James M. Kouzes dan Barry Z. Posner, Jossey-Bass, Inc., Publishers, California,1987. (Resume Buku)
Tantangan
pertama kepemimpinan adalah membersihkan pada diri sendiri tradisi dan mitos
tentang kepemimpinan. Manajemen tradisional, misalnya mengajarkan untuk
mempercayai bahwa organisasi yang ideal adalah: yang teratur dan stabil, fokus
pada jangka pendek, pemimpin harus tenang, menyendiri, dan analitis,
kharismatik, pekerjaan utama pemimpin adalah mengontrol, pemimpin berada pada
posisi superior.
Buku
ini adalah buku tentang memimpin orang, tidak hanya mengelolanya.
Memahami
Kepemimpinan
Sebuah
perusahaan, NATD, memberikan contoh rahasia kesuksesannya, yaitu dengan
menerapkan tiga target: (1) merencanakan keuntungan perusahaan, (2) membagi
kekayaan perusahaan (saham) kepada karyawannya, dan (3) pentingnya rasa senang
bagi pemegang saham maupun seluruh karyawannya. Kunci utamanya adalah karyawan.
Pelanggan mementingkan: mutu, pelayanan, dan harga.
Jadi
mutu harus merupakan prioritas, tetapi bukan berasal dari kontrol kualitas.
Mutu harus berada di kepala seluruh karyawan dan dipraktekkan. Tindakan penting
lainnya adalah melihat pentingnya peranan karyawan dalam menjadikan perusahaan
produktif dan terpercaya yang disebut dengan “penuh perhatian”, yaitu memperlakukan
karyawan secara manusiawi sebagai teman.
Oleh
karena itu, penting bagi pemimpin untuk mendengarkan setiap orang tentang apa
yang terjadi, menghabiskan waktu di tengah-tengah karyawan, dan hal-hal kecil
seperti memperhatikan kebersihan ruangan, mengirimi bunga, sampai membayarkan
kredit kendaraan untuk karyawan teladan. . Apa yang dapat dipelajari dari para
pemimpin yang berhasil? Para eksekutif yang berhasil mengajak orang lain dalam
peranannya sebagai perintis, ternyata mengikuti tiga tahapan strategi VIP,
yaitu: vision – involvement – persistence.
Visi
tidak akan tercapai hanya dengan upaya seorang pemimpin, tetapi perlu
keterlibatan dan kerja keras semua pihak. Menurut Kouzes dan Posner ada lima
dasar praktek kepemimpinan dan sepuluh komitmen yang perlu dilakukan pemimpin,
yaitu: (1) menempuh proses yang menantang: memperoleh peluang dan mencoba
mengambil resiko, (2) berinspirasi untuk berbagi visi: menerawang masa depan
dan melibatkan orang lain, (3) membantu orang lain dalam bertindak: menjalin kerjasama
dan memberdayakan orang lain, (4) membuat model jalan yang ditempuh: berikan
contoh dan rencanakan keberhasilan-keberhasilan kecil, dan (5) memberi
semangat: mengakui kontribusi dan merayakan keberhasilan.
Apa yang Diharapkan Pengikut dari Pemimpinnya
Kepemimpinan
bukan hanya tentang pemimpin, tetapi juga tentang pengikut. Jadi harapan
pengikut perlu diperhatikan. Pemimpin yang dihormati adalah mereka yang
mempunyai karakter: jujur, kompeten, berpandangan jauh ke depan, dan memberikan
inspirasi. Keempat hal tersebut secara bersama, ahli komunikasi menyebutnya
sebagai kredibilitas.
Ketika
pemimpin menerima kredibilitas tinggi dan filosofi yang kuat, pengikut
kelihatan senang untuk: (1) Dengan bangga memberitahukan orang lain bahwa
mereka bagian dari organisasi, (2) Membicarakan seluk beluk organisasi dengan
temannya, (3) Memperlihatkan bahwa nilai-nilai yang dipercaya sama dengan milik
organisasi, dan (4) mempunyai rasa memiliki organisasi yang kuat.
