Laman

Kamis, 12 Agustus 2010

SIFAT INDIVIDUALISME DALAM SUATU ORGANISASI BUKANLAH HAL YANG BURUK

Menjadi orang yang bersifat individualis terkadang adalah suatu aib di dalam organisasi yang menuntut kerja sama tim. Para individualis ini cenderung tertutup dan mengerjakan sesuatunya seperti apa yang mereka inginkan. 

Tak jarang mereka ini menerobos anggota tim lainnya dan/atau segala prosedur standar organisasi apabila hal tersebut dirasa menganggu kinerja mereka. Alhasil, mereka cenderung dijauhi dan dicela oleh anggota tim lainnya. Namun demikian, perlu Anda ketahui semua bahwa 1) Tidak semua orang terlahir dengan kemampuan sosial seperti Anda 2) Individualisme bukanlah hal yang buruk dalam tim maupun organisasi.

Tidak semua orang terlahir dengan kemampuan sosial seperti Anda

Mau tidak mau, anda harus mengakui bahwa semua orang tidak terlahir dengan kemampuan sosial seperti Anda sama halnya dengan semua orang tidak terlahir dengan kemampuan slam dunk layaknya Michael Jordan. Layaknya kemampuan olah raga, kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain bukanlah bakat lahir melainkan sesuatu yang perlu dipelajari oleh setiap individu dan melalui proses yang cukup lama serta dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Fakta lainnya adalah setiap orang memiliki apa yang saya sebut sebagai private room (ruang pribadi) masing-masing. Ruang pribadi ini adalah waktu bagi seorang individu untuk melakukan segala sesuatunya bagi diri mereka sendiri tanpa mengindahkan lainnya. Hanya saja, beberapa orang memiliki ruang pribadi yang lebih besar ketimbang lainnya sehingga mereka sering tampak 'individualis'.

Ketika Anda berbicara dengan para individualis ini, sebaiknya Anda menempatkan posisi Anda di sepatu mereka. Para individualis telah mengalami sejumlah peperangan selama hidup mereka, cukup untuk menyadari bahwa mereka 'berbeda' dan tidak semua orang mau menerima cara pandang mereka apa adanya jadi umumnya mereka ini memiliki pembawaan curiga, dingin, dan tidak bersahabat. Apa pun itu, ikuti dulu apa yang mereka bicarakan... Baru utarakan pendapat Anda secara baik-baik dan sopan kepada mereka.

Individualisme Bukanlah Hal yang Buruk dalam Tim Maupun Organisasi

Seorang individualis biasanya adalah seorang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Mereka berani melakukan segala sesuatunya sendiri adalah bukti tingkat kepercayaan diri mereka yang begitu tinggi. Kuncinya adalah bukan menyudutkan para individualis ini tapi tahu dimana menempatkan mereka! Tempatkanlah mereka dalam suatu bidang kerja spesifik yang tidak mengharuskan mereka bekerja sama dengan anggota tim lainnya. Bidang kerja spesifik ini dapat berupa pembuatan proposal kerja sama sampai kepada dealing dengan client. Para individualis ini biasanya memiliki tingkat kinerja yang di atas rata-rata ketimbang anggota lainnya karena motivasi dan ambisi mereka untuk selalu lebih hebat daripada yang lainnya.

Satu hal yang perlu diketahui oleh Anda bahwa seorang individualis tidak pernah cocok bekerja dalam tim TAPI bukan berarti mereka tidak cocok menjadi bawahan Anda atau bahkan pemimpin Anda! Faktanya mereka biasa melakukan segala sesuatunya sendiri dan sangat yakin dengan hasil kerja mereka. Ketika ada orang lain yang ditugaskan untuk membantu mereka, para individualis ini cenderung menganggapnya sebagai 'penghalang' saja.

Sebagai bawahan Anda, Anda akan mendapatkan kinerja yang sangat optimal dari seorang individu. Dan sebagai pemimpin Anda, Anda akan mendapatkan seorang pemimpin yang berapi-api yang senantiasa mengarahkan Anda untuk mencapai 'kesempurnaan' dalam bekerja.

Anda mungkin mengetahui bahwa para manajer sepakbola kerap menaruh pemain dengan skill individualis di depan (frontier) dan di tengah (midfielder) tetapi jarang di belakang (back player). Kenapa? Karena para manajer ini tahu bahwa mereka membutuhkan pemain yang sangat percaya diri untuk menyarangkan bola ke gawang ketika peluang tersebut terbuka tanpa celingak-celinguk ke kanan atau ke kiri menunggu pemain lainnya (frontier); mereka juga ingin sesekali pemain yang tangguh yang mampu membawa bola sendiri ke depan gawang (midfielder) dan membuat peluang tersebut tercipta; tetapi mereka tidak mau menempatkan mereka di belakang (back player) karena mereka tahu bahwa untuk menjaga gawang atau menciptakan strategi offside dibutukan kerjasama yang tinggi dengan pemain belakang lainnya. Sekali lagi kuncinya adalah posisi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan masukan komentar Anda