Laman

Jumat, 11 Maret 2011

SETENGAH ISI SETENGAH KOSONG ( Half Full – Hal Empty)


KASIH SAYANG

Kasih sayang adalah salah satu bentuk pengorbanan dalam hidup manusia. Salah satunya kasih sayang untuk saling berbagi. Berbagi merupakan topic yang tidak ada habis – habisnya untuk direnungkan. Perenungan itu berwujud sebagai implementasi tingkah laku manusia. Semakin banyak memberi, semkin tidak akan merasa kekurangan. Namun saat ini banyak individu yang mau memberi untuk mencapai popularitas diri. Berbagi bukanlah merupakan bungkus yang tampak dari luar saja, melainkan sesuatu yang berasal dari dalam. Itulah sebabnya ketika seseorang berbagi dengan orang lain sebaiknya tidak diketahui oleh orang lain. Berbagi yang dilandasi oleh cinta yang tulus akan membuahkan keserupaan. Mereka yang saling berbagi akan memiliki kepekaan yang tinggi untuk memahami kebutuhan dan keinginan pasangan lainnya.
Kasih sayang berasal dari keluarga, seperti seorang ibu. Monumen keindahan kasih ibu dibangun diatas kecupan sayang, dekapan hangat dan cerita – cerita indah yang mengalir sejuk membentuk atmosfer kehangat dirumah maupun dikantor. Untaian doa yang dipanjatkan kepada sang pencipta akan jauh lebih banyak dibandingkan sekedar kasak – kusuk kesana kemari untuk mengatrol kedudukan sang suami. Begitu juga dengan Ayah. Ayah adalah kepala rumah tangga untuk ibu ( istrinya ) dan sebagai Tuhan bagi anak – anaknya. Bagi ayah bekerja tidak akan memberikan investasi lebih permanent jika dibandingkan dengan memberikan waktu yang cukup untuk anak dan keluarga.
Dalam wujud kasih sayang bisa juga berupa hukuman yang memang merupakan salah satu alat yang ampuh untuk menegakkan disiplin seseorang, baik dilingkungan keluarga maupun perusahaan. Pemberian hukuman seyogianya tidak mengamputasi motivasi seseorang melakukan yang terbaik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun perusahaan. Di sinilah keteladanan dimulai. Lebih jauh dapat dikatakan bahwa aturan dibuat untuk semua, diberlakukan pada semua lapisan, dan konsekuensi pelanggaran aturan juga diterima oleh semua tanpa memandang jabatan, senioritas maupun popularitas, serta kekayaan.
Hukuman diberlakukan dimana saja baik diperusahaan, sekolah, perintahan, sampai dirumah. Rumah adalah tempat dimana pertama kali kita mengenal arti kasih sayang, tempat tinggal yang mempertemukan seluruh anggota keluarga yang penuh kehangatan. Bagi seorang anak, rumah merupakan jenjang pendidikan pertama sebelum menapaki pendidikan formal dan masyarakat, dimana kedua orangtuanya menjadi guru terbaiknya. Sedangkan bagi orang tua, rumah merupakan laboratorium untuk melatih sikap mental yang benar dalam memahami hubungan antar manusia. Bahkan, beberapa ahli melihat, rumah merupakan leadership training center bagi seorang pemimpin, dengan asumsi bagaimana mungkin seseorang bias memimpin sebuah organisasi dengan baik jika rumahnya sendiri sulit dipimpin. John C. Maxwell, dengan indahnya pernah berkata, “ Yang jelas, ada koreksi antara sukses keluarga dan sukses pribadi “.Berada dirumah memang bukan segala – segalanya, namun penting.
Kehangatan rumah, yang di dalamnya tebentuk jalinan komunikasi harmonis dan saling memperhatikan, akan memperkuat setiap individu yang ada di dalamnya menghadapi sejumlah tantangan di luar. Ketika suatu saat kita ditanya, apa yang paling membuat kebahagian manusia saat ini. Mungkin jawaban yang paling tepat adalahdengan memberi kebahagian bagi orang lain. Memberi memang lebih indah daripada menerima.
Tidak selamanya hidup ini stabil, ada saatnya kita mengalami goncangan hidup. Jabatan, kekayaan, dan fasilitas yang dimiliki saat ini merupakan “ baju “ yang bias dilepas setiap saat. Namun, kebahagian yang diperoleh melalui memberi dengan tulus adalah sesuatu yang abadi. Dalam hidup ini kekuatan cinta kasih adalah “ mukjizat “. Mukjizat dan pertolongan Sang Khalik, terkadang datang secara tidak terduga, namun selalu tepat, tidak pernah terlalu cepat dan tidak pernah datang terlambat. Manusialah yang terkadang mempersepsikannya berbeda – beda.
Keserakahan, cinta akan uang, cinta akan kekuasaan maupun kehausan akan seks, inilah yang membuat benih – benih cinta kasih tersebut sulit tumbuh dalam wujud tingkah laku.Cintah kasih, indentik dengan pengorbanan dan sentuhan yang sungguh – sungguh dari seseorang terhadap orang lain. Tanpa pengorbanan dan ketulusan untuk rela memberi tanpa pamrih, cinta kasih menjadi bahasa yang tidak memiliki makna apa –apa. Lalu dimanakah kekuatan cinta itu? Kekuatan dahsyat tersebut dapat dirasakan ketika kita mengasihi dan mencintai diri kita sendiri. Buah tingkah laku sebagai wujud cinta kasih seperti ini akan terasa lebih manis, karena cinta kasih yang disalurkan sudah menjadi wujud ungkapan syukur atas kasih sayang Ilahi yang telah diterima selama ini.