Mencari
Perluang: Menghadapi dan Merubah Status Quo
Ketika
berfikir tentang pemimpin, kita akan mengingat waktu bergerak, inovasi,
perubahan, dan konflik. Ketika berfikir manajer, kita akan mengingat
kestabilan, harmoni, pemeliharaan, dan kepatuhan. Keduanya mempunyai peran
berbeda, tetapi diperlukan dan esensial untuk menjadikan sistem sosial bekerja.
Peran khusus pemimpin adalah untuk mengarahkan kita menjelajahi „tempat-tempat
yang belum pernah dikunjungi.
Digunakan
metafor penjelajahan (journey) untuk mendiskusikan tugas pemimpin. Kata
dasar dari lead adalah kata yang berarti to go yang merupakan
kata dasar dari perpindahan. Pemimpin adalah orang yang pergi „pertama kali‟ (go first), pioners.
Pemimpin dilihat sebagai jalan untuk mengubah rutinitas, berkreasi secara
total, revolusi proses baru, dan jalan untuk menggerakkan sistem.
Dari
kasus dari P. M. Carrigan dari Lakewood, ada empat prinsip dasar untuk
menjadikan organisasi berkinerja baik, yaitu: (1) Untuk berubah, ambil resiko,
terima tanggung jawab, dan jadikan akuntabel untuk aksi, (2) Untuk diterima
semua orang, promosikan kesatuan, kepercayaan, kebanggaan, dan dedikasi, (3)
Untuk mencapai kinerja tinggi, perlakukan orang dengan bermartabat, kejujuran,
dan perhatian, dan (4) Untuk mempromosikan komunikasi yang baik, jadikan
atmosfer komunikasi yang terbuka dengan kebebasan untuk menyumbang ide-ide dan
bicara terus terang tanpa takut pembalasan.
Kepemimpinan
tidak dapat lepas dari hubungannya dengan proses inovasi, perubahan, dan
perubahan memerlukan kepemimpinan sebagai penggerak utama untuk mendorong
penerapan keputusan stratejik.
Lakukan Eksperimen dan Ambil Resiko
Mencari
peluang keluar dari tradisi memerlukan kreativitas individu dan
pengorganisasian inovasi. Hal itu berarti bahwa pemimpin harus memiliki sikap
terbuka terhadap ide-ide dan kemauan mendengarkan, mencoba pendekatan yang
belum teruji, dan menerima resiko. Pemimpin perlu melihat kondisi di luar
dengan jalan ke luar atau bertanya pada pelanggan, pekerja, stakeholder jika
ingin inovatif. Inovasi penting untuk kesehatan organisasi agar organisasi
tidak terhenti pertumbuhannya.
Inovasi
adalah „makanan bagi pengembangan organisasi. Saluran komunikasi yang terbuka
adalah prasyarat agar produk, proses, dan pelayanan yang baru menyebar dalam
organisasi. Jaringan komunikasi ibarat vena dan arteri ide baru. Pemimpin dapat
mengharapkan keinginan berubah yang datang dalam maupun luar organisasi.
Inovasi memerlukan banyak mendengar dan komunikasi daripada mengerjakan hal-hal
yang rutin. Hanya melalui kontak manusia, perubahan dan inovasi dapat mencapai
efektivitas.
Resiko
bersifat inheren dalam setiap kesuksesan inovasi. Jika ingin meningkatkan
organisasi, maka harus berani mengambil resiko. Iklim kerja untuk sukses
dicirikan oleh dua hal: (1) sistem imbalan yang pantas atas keberhasilan, dan
(2) kemauan mengambil resiko dan bereksperimen dengan ide inovasi. Satu hal
penting yang membedakan pemimpin dari birokrat adalah bahwa pemimpin mendukung
pengambilan resiko, mendorong orang lain untuk melangkah ke dalam ketidaktahuan
daripada selalu bermain aman. Tidak mudah untuk menentukan tingkat penerimaan
resiko.
Bagi
seseorang adalah resiko, sementara bagi yang lain adalah hal yang bersifat
rutin. Pemimpin perlu mengetahui kemampuan dan motivasi para pengikutnya.
Pemimpin menetapkan tujuan yang lebih tinggi dari sekarang secara bertahap dan
menawarkan pelatihan untuk membangun keahlian yang dapat membantu orang
melampaui setiap tingkat baru. Kualitas kerja akan meningkat ketika orang
memiliki kemungkinan untuk gagal. Ketika belajar sesuatu yang baru kemungkinan
ada kegagalan dan melalui kegagalan kita belajar sesuatu yang baru. Belajar
tidak akan terjadi tanpa adanya kesalahan. Ini disebut sebagai trial and
error.
