Konflik
organisasi adalah perbedaan pendapat antara dua atau lebih anggota organisasi
atau kelompok, karena harus membagi sumber daya yang angka, atau aktifitas
kerja dan atau karena mereka mempunyai status, tujuan, penilaian atau pandangan
yang berbeda.
Perbedaan antara
konflik dengan persaingan (kompetisi) terletak pada apakah salah satu pihak
dapat mencegah pihak lain dapat mencegah pihak lain dalam pencapaian tujuannya,
kompetisi terjadi, apabila tujuan kedua belah pihak tidak sesuai, akan tetapi
kedua belah pihak tidak dapat saling mengganggu. Sebagai contoh dua bagian
pemasaran komputer yang saling bersaing dalam satu organisasi, dimana kedua
bagian tersebut siapakah yang pertama-tama mencapai atau memenuhi kouta
penjulan yang paling banyak. Jika dalam hal ini tidak ada kemungkinan untuk
mencampuri usaha pihak lain dalam mencapai tujuannya, maka terjadilah
kompetisi, akan tetapi apabila ada kemungkinan untuk mencampuri itu dan memang
dilakukan, terjadinya konflik.
Sedang kerjasama (kooperasi) terjadi bila dua atau lebih
pihak yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Ada kemungkinan konflik
dan kerjasama berdampingan, lawan kerjasama ialah bukan konflik, tetapi tidak
ada kerjasama. Sebagai contoh anda setuju pada suatu tujuan, tetapi anda tidak
setuju dengan cara pencapaian tujuan tersebut. Manajemen konflik (pengelolaan
konflik) berarti bahwa para manajer harus berusaha menemukan cara untuk
mengembangkan konflikdan koperasi.
Perubahan pandangan
Sikap terhadap konflik demi organisasi telah mengalami perubahan dari waktu kewaktu.
Stephen P. Robbins telah meneliti evolusi ini dan menjelaskan tentang adanya
perbedaan antara pandangan tradisional dengan pandangan interaksi. Konflik
dapat fungsional ataupun berperan salah (dyfunctional). Secara sederhana bahwa
konflik mempunyai potensi bagi pengembangan atau pengganggu pelaksanaan
kegiatan organisasi tergantung kepada cara pengelolaanya. Segi fungsional
konflik antara lain :
- Manajer menemukan cara penggunaan dana yang lebih baik.
- Lebih mempersatukan para anggota
- Menemukan cara perbaikan prestasi organisasi dan
- Penggantian manajer baru yang lebih cakap dan
bersemangat.
Pandangan lama Pandangan baru
- Konflik dapat
dihindarkan.
- Konflik
disebabkan oleh kesalahan-kesalahan manajemen dalam perancangan dan
pengelolaan organisasi atau oleh pengacau.
- Konflik
mengganggu organisasi dan menghalangi pelaksanaan optimal.
- Tugas manajemen
adalah menghilangkan konflik.
- Pelaksanaan
kegiatan organisasi yang optimal membutuhkan
penghapusan konflik.
|
- Konflik tidak
dapat dihindarkan.
- Konflik timbul
karena banyak sebab, termasuk struktur organisasi, perbedaan tujuan yang tidak dapat dihindarkan, perbedaan
dalam resepsi dan nilai-nilai pribadi
dan sebagainya.
- Konflik dapat
membantu atau menghambat pelaksanaan kegiatan organisasi dalam berbagai
derajat.
- Tugas manajemen
adalah mengelola tingkat konflik dan penyelesaian.
- Pelaksanaan
kegiatan organisasi yang optimal membutuhkan tingkat konflik yang moderat.
|
Jenis-jenis konflik
Ada lima jenis konflik dalam
kehidupan organisasi :
- Konflik
didalam individu :Konflik ini timbul apabila individu merasa bimbang
terhadap pekerjaan mana yang harus dilakukannya, bila berbagai permintaan
pekerjaan saling bertentangan atau bila individu diharapkan untuk melakukan
lebih dari kemampuannya.
- Konflik
antar individu organisasi yang sama :Konflik ini timbul dimana hal ini sering diakibatkan oleh
perbedaan-perbedaan kepribadian. Konflik ini juga berasal dari adanya konflik
antara peranan (seperti antara manajer dan bawahannya).