Keindahan hidup dapat kita rasakan manakala kita lebih banyak memberi daripada sekedar menerima. Terkadang tindakan memberi yang terbaik kepada orang lain terkesan merugikan diri sendiri, namun kebahagian yang diperoleh sebagai dampak dari memberi inilah yang tidak ternilai harganya. Hati yang mau memberi dimulai dari hati yang terbuka untuk berempati kepada orang lain yang memerlukan uluran kasih. Hati yang tergerak untuk berempati kepada orang lain adalah hati yang telah digerakan oleh ucapan syukur atas apa yang telah terima selama ini dalam kehidupannya, baik itu kesehatan, jabatan, maupun kecukupan lainnya. Sesunguhnya, memberi tidak selalu dalam bentuk uang dan barang. Senyuman yang tulus, sapaan yang menghibur dan menguatkan, telinga yang mau mendengarkan, uluran atau pelakuan hangat yang meneguhkan, serta bimbingan yang proposional, merupakan bagian dari uluran kasih untuk memberi kepada orang lain. Sukses kita dalam menjalani kehidupan ini bukan dari pada apa yang sedang dan akan kita raih, melainkan dari seberapa banyak yang sudah kita berikan untuk sesama.

KOMUNIKASI

Dalam kehidupan perusahaan secara makro mirip sekali dengan kegiatan arung jeram. Ditengah – tengah ombak ketidakpastian maka semua pegawai seyogianya tunduk dan taat pada system, aturan, dan prosedur yang berlaku secara konsisten dan konsekuen. Tidak ada kesempatan untuk mencari pembenaran, apalagi untuk mengelak. Satu – satunya cara untuk melewatinya adalah dengan melewatinya dengan cara memelihara kekompakan tim. Ketika ada banyak jeram yang harus dilewati, berdasarkan kompetensi dan analisis kemampuan tim, dia pun mampu melewatinya dengan efektif. Oleh karena itu, dalam mengarungi “ jeram “ perusahaan yang semakin kompetitif saat ini, tidak ada pilihan lain selain para pemimpin ditiap lini haruslah orang yang berkompeten. Nikmatnya menjalani kehidupan perusahaan kita adlah justru karena setiap waktu kita berhadapan dengan jeram – jeram kehidupan perusahaan kita adalah justru karena setiap waktu kita berhadapan dengan jeram – jeram kehidupan bisnis yang selalu berubah – ubah. Disinilah kekompakan tim diuji, kompetensi pemimpin diasah, serta sikap mental diarahkan lebih positif.
Komunikasi, merupakan kata kunci dan tindakan penting dalam membentuk, memelihara, dan meningkatkan kualitas hubungan antar manusia. Banyak hubungan bisnis terputus hanya karena kesalahan dalam berkomunikasi, keluarga menjadi retak bahkan nyaris berantkan karena komunikasi. Sukses tidaknya suatu kebijakan yang mengarah pada perubahan, entah itu yang menyangkut perubahan dalam lingkungan perusahaan maupun kebijakan dirumah, kuncinya adalah sosialisasi ( komunikasi terbuka ) yang menjadi tolok ukur berhasil tidaknya implementasi kebijakan tersebut.
Begitu pentingnya komunikasi sehingga upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi terus menerus mengalami perkembangan, baik berbasis teknologi maupun dengan hati ( by heart ), pendekatan sentuhan ( human tuch ) tetap memegang peranan. Dari sini tampak bhawa komunikasi merupakan upaya, keterampilan, pengorbanan, serta dorongan kejernihan hati untuk mau membuka percakapan dan mendengarkan orang laindengan lebih seksama. Tulus “ sincere “ adalah kata yang abadi dalam membina hubungan antar manusia. Bahkan, ketulusan merupakan bahasa yang dapat didengar oleh orang tuli dan perbuatan yang dapat dilihat oleh orang buta. Nilai yang terkandung dibalik ketulusan adalah kejujuran dan integritas. Ketulusan adalah Inside Out ( dari dalam keluar ), bukan kebalikannya. Ketulusan yang sungguh – sungguh dan konsisten akan meruntuhkan nilai – nilai kesombongan dan menetralisir kecenderungan untuk menonjolkan diri, sehingga setiap pribadi yang tulus menjadi pribadi yang matang dan disenangi oleh lingkungannya.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan nilai ketulusan ini salah satunya dengan meningkatkan aktivitas spiritual, bergaul dengan orang –orang yang tulus, membaca buku –buku bermutu, dan melatih diri untuk tulus dan ketulusan anda akan mendatangkan banyak teman dan handai taulan.
Cobalah kita cermati salah satu contoh dari mejalin sebuah komunikasi yaitu Panjat pinang yng mengambarkan kehidupan manusia yang turun naik, tidak stabil dan seimbang. Ada kalanya seseorang berada dalam puncak karier dan kejayaan, namun ada kalanya berada pada titik terendah dalam hidup. Itulah sebanya tidak ada yang konstan dalam kehidupan ini. Mengucapkan syukur untuk stiap hari merupakan langkah yang paling baik untuk bias melalui kehidupan ini dengan penuh kebahagiaan. Jika kejayaan dan ketenaran tidak ada yang konstan, maka penderitaan dan kegagalan pun demikian, tidak ada yang bertahan selama – lamanya. Billi S. Lim mengatakan bahwa “ kegagalan tidak berhenti dikegagalan, dia hanya menumpang lewat saja dalam diri manusia “.
Oleh karena itu, hidup ini berputar, sudah seyogianya setiap orang saling merendahkan hati dan menganggap orang lain lebih penting dari dirinya sendiri. Kunci kerendahan hati inilah yang selanjutnya mendorong seseorang untuk mampu melayani satu sama lain. Dalam era persaingan seperti ini, tidak tepat rasanya jika masih ada segelincir individu yang menganggap korsanya lebih penting dari yang lain. Tinggal bagaimana kita menempatkan orang – orang yang tepat pada tempat yang tepat supaya terjadi pelipatandaan manfaat kompetensi.