Melihat
Masa Depan
Para
pemimpin yang sukses memiliki karakteristik berorientasi ke depan, melihat
kemungkinan di masa depan. Mereka melintasi cakrawala waktu, melihat sesuatu
sebelum hal itu terjadi, walaupun tidak jelas karena muncul dari kejauhan, dan
mereka juga membayangkan bahwa hal-hal yang luar biasa mungkin terjadi serta
hal-hal yang biasa dapat ditransformasikan menjadi sesuatu yang luar biasa.
Semua perusahaan atau proyek, besar atau kecil, juga bermula dari suatu
pemikiran.
Mereka
mulai melangkah dengan disertai imajinasi. Apapun istilah yang digunakan –
maksud, warisan, tujuan, panggilan, agenda pribadi, atau visi – maksudnya
adalah sama, yaitu: pemimpin ingin melakukan sesuatu yang penting, ingin meraih
hal yang belum pernah dicapai oleh siapapun juga.
Visi
didefinisikan sebagai imajinasi ideal dan unik/khas tentang masa depan. Visi
mempunyai empat atribut: berorientasi ke depan, imajinasi, ideal, dan unik.
Berbagi visi dimungkinkan hanya jika pengikut menemukan manfaat yang menarik.
karena
itu, pemimpin harus pandai mengkomunikasikan visinya sehingga pihak lain
melihat visi sebagaimana yang dilihat pemimpinnya, seperti apa gambar masa
depan itu dan dimana mereka dapat berkontribusi. Berbagi visi tidak hanya
dilakukan dalam acara formal saja, tetapi perlu dilakukan dalam berbagai
kesempatan dan dalam suasana yang terbuka sehingga pengikut tidak ragu-ragu
untuk memberi tanggapannya secara lugas.
Melibatkan
Orang Lain
Tugas
pertama dalam hal melibatkan orang lain adalah mengenali para pengikut dan
mencari tahu apa yang menjadi aspirasi bersama untuk mereka. Untuk keperluan
ini, penting untuk menyediakan waktu tak terencana – seringkali bersifat
spontan – untuk diluangkan bersama orang lain. Pemimpin berfungsi sebagai
cermin dan merefleksikan kembali kepada para pengikutnya atas apa yang mereka
katakan paling diinginkannya. Loyalitas pengikut akan ditunjukkan ketika
pemimpin mampu menemukan kebutuhan dan memecahkan masalah mereka, ketika
pemimpin terlihat sebagai simbol norma mereka, dan ketika gambaran tentang
pemimpin kongruen dengan mitos dan legenda mereka. Alasan mengapa mereka
menyukai pekerjaan yang mereka lakukan, adalah mereka menganggapnya penuh
tantangan, penuh arti dan penuh tujuan.
Mereka
menempatkan peringkat tinggi “pekerjaan yang menarik” daripada “pendapatan yang
tinggi”, dan “kualitas kepemimpinan” lebih memberikan motivasi daripada “uang”.
Nilai kerja serta ketertarikan akan kebebasan, aktualisasi diri, pembelajaran,
komunitas, keunikan, pelayanan, dan tanggung jawab sosial benar-benar dapat
menarik orang menuju kepada sebuah misi bersama.
Visi
bersama merupakan kunci dan untuk mampu membuat orang lain terlibat, para
pemimpin perlu membuat visi tersebut menjadi lebih menarik, hidup dan berwujud
(tangible). Pemimpin dapat menggunakan berbagai cara untuk
menyatakannya. Pemimpin yang sukses menggunakan metafora. Bentuk bahasa lainnya
yang dapat digunakan seperti: memberikan contoh, bercerita, anekdot, kata-kata
yang gamblang, kutipan, slogan, simbol, lagu, puisi, kutipan, dan humor, tetapi
hal ini masih relatif jarang digunakan. Pemimpin lebih banyak menggunakan angka
dan akronim. Faktanya, keduanya sangat abstrak dan perlu cukup waktu untuk
memahaminya.
