Laman

Senin, 15 November 2010

Mafia Betah di Belanda

Pada tanggal 12 Maret 2009, Giovanni Strangio ditangkap di daerah pemukiman baru di kota Diemen, dekat Amsterdam.
Giovanni Strangio adalah anggota mafia sekaligus tertuduh utama kasus pembunuhan dengan motif balas dendam, di sebuah restoran di Jerman. Yang membuat jengkel pihak kejaksaan Italia adalah, mafiosi bebas berkeliaran di Belanda.

Sebelum pembantaian di Duisburg tahun 2007 - yang menewaskan enam orang - hanya sedikit orang di luar Italia yang tahu-menahu tentang 'Ndrangheta, yaitu klen Giovanni Strangio. Kawasan Italia Selatan, Kalabria, adalah tempat kelahiran 'Ndrangheta.

Klen Kalabria bertumbuh menjadi organisasi mafia terpenting di dunia. Dan juga memonopoli impor kokain di Eropa dengan omset tahunan sekitar 45 miliar Euro.

Belanda populer
'Ndrangheta melebarkan sayapnya ke seluruh dunia. Tapi terutama Belanda sangat favorit di kalangan mafiosi, kata Francesco Forgione, bekas Ketua Komisi Parlemen untuk Urusan Anti Mafia di Roma.
 
"Belanda adalah pusat rute kokain di Eropa. Pelabuhan Rotterdam dan letaknya yang dekat Jerman berperan penting. Belanda favorit sebagai tempat persembunyian dan investasi. Jadi kaum kriminal tidak tinggal di sebuah negara hanya untuk mengimpor kokain saja. Mereka juga memutihkan uang di sana."


Meja dan Kursi
Organisasi-organisasi mafia lainnya seperti Camorra dan Cosa Nostra berada di luar negeri. Terutama 'Ndrangheta cenderung bercokol di sebuah negara yang memiliki struktur dan ritual negara asal, alias 'rumah' mereka.
Di belakang restoran Da Bruno di Duisburg, Jerman, ditemukan sebuah ruangan dengan meja dan tigabelas kursi yang juga didapati di Kalabria, dan dipakai untuk pelantikan anggota baru klen 'Ndrangheta.

Jadi mungkin saja di Amsterdam juga ada ruangan semacam itu, kata Francesco Forgione. "Apalagi kalau 'Ndrangheta juga mengakar di Amsterdam."

Lemari Besi
Menurut  Francesco Forgione terdapat sepuluh sampai limabelas klen Italia di Belanda, terutama di Amsterdam. Mayoritasnya berasal dari Kalabria. Dalam bukunya yang laris terjual 'Camorra', Roberto Saviano, menguraikan bahwa bos mafia yang masih buron, Augusto la Torre, bertahun-tahun tinggal di Belanda.
Dia tinggal di rumah rekan sedesanya, Raffaele Barbato alias 'Rockefeller', yang memiliki dua kasino di Amsterdam. Konon jutaan uang milik Augusto la Torre dan klennya masih tersimpan di brankas bank Belanda. Penulis Roberto Saviano, kini mendapat ancaman dari kalangan mafia.

Mengapa Belanda begitu populer di kalangan mafiosi? Jawabannya simpel: Belanda terbuka, rumah bordilnya bagus, perundang-undangan narkoba Belanda liberal, dan polisi serta kejaksaan relatif toleran.
Dengan kata lain: kalau seorang mafioso tidak menarik perhatian, maka di Belanda dia aman.

Tidak Perduli
Italia menganggap Belanda tidak memperdulikan upaya menyeret mafiosi ke meja hijau. Nicola Gratteri, pengejar 'Ndrangheta- terpenting di Italia: "Belanda baru bertindak kalau koran menyorotinya atau kalau rakyat protes. Selama itu tidak terjadi, Belanda akan pura-pura tidak tahu."

Eropa juga diam saja. Mafiosi bisa ke mana-mana di Eropa yang nirbatas. Padahal polisi dan kejaksaan belum siap menangani kriminalitas yang melampaui tapal batas negeri mereka.

Ini membuat frustrasi hakim penyidik Italia. Mereka mengusulkan agar negara-negara Eropa saling menyesuaikan hukum mereka. Sebagai contoh, hanya Belanda dan Italia yang menganggap keanggotaan organisasi kriminal sebagai suatu tindak kriminal.

FBI
Piero Grasso, kepala satuan anti mafia Italia berkhayal tentang FBI ala Eropa: "Kejahatan-kejahatan dilakukan di pelbagai negara. Jadi kami harus mengumpulkan bukti di pelbagai negara untuk dapat membuktikan fakta transnasional."

Tapi birokrasi Eropa berjalan lamban, alhasil anggota 'Ndrangheta bisa tetap berfokus pada impor kokain, pembelian tanah dan gedung atau melakukan pembunuhan balas dendam di trotoar restoran Italia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan masukan komentar Anda