Memang manusia pada dasarnya adalah cenderung untuk mementingkan kepentingannya sendiri. Ketika ancaman datang, maka kegiatan untuk menyelamatkan diri juga merupakan bagian dari sifat dasar tersebut. Akan tetapi, jika hal ini terus menerus dan menjadi warna tingkah laku sendiri, maka hal inilah yang dikenal dalam management sebagai Safety Player ( pemain yang selalu mencari keselamatan dirinya sendiri ). Ternyata tidak ada korelasi yang positif antara jabatan, uang maupun jenjang pendidikan untuk mau berkorban bagi orang lain. Pengorbanan yang dilakukan manusia terhadap orang lain tentu akan memperoleh pahala yang setimpal dari Sang Khalik tepat pada waktunya.
Dunia ini sudah semakin bertumbuh dalam keegoisannya, hubungan antar manusia semakin kering, tingkat persaingan semakin tinggi dan kemajuan teknologi yang telah memungkinkan manusia untuk tidak berhubungan dengan orang lain tanpa melalui tatap muka atau bersalaman. Tak heran diperlukan seorang sahabat yang menjadi teman setia dikala suka maupun duka. Tapi menjadi sahabat justru di kala mereka dalam keadaan susah dan berduka menjadikan nilai persahabatan tersebut begitu tinggi. Dalam dunia yang semakin “ bengkok “ ini, intisari persahabatan acapkali dibungkus oleh harapan – harapan pamrih untuk jangka panjang. Persahabatan sejati tidak melihat hasil dan buah dari persahabatan tersebut, namun kedua belah pihak menikmati proses yang terjadi sebagian bagian dari tugas kehidupan. Itulah sebabnya Richard Excely ( 2002 ) mengemukakan “ Sahabat sejati adalah orang yang mau mendengar dan mengerti ketika anda mengungkapkan perasaan anda yang paling dalam “. Dari hubungan komunikasi ini sudah seharusnya kita memiliki jiwa besar, berpikiran positif terhadap apapun yang dapat mendukung kita untuk dapat terus menjalin komuikasi dengan baik. Terjalinnya komunikasi yang baik dapat membuahkan hasil untuk kelangsungan hidup kita.

MOTIVASI

Dalam kehidupan ini, jika kita sudah memulai sesuatu ( tentu berdasarkan pertimbangan yang matang ) adalah memadamkan semua kemungkinan untuk kembali. Beberapa ‘daya tarik’ yang mampu menarik kita untuk kembali adalah keterkaitan pikiran dan nostalgia kesukseskan masa lalu dan fasilitas yang mungkin masih terkenang dengan segala kemudahan. Daya tarik yang demikian membuat pikiran kita yang sedikit banyak akan menciutkan nyali untuk menerima tantangan yang ada dimata kita. Itulah sebabnya, kata – kata yang sering muncul dalam kondisi demikian antara lain : ‘dulu’ atau ‘seandainya’
Bahkan, ketika perjalanan kita harus mengalami peubahan rute pun, kembali kejalan awal merupakan pantangan kecuali jika mengalami hal – hal yang memang di luar rencana dan kekuasaan manusia. Inilah yang pernah dikatakan oleh Isabel Moore, “Kehidupan ini ibarat jalan satu arah, seberapa banyak pun perubahan rute yang anda tempuh, tidak satu pun akan membawa anda kembali. Begitu anda mengetahui akan tampak menjadi jauh lebih sederhana”.
Dalam skala perusahaan, hasil rapat kerja yang telah menghasilkan keputusan strategis, tentu sudah saatnya dieksekusi (dijabarkan, disosialisasikan, dan diimplementasikan,- Ed.) dengan bijak. Menghambat pengeksekusian tentunya akan menghambat berputarnya kinerja perusahaan kearah lebih baik, apalagi berpikir untuk kembali melaksanakan pekerjaan yang tidak diprogramkan. Walaupun prinsip ‘terus maju’ tidak terlepas sari berbagai risiko, namun perencanaaan yang matang merupakan bagian yang proposional untuk mengantisipasi sejumlah risiko yang ada.Kalupun terlalu berat, paling mengubah rute perjalanan.yang penting bukan dari mana memulai, melainkan di mana kita berakhir. Inilah yang menggambarkan diri kita sebenarnya
Kehidupan manusia adalah kehidupan yang ‘jatuh bangun’. Bukan perkara bagaimana kita gagal atau menghadapi masalah, namun yang terpenting adalah bagaimana kita bangkit dari kegagalan tersebut dan mulai melakukan pembaharuan agar hal serupa tidak terulang kembali. Pada kenyataannya, ada begitu banyak manusia yang dengan mudah melakukan vonis terhadap dirinya sendiri dan sekaligus memastikan bahwa dia tidak bias melakukan apa – apa, lantaran sudah pernah melakukan kesalahan yang fatal. Keberhasilan bukan di ukur dari posisi yang telah dicapai seseorang dalam kehidupan, melainkan dari rintangan – rintangan yang diatasinya saat berusaha untuk berhasil. Di sinilah letak nilai kehidupan yangbermakna tersebut.