Mengupayakan
Kolaborasi
Peningkatan
kinerja organisasi yang mengagumkan tidak akan terlepas dari usaha aktif dan
dukungan banyak orang. Setiap orang adalah penting, tidak hanya pemimpin. Kerja
tim dipandang sebagai rute interpersonal yang memungkinkan peningkatan
pengaruh, kredibilitas, dan semangat kerja kelompok, serta tingkat tertinggi
kepuasan bekerja dan komitmen. Mengupayakan kerjasama adalah tentang mengajak
orang lain untuk bekerja bersama. Proses kerjasama tersebut harus dipelihara,
diperkuat, dan dikelola. Kerja tim adalah syarat perlu/esensial organisasi
berproduksi. Kerjasama diperlukan untuk menggabungkan komitmen dan ketrampilan
pekerja, pemecahan masalah, dan respon terhadap tekanan lingkungan.
Mengupayakan kerjasama tidak hanya ide yang baik, tetapi juga menjadi kunci
pemimpin untuk membuka energi dan bakat yang ada dalam organisasi.
Menciptakan
kompetisi diantara anggota kelompok ternyata bukan merupakan suatu cara untuk
mencapai kinerja tertinggi. Apa yang dapat menciptakan kerjasama, kolaborasi,
dan tujuan, pertama adalah berbagi visi dan misi. Kelompok kerja, melengkapi
aturan, dan berbagi imbalan juga merupakan hal yang penting. Para pekerja
menyadari bahwa kerjasama terjadi ketika norma organisasi mendukungnya untuk
berbagi informasi, mendengarkan ide orang lain, bertukar sumberdaya, dan
merespon permohonan pihak lain melalui ketergantungan yang positif. Untuk itu,
lingkungan komunikasi yang mendukung dan saling percaya (trust) perlu
diciptakan di setiap level pekerjaan. Strategi mendasar untuk memperoleh
kerjasama menurut Axelord, adalah “memperluas bayangan masa depan”.
Orang
mempunyai kemungkinan besar untuk bekerjasama ketika mereka tahu yang akan
mereka lakukan dengan pihak lain di masa depan. Harapan interaksi di masa depan
mendorong orang untuk bekerjasama dengan pihak lainnya di saat ini. Bayangan
masa depan nampak paling besar ketika interaksinya bertahan lama dan
berulang-ulang.
Memperkuat
Orang Lain: Berbagi Kekuatan dan Informasi
Satu
pelajaran penting dari temuan Arnold Tannembaum adalah berbagi kekuatan akan
menghasilkan kepuasan pekerja dan kinerja/efektivitas organisasi yang lebih
tinggi. Untuk pemimpin, ada paradoks Jack Telnack dari Ford Motor Company:
“saya harus memberikan kekuatan untuk memperoleh kekuatan”. Ketika pemimpin
berbagi kekuatan dengan orang lain, orang itu pada gilirannya merasakan lebih
dihubungkan dengan pemimpin dan merasa terikat melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya sehingga organisasi menjadi lebih efektif.
Kemampuan
untuk membuat orang merasakan kuat adalah satu kontribusi terpenting dari para
pemimpin. Pemimpin mendapat hasilnya dari upaya pemimpin melalui orang lain,
sehingga pemimpin harus lebih sensitif kepada orang dan kebutuhan tertentu
mereka. Kapasitas untuk memperkuat dan memberdayakan orang lain dimulai dengan
derajat kekuatan yang anda punya. Hanya pemimpin yang kuat yang akan
mendelegasikan, memberi imbalan terhadap bakat, dan membangun tim yang terdiri
dari orang yang mempunyai kekuatan sesuai tempatnya. Pemimpin dapat
memberikankan kekuatan kepada orang lain dan pada saat yang bersamaan mereka
menerima kekuatan juga dari orang lain.
Ada empat strategi memperkuat orang lain
menurut Rosabeth Moss Kanter, yaitu: (1) Berikan pekerjaan penting untuk
dikerjakan pada saat isu penting, (2) Berikan pertimbangan dan kemandirian atas
tugas dan sumberdaya, (3) Berikan jarak penglihatan kepada yang lain dan
berikan pengakuan atas usahanya, dan (4) Bangun hubungan untuk orang lain,
hubungkan mereka dengan orang yang kuat dan temukan sponsor dan pelatihnya.