- Konflik antara individu dan
kelompok :Konflik ini berhubungan dengan cara individu menanggapi
tekanan untuk keseragaman yang dipaksa oleh kelompok kerja mereka. Sebagai
contoh, seorang individu mungkin dihukum atau di asingkan oleh kelompok kerjanya karena melanggar norma-norma
kelompok.
- Konflik
antar kelompok dalam organisasi yang sama :Konflik ini terjadi karena adanya pertentangan
kepentingan antara kelompok.
- Konflik
antar organisasi :Yang timbul sebagai akibat bentuk persaingan ekonomi
dalam sistem perekonomian suatu negara, konflik ini telah mengarahkan timbulnya
pengembangan produk baru, teknologi, dan jasa, harga-harga lebih rendah, dan
penggunaan sumber daya lebih efisien.
Metode pengelolaan konflik :
1. Metode Stimulasi Konflik
Seperti telah disebutkan dimuka, konflik dapat
menimbulkan dinamika dan pencapaian cara-cara yang lebih dalam pelaksanaan
kegiatan kerja suatu kelompok. Situasi dimana konflik terlalu rendah akan
menyebabkan para karyawan takut berinisiatif dan menjadi pasif.
Kejadian-kejadian, perilaku dan informasi yang dapat mengarahkan orang-orang
bekerja lebih baik diabaikan; para anggota kelompok saling bertoleransi
terhadap kelemahan dan kejelekan pelaksanaan kerja. Manajer dari kelompok
seperti ini perlu merangsang timbulnya persaingan dan konflik yang dapat
mempunyai efek penggemblengan.
Metode stimulasi konflik meliputi :
a)
Pemasukan atau
penempatan orang luarvke dalam kelompok.
b)
Penyusunan kembali
organisasi
c)
Penawaran bonus,
pembayaran intensif dan penghargaan untuk mendorong persaingan.
d)
Pemilihan
manajer-manajer yang tepat.
e)
Perlakuan yang
berbeda dengan kebiasaan.
2. Metode Pengurangan Konflik :
Manajer biasanya lebih terlibat dengan pengurangan
konflik daripada stimulasi konflik. Metoda pengurangan konflik menekan
terjadinya antogonisme yang ditimbulkan oleh konflik. Jadi, metoda ini
mengelola tingkat konflik melalui “pendinginan suasana” tetapi tidak menangani
masalah-masalah yang semula menimbulkan konflik.
Dua metoda dapat digunakan untuk mengurangi konflik.
Pendekatan efektif pertama adalah mengganti tujuan yang menimbulkan persaingan
dengan tujuan yang lebih bisa diterima kedua kelompok. Metoda efektif kedua
adalah mempersatukan kedua kelompok yang bertentangan untuk menghadapi
“ancaman” aatau “musuh” yang sama.
3. Metode Penyelesaian Konflik :
Metode
penyelesaian konflik yang akan dibahas berikut berkenaan dengan
kegiatan-kegiatan para manajer yang dapat secara langsung mempengaruhi yang
bertentangan. Metode-metode penyelesaian konflik lainya yang dapat digunakan,
mencakup perubahan dalam struktur organisasi, mekanisme koordinasi, dan
sebagainya, telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya.
Ada tiga
metode penyelesaian yang sering digunakan yaitu :
1. Dominasi dan penekanan :
Metode ini
dapat terjadi melalui cara-cara :
- Kekerasan (forcing)
yang bersifat penekanan otokratik
- Penenangan
(smoolling) yaitu cara yang lebih diplomatis
- Penghindaran
(avoidance) dimana manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas.
- Penentuan melalui
suara terbanyak (majority rule) mencoba untuk menyelesaikan konflik antar
kelompok dengan melakukan pemungutan suara (voting) melalui prosedur yang adil.