Pengalaman bukanlah apa yang terjadi pada seseorang, melainkan apa yang dilakukan seseorang terhadap apa yang terjadi padanya. Mungkin itu pengalaman pahit yang menyisahkan duka atau pengalaman manis yang memotivasi kita untuk membuat hidup lebih hidup. Manusia ( bukanlah gajah ) diberi akal, hati nurani, dan dorongan oleh Sang Pencipta untuk bangkit dari setiap kegagalan dan peristiwa yang begitu menekan. Tidak ada masalah yang terlalu besar untuk dihadapi, tidak ada langkah yang terlalu panjang untuk dihadapi, tidak ada orang yang terlalu sulit untuk dihadapi ketika kita mampu menyikapi setiap peristiwa yang terjadi dengan yang jernih dan kepala dingin. Kekuatan terbesar untuk menyelesaikan pekerjaan adalah pada saat kita berani untuk memulainya. Langkah berikutnya adalah dengan selalu membuka jalinan silahturahmi dengan orang lain untuk membagi pengalaman (sharing). Dalam percakapan yang berbagi tersebut, setidaknya mengurangi beban mental dan memungkinkan kita menemukan solusi untuk bangkit. Orang tidak dapat menemukan lautan biru kecuali ia memiliki keberanian untuk tidak melihat pantai.
Motivasi akan memberikan kita keinginan dan dorongan maksimal. Pelatihan akan memberikan kita cara menghadapi tantangan, dan gabungan antara motivasi dengan motivasi dengan pelatihan akan memberikan ide – ide kreatif untuk melewati tantangan. Itu semua komitmen, disiplin, dan tanggung jawab akan membekali kita dalam menghadapi masa – masa sulit kehidupan. Semua liku – liku kehidupan sesungguhnya telah diatur Sang Khalik sehingga tidak melewati batas kemampuan kita sebagai manusia.
Salah satu unsur terpenting yang kita perlukan untuk memecahkan masalah – masalah yang ada disekitar kita, baik itu pekerjaan, masalah keluarga, maupun problem pribadi adalah bagaimana kita memandang masalah tersebut. Cara pandang ini sangat dipengaruhi oleh informasi apa yang selama ini, secara terus menerus, masuk ke dalam pikiran kita. Bila kita telaah lebih dalam, sesungguhnya hanya lewat cara pandang yang positif seseorang dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik atau tidak. Orang yang memiliki cara pandang positif pada umumnya sangat alergi dengan urusan pamrih atau imbalan. Baginya, menyelesaikan pekerjaan adalah the way of life (cara hidup) bukan how to life (bagaiman hidup). Cara pandang yang positif ini akan sangat mempengaruhi efktivitas kerja dan akan memampukan kita untuk selalu optimis memandang situasi dan kondisi yang sedang terjadi di tengah lingkungan kita. Pepetah cina mengatakan, “daripada mengutuki kegelapan, lebih baik ambil sebatang lilin dan nyalakan.” Optimisme yang sesungguhnya adalah menyadari masalah serta mengenali pemecahannya. Mengetahui kesulitan dan yakin bahwa kesulitan itu dapat diatasi. Melihat yang negatif tetapi menekan yang positif. Menghadapi yang terburuk, namun mengharapkan yang terbaik. Mempunyai alasan untuk mengetahuibtetapi memilih untuk tersenyum.
Di lain pihak, dari sisi bisnis, tentu setiap orang pun dapat melihat dengan cara pandang yang berbeda terhadap situasi yang melanda perusahaan. Perkembangan perusahaan bisa bertahan (survive) dan bertumbuh (growth) atau tidak, juga bergantung bagaimana karyawan memandangnya. Dalam kehidupan hubungan antar pegawai pun demikian. Cara kita memandang orang lain akan sangat mempengaruhi bagaimana hubungan kita dengan orang tersebut selanjutnya. Ada saja orang yang terkuat pada sisi negatif orang lain dibandingkan potensi – potensi yang masih dimilikinya. Satu langkah penting untuk melaluinya dengan efektif adalah dengan memaknainya pada sisi yang masih terisi. Melalui pemaknaan yang demikianlah kita mampu berbuat kreatif dan berbuat banyak bagi perusahaan, keluarga, dan diri sendiri.
Terkadang dalam menjalankan aktivitas sehari – hari, diperlukan dorongan (motivasi) yang kuat untuk membuat seseorang lebih berani dalam upaya dia memenuhi kebutuhannya. Arti mendasar dari dorongan adalah keberanian untuk bertindak. Baik para orang tua maupun pemimpin perusahaan perlu memberikan “trigger”(pemicu). Pemicu ini dapat berupa dorongan ancaman dan menakutkan (fear motivation) seperti ancaman sanksi jika tidak melanggarnya, selain itu ada juga dorongan berupa inspirasi (inspiring motivations) seperti memberikan arahan/cerita – cerita atau memberikan teladan dengan terlebihdahulu si pemberi tugas melakukannya. Meskipun para ahli mengatakan bahwa yang efektif adalah dorongan inspiratif, namun sebenarnya sifatnya sangat situasional tergantung dari karakteriktik karyawan atau anak serta kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan. Dorongan – dorongan yang ada dalam diri untuk berkarya akan mewarnai sejauh mana tingkah laku profesionalisme seseorang.
Salah satu sifat manusia yang hingga kini masih mewarnai pergaulan adalah seseorang lebih mudah dan menyenagkan menceritakan hal – hal negatif tentang orang lain dari pada yang positif. Inilah reallitas hidup manusia. Adakalanya kita perlu “tuli” untuk tidak mendengar segala pembicaraan negatif (gosip) yang justru menhambat laju perkembangan kita diperusahaan, keluarga maupun masyarakat. “Tuli” bukan berarti kita menjadi pura – pura tidak tahu akan isu yang berkembang. “Tuli” berarti, kita melakukan intropeksi diri terhadap isu yang berkembang, dan jika tidak benar maka jadilah “tuli” yang benar. Tidak perlu berlindung dibalik punggung orag lain untuk emnutupi kesalahan diri. Jadilah “tuli” untuk hal – hal negatif yang tidak jelas kebenaran dan asal usulnya, serta bukalah telinga selebar – lebarnya untuk orang lain dan untuk instropeksi diri.