Berikan
Teladan: Memimpin dengan Mencontohkan
Donald
Kennedy, presiden Stanford University tahun 1985an, memahami bagaimana model
kepemimpinan yang dijalaninya, bagaimana dengan keteguhan dan keyakinannya,
serta dengan setiap hari mengerjakannya, mendemonstrasikan kepada orang lain
bagaimana visi dapat direalisasikan. Hal ini seperti dikatakannya: “tugas
pemimpin adalah dengan semangat seperti cermin yang mengembalikan kepada
institusinya bagaimana itu menjadi pikiran terbaik bagi dirinya”. Chris Argyris
dari Harvard University membedakan antara “nilai-nilai yang didukung” dengan
“nilai-nilai yang diterapkan”. Pekerja memberi perhatian yang lebih kepada
nilai-nilai yang diterapkan daripada nilai-nilai yang didukung. Mereka sangat
kritis ketika terdapat gap yang besar antara nilai dan perbuatan.
Disebabkan
nilai-nilai adalah sesuatu yang mendalam (abstrak), kita tidak pernah secara
nyata “melihat” nilai-nilai itu sendiri. Maka harus membuatnya menjadi nyata
bagi karyawan dan pelanggan. Pemimpin membuat nilai-nilai menjadi nyata bagi
pengikutnya melalui perilaku dan aktivitasnya, seperti: pendapat, sikap,
preferen, hasrat, kekhawatiran, aktivitas, strategi, dan sebagainya.
Setiap
perbuatan, atau tidak berbuatnya pemimpin, adalah informasi tentang nilai-nilai
pemimpin dan keseriusannya terhadap nilai-nilai tersebut. Mereka hanya
memperhatikan apa yang pemimpin lakukan, bukan yang dikatakannya. Memimpin
dengan contoh adalah manajemen yang dapat dilihat, nyata dan kongkrit. Pekerja
dapat melihat apa yang diharapkan dan diwajibkan kepadanya dengan mengamati apa
yang dikerjakan pemimpin. Visibility meningkatkan kemudahan akses dan
mempromosikan “mengerjakan apa yang anda katakan”, tidak hanya berkata dengan
kata-kata atau pergi dengan isyarat/gerakan.
Merancang
Keberhasilan-keberhasilan Kecil
Merubah
perilaku orang dari kebiasaan lama ke kebiasaan baru adalah suatu proses yang
tidak sederhana. Diperlukan upaya agar orang-orang mau keluar dari perilaku
lama ke perilaku baru. Proses yang dianggap efektif untuk merubahnya adalah
dengan cara bertahap, yaitu dilakukan selangkah demi selangkah. Pemimpin yang
sukses membantu orang lain melihat bagaimana kemajuan dapat dicapai dengan
memecahnya menjadi tujuan-tujuan yang dapat dilihat atau langkah-langkah yang
dapat dilakukan oleh pengikutnya.
Suatu
terobosan besar di bidang pengobatan, biofisik atau industri, sering melibatkan
banyak eksperimen yang difokuskan pada berbagai bagian dari masalah.
Masing-masing eksperimen telah berkontribusi pada kemajuan yang lebih besar
pada bidang tersebut. Kebalikannya, dalam pendekatan manajemen tradisional
dalam menjalankan tujuan selama ini dimulai dengan perencanaan strategis, tetapi
seringkali tanpa tidak didukung tahapan untuk mencapainya.
Dalam
pendekatan yang baru, dipakai terminologi yang disebut “keberhasilan kecil”.
Proses keberhasilan kecil ini dilakukan dengan melakukan aktivitas secara
bertahap dan bersambung sehingga akan menghasilkan perubahan besar, menuju visi
yang telah dirumuskan.
Keberhasilan
kecil, dari catatan sosiolog organisasi Karl Weick, adalah: “kongkret, komplit,
dan hasilnya dapat diterapkan pada kepentingan sedang. Dalam meraih
keberhasilan kecil, para pemimpin mengidentifikasi tempat untuk memulai. Mereka
membuat proyek yang terlihat dapat dilakukan dengan tingkat keahlian dan
sumberdaya yang tersedia. Dengan demikian, para pengikut merasa mampu dan
berkomitmen untuk melakukan tugas tersebut dengan baik.
