dalam. Rongrongan dari luar berupa
aktivitas perusahaan pesaing, peraturan pemerintah, dan lain-lain sedangkan rongrongan
dari dalamberupa tindakan menyimpang yang merugikan perusahaan. Kitaa ingin
menjadi bagian dari tim yang kompak bersama-sama membangun dan mengembangkan
perusahaan.
2.
Rasa percaya (sense of trust)
Sesungguhnya sebelum rasa
memiliki ini dapat tumbuh dialam hati seorang karyawan, maka dalam prosesnya
terlebih dahulu harus tumbuh rasa percaya. Karyawan percaya bahwa perusahaan
ini akan merupakan tempatnya mengembangkan karier yang terbaik buat dirinya.
Sebaliknya manajemen perusahaan percaya bahwa karyawan tersebut adalah aset
terbaik yang dimilikinya. Perusahaan dan karyawan adalah dua pihak yang saling
membutuhkan dan mereka harus bisa bekerja sama. Kerja sama ini dapat terjalin
dengan baik apabila ada rasa saling percaya.
3.
Rasa tanggung jawab (sense of
responsibility)
Setiap karyawan yang didalam
dirinya sudah tertanam ‘rasa memiliki dan rasa percaya’ akan bersedia yang
terbaik yang ada pada dirinya. Dalam menyelesaikantugas dan pekerjaanya dia
akan berusaha sebaik mungkin. Hsl ini tentu saja terdorong oleh kenginan untuk
ikut memelihara dan mengembangkan perusahaan. Inilah yang sesungguhnya
merupakan tanggung jawabnya sebagai bagian yang aktif dalam organisasi.
Rasa krisis (sense of crisis)
Setiap perusahaan tumbuh ditengah
persaingan perusahaan lain. Dan setiap karyawan yang berdedikasi terhadap
perkembangan perusahaan akan berusaha berpartisipasi dalam pertumbuhan
perusahaan dengan cara meningkatkan produktivitas. Pada saat output sulit ditingkatkan maka salah satu cara meningkatkan
produktivitas adalah dengan memperkecil input atau biaya. Inilah yang
sesungguhnya yang disebut dengan rasa krisis, yaitu menghemat biaya-biaya apa
saja yang bisa kita selamatkan tanpa mengurangi hasil. Usaha semacam ini bisa
kita lakukan hanya bila kita menyadari sepenuhnya bahwa perkembangan perusahaan
bisa dicapai bila kita mampu mengatasi persaingan. Maka dengan karyawan yang
‘sadar biaya’ inilah perusahaan mampu keluar dari berbagai macam kesulitan
sehingga akhirnya berhasil.
Rasa cinta dan hormat (sense of love and
respect)
Seorang mencintai peusahaan bagaikan seorang
pemuda yang mencintai seorang gadis dengan tulus. Pemuda tersebut tidak akan
mudah pindah kelain hati melainkan akan dengan tulus menerima kekurangan sang
gadis. Demikian pula karyawan yang mencintai perusahaannya, tidak akan mudah
tergiur oleh tawaran perusahaan lain untuk pindah kerja. Bukankah banyak
perusahaan di luar perusahaan kita yang
tertarik oleh kemampuan kita?. Demikian pula sikap saling menghormati antara
atasan dan bawahan dan di antara rekan kerja akan timbul seiring dengan
berkembangnya budaya perusahaan. Sikap dan budaya ini dibangun oleh seluruh
karyawan dari office boy sampai kepada direktur. Kepemimpinan seorang bisa diukur
dari caranya menghargai dirinya sendiri dan ornag lain bukan?
Dampak
kepemimpinan yang buruk
Kepimpinan yang buruk dapat
menimbulkan berbagai hal yang memperlemah perusahaan atau organisasi antara
lain:
- Hilangnya
kepercayaan dan loyalitas karyawan
- Timbulnya konflik antar-karyawan
- Rendahnya motivasi kerja dan akhirnya
berujung pada rendahnya produktivitas
- Pengunduran
diri karyawan
Karyawan
yang kehilangan rasa kepercayaan pada perusahaan karena tidak puas atas
keputusan-keputusan yang diambil pimpinan tidak akan bekerja dengan maksimal.
Perusahaan yang seharusnya maunjadi rumah kedua bagi dirinya berubah hanya
sebagai tempat sementara. Dalam situasi semacam ini perusahaan tidak dapat
mengharapkan dedikasi yang kuat, demikian pula mustahil produktivitas yang
tinggi.