Biasanya, sebagian orang tidak siap menghadapi perubahan mendadak yang dapat  menganggu kenyamanannya dalam hal apa pun. Reaksi penolakan merupakan hal yang manusiawi, namun kejernihan berpikir akan membantu kita malihat masalah tersebut dengan objektif dan berusaha bangkit. Dari sekian banyak tantangan hidup yang kita alami, pasti ada bagian – bagian yang masih bisa kita ubah, setidaknya diri kita sendiri dalam merespon segala sesuatu yang terjadi. Kehidupan terbentuk bukan karena kita memegang kartu yang baik, melainkan memainkan dengan baik kartu yang kita pegang. Berarti yang penting bagaimana kita “memainkan” kehidupan ini dengan cantik dan harmonis dalam koridor dinamika suka dan duka. Dalam kejernihan hati dan fantasi kreatif, masalah perusahaan bisa kita jadikan sebagai tugu peringatan sekaligus simbol transformasi menuju kearah yang lebih profesional dan memiliki keunggulan bersaing secara profesional.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara percaya dengan mempercayakan. Jika hidup hanya sekedar percaya berarti menunjukan penyerahan diri yang tidak lengkap terhadap apa yang kita percaya. Hidup sekedar percaya tidak menuntut komitmen penuh. Dilain pihak lain, “percaya” merupakan langkah awal sebelum masuk pada “mempercayakan”. Hidup yang mempercayakan bukan merupakan penyerahan secara total kehidupan kita setelah kita mengetahui siapa yang kita percayai.

PROFESIONALISME
Setiap manusia dikaruniakan oleh Sang Pencipta kemampuan untuk menghasilkan yang terbaik bagi lingkungannya. Dengan kata lain, dalam setiap diri manusia mempunyai benih – benih untuk sukses. Jika benih kemampuan sukses ini direnungkan, disadari, dan dijalankan dengan baik, maka akan melahirkan standar – standar kehidupan yang dapat diukur serta dicapai dengan baik pula. Masalahnya sekarang, banyak diantara kita lebih senang menggunakan standar keberhasilan atau kegagalan orang lain untuk diterapkan pada dirinya. Hal ini sangat berbahaya, karena perlahan – lahan mereka yang menggunakan standar orang lain akan kehilangan jati diri dan ketidakmampuan membangun kepercayaan diri untuk maju. Ketika orang menyadari potensi dan pribadinya yang unik serta mampu menetapkan standar bagi dirinya sendiri, maka dia akan disibukkan dengan pencapaian cita – cita yang sudah ditetapkan. Sedangkan implemantasi pencapaian cita – cita tidak akan terlaksana dengan baik jika dia tidak melibatkan orang lain sebagai suatu mitra.
Setiap orang pasti mengalami permasalahan dan beban hidup yang silih berganti, baik dalam urusan pekerjaan, keluarga, maupun kehidupan pribadi. Orang – orang disekeliling kita mengharapkan keharuman dan warna indah yang dikeluarkan dari dalam diri kita ketika menghadapi gelombang permasalahan yang sepertinya sulit berakhir.
EQ ( Emotional Inteligence – Kecerdasan Emosi) akan saling melengkapi dengan Kecerdasan Intelegensi (IQ) sebagaimana yang sudah kita kenal. Walaupun demikian, keduanya tidak selalu berjalan secara partikel. Tidak semua individu yang memiki IQ yang menonjol akan memiliki EQ yang menonjol pula. Daniel Golemen memberikan istilah Kecakapan Emosi, sebagai hasil belajar yang didasarkan pada Kecerdasan Emosi. Kecapan Emosi itu terbagi menjadi dua,yaituKecakapan Pribadi dan Kecakapan Sosial.Kecakapan Pribadi akan menentukan bagaimana kita mengatur diri sendiri, dimana mencakup kesadaran diri (self awareness), pengaturan diri (self regulation),dan motivasi (motivation). Sedangkan Kecakapan Sosial sangat berperan ketika kita berhubungandengan orang lain, diantara mencakup empati (emphaty) dan keterampilan sosial (social skill).
Penilain EQ tentu menjadi suatu hal yang menakutkan bagi seorang karyawan setelah dia menyadari behwa EQ nya tidak terlalu menonjol. Namun, satu hal yang paling berbahaya adalah sangat dangkal dan bangga dengan gelar, pengetahuan, atau jabatan yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu beberapa langkah praktis untuk membangkitkan Kecerdasan Emosi menuju Kecakapan Emosi yang maksimal. Ada beberapa cara untuk meningkatkan EQ tingkah laku yang sudah proposional dipertahankan dan ditingkatkan, sedangkan yang dirasa kurang dan tidak proposional sebagai seorang karyawan atau pimpinan tentu harus diubah. Yang terpenting adalah saling melayani dengan tulus untuk menjaga profesionalisme. Dari ketulusan dalam melayani ternyata memberikan dampak yang luar biasa bagi orang lain dan bahkan membuat mereka harus kembali lagi untuk berhubungan dengan sipelayan tersebut.
Perbuatan yang melanggar susial, moral, atau hokum pada awalnya sering mendatangkan kenilmatan. Akan tetapi, karena terlalu menikmati, tanpa disadari hal ini telah mematikan nilai kehidupan seseorang. Segala perbuatan buruk yang dilakukan pada awalnya memang tidak pernah menjanjikan sesuatu yang buruk. Jika dicermati lebih lanjut, maka perkembangan dunia saat ini lebih menjanjikan hal – hal yang sifatnya bedonisme, yakni paham yang mengajarkan seseorang untuk mencari kenikmatan demi kenikmatan. Paham materialisme yang mengajak seluruh umat manusia untuk mencari harta sebanyak – banyaknya. Satu hal yang pasti adalah berusaha untuk terus menerus memikirkan dan merancang serta mendapatkan sesuatu yang lebih pasti dan berjangka panjang, seperti membangun keluarga yang kokoh, melejitkan karier yang berlandaskan kompetensi, atau mempertegas kepemimpinan yang menegakan kebenaran, keadilan, dan pelayanan.