2. Kompromi (compromise)
Manajer mencari jalan keluar yang dapat diterima oleh
pihak-pihak yang saling berselisih untuk menyelesaikan masalah yang terjadi,
keputusan dicapai melalui kompromi bukanya membiarkan pihak-pihak yang
berkonflik merasa tenggelam dalam frustasi dan bermusuhan. Akan tetapi kompromi
merupakan metode yang lemah untuk menyelesaikan konflik, karena biasanya tidak
menghasilkan penyelesaikan yang dapat membantu untuk tercapainya tujuan
organisasi. Bentuk bentuk kompromi meliputi :
- Pemisahan
(separation), dimana pihak-pihak yang sedang bertentangan dipisahkan sampai mereka
menyetujui.
- Arbitrasi (perwasitan),
dimana pihak-pihak yang berkonflik tunduk kepada pihak ketiga.
- Kembali ke
peraturan yang berlaku, penyelesaian berpedoman kepaada peraturan (resort to
rules) dimana kemacetan dikembalikan pada ketentuan yang tertulis yang berlaku
dan membiarkan peraturan memutuskan penyelesaian konflik.
- Penyuapan
(bribing), dimana slah satu pihak menerima beberapa kompentensi sebagai imbalan
untuk mengakhiri konflik.
Pemecahan
masalah secara menyeluruh :
Dengan metode ini konflik antar kelompok diubah menjadi
situasi dimana kelompok-kelompok yang sedang berselisih bersama-sama berusaha
mencari penyelesaian bagi masalah yang timbul yang dapat diterima semua pihak.
Hal ini manajer perlu mendorong bawahannya, agar bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama, melakukan pertukaran gagasan secara bebas, dan menekankan
usaha-usaha pebcarian penyelesaian integratif.
Ada tiga metode untuk penyelesaian konflik yaitu :
- Konsensus, dimana
pihak-pihak mengadakan pertemuan untuk mencari pemecahan-pemecahan yang terbaik,
bukan kemenangan bagi masing-masing
pihak.
- Metode konfrontasi,
dimana pihak-pihak yang saling berhadapan menyatakan pandangannya secara
langsung satu sma lain, dengan kepemimpinan yang trampil dan kesediaan semua
pihak untuk mendahulukan kepentingan bersama, kerap-kali dapat ditemukan
penyelesaian yang rasional.
- Penggunaan
tujuan-tujuan yang lebih tinggi, dapat juga terjadi metode penyelesaian konflik
bila tujuan tersebut disetujui bersama.
Konflik struktural :
- Konflik Hirarki , Konflik
yang terjadi di berbagai tingkatan organisasi. Contoh konflik manajemen puncak
dengan manajemen menegah, konflik antar manajer dengan karyawan.
- Konflik fungsional, Konflik
yang terjadi antar departemen fungsional organisasi, contoh : konflik antar bagian
produksi dengan bagian pemasaran, bagian personalia dengan bagian produksi dan
sebagainya.
- Konflik lini-staf, Konflik
yang terjadi antara lini dan staf, karena ada perbedaan-perbedaan diantara
keduanya.
- Konflik formal
informal, Konflik yang terjadi antara organisasi formal dan informal.
Konflik lini dan staf
Bentuk umum
dari konflik organisasi adalah konflik antara para anggota lini dan staf.
Perbedaan ini memungkinkan para anggota lini dan staf untuk melaksanakan tugas
mereka masing-masing secara efektif.
Pandangan
lini :
Para anggota
lini berpendapat bahwa para anggota staf mempunyai empat keluarga:
- Staf melampaui wewenangnya.
- Staf tidak
memberikan advis yang sehat.
- Staf menumpang
keberhasilan lini.
- Staf mempunyai prespektif yang sempit.
Pandangan
staf :
- Lini tidak mau meminta bantuan staf pada waktu yang
tepat.
- Lini menolak
gagasan baru
- Memberi wewenang yang terlalu kecil kepada staf.
Penangulangan
konflik lini dan staf :
- Penegasan tentang
tanggung jawabanya.
- Pengintegrasian
kegiatan-kegiatan.
- Memberi wewenang
yang terlalu kecil kepada staf.
Referensi
T.Hani Handoko, op cit. Hal.346,349,352,353-354
Stephent P. Robbins. Managing
Organizational Conflict, Prectice Hall, Englewood Cliff, New York, 1974.
Fred Luthans, Organization
Behavior, McGraw-Hill, Inc.,1977, halaman 398-399.