Ada
empat gagasan yang perlu diikuti pemimpin dalam perencanaan proyek yang
didasarkan pada prinsip-prinsip keberhasilan kecil, yaitu: (1) bereksperimen
secara kontinyu, (2) membagi tugas menjadi bagian-bagian kecil, (3) mengurangi
items menjadi yang esensial saja, dan (4) jangan tekan orang lain untuk berubah
sampai merasa perlu berubah.
Mengakui
Kontribusi: Menghubungkan Imbalan dengan Kinerja
Orang-orang
menikmati bekerja keras dan dalam waktu yang amat panjang (lembur). Namun untuk
tetap berada dalam keadaan itu selama berbulan-bulan, orang memerlukan
penyemangat. Salah satu cara penting bagi pemimpin dalam memberikan semangat
kepada orang lain adalah dengan memberikan pengakuan terhadap kontribusi
individual.
Satu
resep tua dan sangat penting untuk mempengaruhi motivasi pekerja adalah
pertalian antara hasil (imbalan, pengakuan) dengan usaha dan kinerjanya.
Terdapat tiga kriteria kunci untuk mengintegrasikan sistem kinerja – imbalan:
buat pasti bahwa orang mengetahui apa yang diharapkan darinya, sediakan umpan
balik tentang kinerja, dan hargai yang mencapai standar. Sistem penghargaan
akan berfungsi terbaik ketika kinerja dapat diukur secara tepat dan obyektif.
Terdapat
banyak tipe imbalan/ penghargaan yang dapat digunakan untuk mengakui usaha dan
kontribusi anggota tim. Pemimpin sebaiknya tidak hanya bergantung pada sistem
penghargaan formal seperti promosi, yang hanya menawarkan pilihan yang terbatas
dan membutuhkan upaya yang cukup besar.
Daripada
hanya bergantung pada penghargaan formal, para pemimpin yang efektif
menggunakan penghargaan intrinsik – imbalan yang dibangun dalam pekerjaan itu
sendiri termasuk faktor seperti: rasa pencapaian, peluang untuk menjadi lebih
kreatif, serta pekerjaan yang menantang – sebagai hasil yang dapat segera
dicapai berkat upaya yang dilakukan. Walaupun peningkatan gaji atau bonus
dihargai, kebutuhan individu akan penghargaan dan apresiasi atas hasil kerjanya
adalah jauh lebih penting. Pengakuan verbal di depan sesama rekannya, juga
penghargaan yang nyata seperti halnya sertifikat, plakat, dan pemberian
berwujud lainnya, benar-benar berdaya guna tinggi.
Merayakan
Keberhasilan
Merayakan
keberhasilan adalah salah satu dari fungsi kepemimpinan. Merayakannya adalah
suatu proses untuk menghormati orang dan berbagi dengannya dalam indahnya
suasana kesuksesan. Ketika pemimpin memimpin kegembiraan, mereka mendasarkan
program dalam tiga prinsip utama: (1) memfokuskan pada nilai-nilai utama, (2)
membuat pengakuan umum dan terukur, dan (3) menjadikan dirinya terlibat.
Perayaan
bukan merupakan kegembiaraan semata, tetapi untuk kepen-tingan memperkuat
nilai-nilai utama organisasi. Poin yang penting adalah setiap perayaan harus
disesuaikan dengan tujuan. Jika tujuan utama departemen adalah untuk
mendapatkan kontrak baru, maka perlu merayakannya ketika mendapatkannya. Jika
loyalitas yang menjadi tujuan, maka perlu merayakannya dengan lamanya masa
bekerja dengan makan malam dan penyematan pin.
Arti
perayaan bagi kultur suatu organisasi ibarat: “arti film bagi skenario, atau
arti konser bagi aransemen musik”. Mereka memberikan ekspresi atau nilai-nilai
yang sulit untuk diekspresikan dengan cara-cara yang lain.