Kesejahteraan dan keberhasilan hal yang sangat manusia inginkan. Kerja yang sungguh – sungguh bukan berarti bekerja keras, namun bekerja cerdas (smart work) berlandaskan keseimbangan hidup. Inilah kunci sukses untuk meraih kesejahteraan. Thomas Alva Edison si penemu lampu pijar pernah mengemukakan bahwa tiga hal yang paling diperlukan untuk meraih keberhasilan adalah “bekerja keras dan cerdas, ketekunan, dan akal sehat”. Sukses dalam bekerja berarti sukses dalam menjalani apa yang sedang dikerjakan baik dalam suka maupun duka. John Sifonis, mengatakan,”Different isn’t always better but the best is always different.” (berbeda tidak selalu lebih baik, namun yang terbaik selalu berbeda). Akhirnya, hanya dengan bekerja cerdas berlandasakan kemurnian hati dan akal sehat yang proposional kita dapat mewujudkan kesejahteraan maksimal.
Ada banyak cara untuk memasukan pendapatan ke perusahaan, namun tidak dapat dipungkiri lagi bahwa lebih banyak cara lagi untuk mengeluarkan uang dari perusahaan sebagai salah satu biaya apalagi dengan menghalalkan segala cara. Salah satu keunikan manusia asalah selalu berkeinginan untuk mencari sela – sela kelemahan dari suatu peraturan agar dapat dinikmati hasilnya tanpa tuntutan apa pun. Iidaklah heran jika demi untuk memuaskan kepentingan dirinya sendiri, seorang manusia rela mengorbankan manusia lainnya. Diantara sekian banyak penyimpangan yang dilakukan oleh manusia, kita boleh sangat bersyukur, karena benih – benih untuk berbuat baik masih sangat besar dan potensial dalam diri manusia. Senua dimulai dari mensyukuri atas semua yang dimiliki, memiliki ikhtiar untuk memberikan yang terbaik, serta mendeteksi bahkan menghapus perlahan –lahan kesersakahan yang justru semakin menurunkan harga diri.
“Hidup adalah perjuangan. Hidup adalah kerja keras, bahkan untuk meraih keberhasilan diperlukan keringat dan air mata,” demikian Thomas Alva Edision bertutur. Setiap tapak kehidupan yang telah dilalui akan memberikan makna yang luar biasa bagi seseorang untuk memasuki tapak kehidupan berikutnya. Jika selalu memandang negative dan terus mengeluh tentu akan membuat sikap mental kita menjadi lebih buruk. Sebaliknya, jika disikapi dengan optimis dan penuh harapan, maka proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik. Perubahan pikiran ini selanjutnya akan diikuti dengan perubahan perasaan yang selanjutnya membuahkan perubahan tingkah laku.
Terkadang, dalam kehidupan ini telinga kita sudah terlalu kebal tehadap suara – suara peringatan ang betujuan membawa kita kearah kehidupan yang lebih baik. Popularitas, ambisi, kesombongan, kekayaan, dan segala kompetisi yang dimiliki sering membutakan nurani dan menumpulkan ketajaman pendengaran kita terhadap alunan musik instropeksi yang merdu. “life is choise” (hidup adalah pilihan), demikian klaim seorang filsuf. Tidak menherankan, karena kita sebenarnya dihadapkan pada pilihan – pilihan yang harus diputuskan, cepat atau lambat.
Lebih dari setengah abad bangsa Indonesia merdeka dari penjajahan bangsa lain. Namun, masih banyak manusia Indonesia yang hingga saat ini masih hidup dalam penjajahan atas dirinya sendiri. Kekurangan pola piker yang selalu melihat dari satu sisi saja. Pola pikirlah yang menyulitkan orang untuk mengatasi masalah – masalahnya. Setiap individu seyogianya merenungkan apakah dirinya hingga saat ini masih terjajah dengan obsesi – obsesi yang tidak proposional dalam meniti karier dan kehidupannya. Hidup akan terasa lebih hidup dan lebih bermakna bukan karena hal – hal yang besar, melainkan dari hal – hal kecil yang dikerjakan dengan jiwa besar. Cahaya kehidupan abadi bukan tampak kemilau harta yang dimiliki, bakan pula dari indahnya tahta kedudukan yang dipunyai seseorang atau deretan gelar yang disandang.
Inspirasi yang memperkokoh keyakinan bahwa semua yang kita miliki saat ini tidaklah abadi. Hidup semata – mata adalah menjadi saluran berkah bagi orang lain. Menyalakan lentara kehidupan berarti rela turun dengan rendah hati untuk sama –sama sederajat dengan orang yang ditolong untuk kemudian secara bersama –sama membawanya terbang tinggi. Hambatan utama dari hal ini adalah dari dalam diri sendiri yang tidak mau keluar ( in side out ). Kehidupan yang paling menyedihkan adalah ketidakberanian mengambil resiko sekecil apapun (safety player). Orang tidak mau mengambil risiko berarti dia tidak dapat meraih apapun, tidak memiliki apapun, tidak merasakan apapun dan akhirnya tidak menjadi siapa – siapa.