Perayaan
harus merupakan sebuah ekpresi komitmen yang jujur terhadap nilai-nilai penting
tertentu, juga terhadap kerja keras dan dedikasi dari orang-orang yang telah
memegang nilai-nilai tersebut. Perayaan jauh lebih berarti dari sekedar pesta,
karena berfungsi untuk mengkristalisasi komitmen pribadi, membantu ikatan antar
orang dan membuatnya tahu bahwa mereka tidak sendiri.
Perayaan
juga berfungsi mengurangi konflik dan meminimalisasi perbedaan. Banyak kegiatan
perayaan dilakukan secara spontanitas. Mulai dari pat-on-the-back dan let
me take you out to lunch sampai pada “pesta 30 menit di area parkir” –
relatif tidak direncanakan untuk menciptakan kesan baik pada anggota. Hal itu
menciptakan perasaan nyata kepentinganya disebabkan ketepatan waktu-nya, ketika
getaran hati perusahaan masih bergetar. Sebab tidak ada pengulangan, rasa
perayaan adalah sangat personal.
Menjadi Pemimpin yang Peduli dan Membuat
Berbeda
Kouzes
dan Posner menemukan lima praktek dasar kepemimpinan teladan yang esensial dan
patut dicontoh.
Pertama, pemimpin menantang prosesnya. Mereka
mencari peluang untuk berubah, melakukan percobaan dan mengambil resiko
kesalahan dan kegagalan.
Kedua, pemimpin menginspirasikan visi
bersama. Mereka meniupkan kehidupan ke dalam visi dan mengajak pengikutnya melihat
kemungkinan masa depan yang menggembirakan.
Ketiga, pemimpin memungkinkan orang lain
bertindak. Mereka mengembangkan kolaborasi dan membangun semangat tim, juga
menciptakan iklim kepercayaan dan martabat manusia. Mereka memperkuat orang
lain, membuat setiap orang merasa mampu dan kuat.
Keempat, pemimpin mencontohkan caranya menciptakan
standar mutu, menjadi contoh orang lain untuk mengikutinya, merancang
keberhasilan-keberhasilan kecil, serta menciptakan peluang untuk menang.
Kelima, pemimpin mendorong semangat. Untuk
memperoleh harapan dan komitmen pengikutnya, pemimpin mengakui kontribusi
individu, memberikan imbalan sesuai usahanya, dan merayakan keberhasilan
tersebut. Mereka membuat setiap orang merasa seperti pahlawan. Orang yang
bekerja dengan pemimpin yang menerapkan kelima praktek kepemimpinan teladan
secara signifikan, akan merasa lebih puas dengan tindakan dan strategi
pemimpinnya dan mereka akan merasa lebih komitmen, berpengaruh dan kuat.
Dengan
kata lain, melaksanakan praktek-praktek kepemimpinan teladan, semakin besar
kemungkinan akan memiliki pengaruh positif terhadap orang lain dan organisasi,
dan pemimpin dapat membuat sesuatu yang berbeda. Untuk menjadi pemimpin yang
baik menurut Phil Lemay dari Amdahl Corporation adalah: kombinasi kepribadian,
sekolah, buku, pengalaman pribadi dalam mengamati pemimpin dalam tindakan, dan
sebagainya. Tom Kellet dari Harshaw/Filtrol Partnership memberikan jawaban:
mengamati metode dan keahlian atasan yang disukai, pengalaman trial &
error, kursus yang relevan dengan ketrampilan orang, komunikasi dan sebagainya.
Dari
hal-hal tersebut, ada tiga kategori utama kesempatan belajar untuk menjadi
pemimpin, yaitu: (1) trial & error, (2) orang, dan (3) pendidikan.
Studi lain juga mendukung hal itu. Sebagai contoh dari Honeywell Corp. yang
mengkategorikan: (1) Pengalaman kerja dan penugasan, (2) Hubungan, dan (3)
Training formal dan pendidikan.
Apakah
pemimpin itu dilahirkan atau diciptakan? Kouzes dan Posner lebih percaya bahwa
pemimpin itu diciptakan. Menurutnya, daripada sekedar melihat kepemimpinan
sebagai sifat yang dibawa dari lahir, adalah lebih sehat dan lebih produktif
untuk mulai mengasumsikan bahwa setiap orang dapat belajar untuk menjadi
pemimpin. Pemimpin yang efektif selalu belajar dan selalu mencari cara untuk
mengembangkan diri dan organisasinya.