Acapkali banyak individu sulit  mengisi kehidupannya karena terseret – seret oleh masa lalu yang masih terus meggelayutdalam dirinya. Begitu juga trauma masa lalu, ternyata dapat membuat seseorang enggan untuk memulai suatu lembaran baru dalam kehidupannya. Sesungguhnya kita tidak tahu apa akibat yang kita lakukan saat ini, kecuali mempredoksinya. Namun, yang pasti adalah hari ini merupakan bagian waktu yang nyata kita hadapi langkah demi langkah, disitulah harta dan makna kehidupan yang telah kita lakukan. Pada akhirnya perjalanan kita akan terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup didalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri. Ambisius, merupakan virus yang memiliki potensi untuk mengarahkan seseorang menjadi tinggi hati, arogan, bahkan mematikan hati nurani. Ambisius pula telah menjadi investasi yang kurang menguntungkan bagi kondisi mental memasuki pensiun dan hari tua. Ambisi yang profesional selalu dilandasi dengan perencanaan yang matang, etika profesional, dan visi hidup yang jelas. Seorang yang beranbisi secara proposional akan mengetahui nama bagiannya dan mana pula yang menjadi bagian – Nya. Makna bekerja dalam hidup akan kita peroleh, manakala kita sadar tentang bukan dari mana memulai, namun yang penting dimana kita berakhir.

SIKAP HIDUP
Waktu adalah aset terbesar yang diberikan Sang Pencipta kepada setiap manusia dengan kuota yang sama, 24 jam perhari. Sebagian orang mampu memanfaatkan secara baik, sebagian lagi tertatih – tatih untuk optimal. Kondisi menunjukan bukan berapa waktu yang kita miliki, namun yang terpenting adalah berapa banyak yang sudah kita perbuat untuk memanfaatkan waktu. Pemanfaatan waktu yang efektif adalah dengan mengukur skala prioritas sendiri dalam kehidupan. Semua ini akan dimulai dengan sangat berat dan disiplin. Namun, tentu akanberakhir dengan hasil yang gemilang, berupa kehidupan yang tertib, bermoral, dan bertumbuh. Oleh karena itu, untuk setiap menit kehidupan yang dijalani, jangan mengambil keputusan karena hal tersebut mudah, jangan pula mengambil keputusan karena hal itu murah dan jangan pula mengambil keputusan karena itu popular. Namun, ambillah keputusan karena hal itu benar.
Tujuan hidup merupakan bagian yang terpenting dan usaha mencapai tujuan tersebut merupakn seni tersendiri dalam hidup. Tujuan hidup berada dalam koridor waktu, namun dia tidak didikte waktu. Waktu akan terus bergulir sekalipun manusia tidak memiliki tujuan hidup. Bagi mereka yang memiliki tujuan hidup, waktu merupakan aset yang paling berharga. Kita memiliki waktu yang sama tetapi memiliki kemampuan dan kompetensi yang berbeda – beda satu sama lain. Napas tujuan hidup sebenarnya berada pada aspek spiritual yang kita miliki. Membuat kehidupan ini lebih bermakna, berarti kita memulainya dengan menetapkan tujuan hidup yang jelas dan terarah.
Dalam hidup ini, kita boleh memberikan penilaian buruk kepada seseorang. Terkadang sesuatu yang kira itu buruk malah justru menjadi jalan untuk keberhasilan kita. Itu sebabnya, kita diimbau untuk tidak langsung dan serta merta memberikan penilain buruk kepada seseorang hanya karena ia pernah berprilaku “buruk/kotor”. Alangkah bijaksananya jika kita pun mampu menelusuri ada apa dinalik tingkah laku dan penampilan yang demikian.
Self Regulation (pengendalian diri), merupakn salah satu aspek penting dalam kecerdasan emosi (EQ). Aspek ini ternyata penting dalam kehidupan manusia sebab musuh terbesar umat manusia bukan berada diluar dirinya, justru berada dalam dirinya sendiri. Jack Paar, pernah bertutur bijak tentang dirinya sendiri, “ Kalau menoleh kebelakang, kehidupan saya rupanya seperti jalan panjang penuh rintangan, dengan diri saya sebagai rintangan utama.” Penguasan diri merupakan aspek yang perlu dilatih sejak dini. Tidak ada aspek kemampuan menguasai diri yang turun dari langit, melainkan diperoleh dari proses yang panjang dalam pengalaman hidup selama berhubungan dengan rang – orang sekitar.
Tanpa disadari, hidup dan tingkah laku kita lebih banyak dipengaruhi oleh pendapat ornag lain. Terkadang kita sempat lupa siapa diri kita yang sebenarnya, karena diombang – ambing oleh pendapat orang lain. Efek yang sangat berbahaya dari kebiasaan ini adalah merusak tatanan silahturahmi yang sudah dibangun selama ini. Ketika kehidupan terasa begitu sulit dan otak seperti tidak mampu diputar untuk memecahkan masalah, maka oendapat orang lain yang berguna bagaikan sinar solusi yang baik untuk membantu kita menuju jalan keluar. Namun, tidak heran ada banyak pendapat yang membingungkan sehingga kita malah tidak mampu mengambil keputusan yang jitu. Pendapat orang lain sangat baik bagi proses pembelajaran, namun dengan menempatkan pendapat mereka sebagai bahan analisis akan sangat membantu kita untuk menetapkan langkah – langkah yang pasti. Jangan biarkan orang lain yang mengambil keputusan atas permasalahan yang kita hadapi, sebab hanya kitalah yang lebih tahu apa sesungguhnya yang terjadi.
Para ahli jiwa mengatakan bahwa 90 % tingkah laku kita sehari –hari diwarnai dan dipengaruhi oleh kebiasaan kita sendiri. Padamulanya, kebiasaan kita membentuk semacam benang yang tidak terlihat. Tetapi dengan pengulangan, benang tadi melilit menjadi tali dan kemudian menjadi tambang. Setiap kali kita mengulangi sebuah tindakan, kita menambahkan dan menguatkan tindakan tersebut. Orang bijak berkata bahwa hidup ini adalah perjuangan, termasuk perjuangan melawan kebiasaan buruk. Namun, yang menyedihkan adalah mereka terus menikmati kebiasaan buruknya hingga terbawa ke liang kubur tanpa sempat berikhtiar dan berusaha untuk meninggalkannya.
Terkadang hidup ini terasa begitu tertekan dengan permasalahan yang bertubi – tubi, baik itu masalah keluarga maupun pekerjaan. Persepsi orang lain akan berubah ketika kita bisa bertahan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi dengan tegar dan tabah. Cara pandang dan penilaian orang justru akan berbalik arah ketika kita bisa memandang permasalahan yang kita hadapi secara positif. Kebesaran jiwa seseorang memang diuji pada saat ia menghadapi permasalahan hidup.Bagaiman akhir hidup tergantung dari bagaimana kita memulai dan menjalani hidup. Inilah bagian yang penting dari hukum tabur tuai. Apa yang ditabur, itu pula yang akan dituai. Dinamika keseimbangan hidup dimulai dari hukum ini. Sekali lagi, yang penting bukan bagaimana kita memulai, namun dimana dan bagaimana kita mengakhiri kehidupan dan karier ini yang lebih bermakna.
Teladan, merupakan kata yang tidak pernah lekang spanjang zamn terutama jika diartikan dengan pembinaan, baik pembinaan keluarga maupun pembinaan organisasi. Teladan juga merupakan kata paling mudah untuk diucapkan, namun sangat sulit untuk dilaksanakan. Bahkan, teladan memiliki saudara dekat yang bernama kemunafikan. Bagi sebagian besar individu, menjadi teladan atas dirinya sendiri mungkin sedikit tertatih – tatih, terlebih jika tidak ada model yang menjadi standar untuk dicontoh. Itulah sebabnya, langkah nyata dan sangat mudah untuk dilakukan adalah dengan menjadi model yang proposional untuk dicontoh. Teladan memiliki kekuatan yang dasyat untuk mengubah perilaku seseorang.
Tertawa merupakan pilihan hidup. Masalah tidak akan selesai jika selalu diliputi oleh kemurungan dan penyesalan yang terus menerus. Menyediakan hati yang gembira untuk tertawa sejenak akan semakin membuka cakrawala pemecahaan masalah yang ada dan merendakan ketegangan yang muncul. Tertawa tentunya dimulai dari hati yang gembira, karena tertawa yang membawa faedah adalah tertawa yang dilandasi oleh ketulusan dan tidak dibuat – buat. Tertawa sebenarnya menunjukan kemampuan psikologis untuk menyeimbangkan beban – beban yang ada. Tertawa menunjukkan optimisme dan perencanaan kesehatan mental yang proposional.
Terkadang hidup ini perlu merasakan rasa sakit dan ujian hidup bahkan jatuh hingga titik nol unutk menemukan esesi nilai hidup itu sendiri. Socrates pernah berkata bahwa hidup yang tidak teruji adalah hidup yang tidak layak untuk dihidupi (unexamined life is not worth living). Hanya ada satu tempat di dunia ini di mana manusia terbebas dari segala ujian hidup, yakni kuburan. Berarti, tanda bahwa manusia tersebut masih hidup adalah ketika dia mnegalami ujian, kegagalan, dan penderitaan. Lebih baik kita tahu mengapa kita gagal daripada tidak tahu mengapa kita berhasil. Bagaimana memaknai setiap ujian hidup, menjadi sangat berarti bagi kita untuk meraih dan menikmati hikmahnya.
Manusia terkadang tidak sadar bahwa ia hidup dalam sebuah komunitas dengan karakter serta perilaku yang tidak tepat dan berkualitas untuk hidup. Hidup manusia memang berharga, karena manusia diciptakan secara sempurna daripada makhluk lainnya. Sekalipun disana sini kita memiliki kekurangan, namun tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kehadiran kita didunia ini bukanlah tanpa rencana Sang Pencipta. Sang Khalik tidak pernah kecewa dengan kelahiran kita, justru terkadang orangtuanya sendiri yang kecewa dengan kehadiran dan kelahiran anaknya. Hal – hal lain yang merusak, tampaknya harus menjadi komitmen kita bersama untuk membangun masa depan diri, keluarga, masyarakat, dan perusahaan yang lebih baik.
Hidup manusia terkadang begitu disibukkan dengan hal – hal yang sifatnya tidak penting dan prinsip sehingga hasil yang ditampilkan pun tidak optimal. Ketika menghadapi masalah dengan berbagai kemungkinan penyelesaian, tidak jarang solusi yang diberikan tidak menyentuh substansi penyelesaian masalah. Ketika berhadapan dengan masalah, apapun itu, saat kita mengingat kembali dan merenungkan apa sebenarnya hakikat dari semua yang terjadi. Dengan memberikan waktu sejenak kepada diri sebelum bereaksi, otak akan berpikir realitis dan dapat menyeimbangkan dengan kondisi emosi yang mungkin saat itu bergolak.
Secara sadar maupun tidak sadar, jika dicermati lebih lanjut, hidup dan tingkah laku manusia lebih banyak didominasi oleh seberapa besar label yang diberikan orang lain kepada kita. Setelah manusia mengenal Penciptanya, makadengan rendah hati dia berusaha untuk mengenal dirinya yang penuh dengan kelebihan dan kekurangan. Sesama manusialah yang terkadang membuat ukuran – ukuran sendiri tentang kesuksesan hidup seseorang. Ukuran tersebut biasanya bersifat materi dan segala sesuatu yang tampak. Sementara Sang Pencipta melihat dengan ukuran yang berbeda. Oleh karena itu, kita harus tunduk pada ukuran dan standar kehidupan yang dibuat oleh manusia.
Pengorbanan adalah kata yang mengisyaratkan suatu bentuk pemberian secara total. Dalam pengertian lain, pengrbanan ternyata berdampak pada munculnya kesadaran untuksenantiasa memperbaiki tingkah laku ke arah yang lebih baik. Dengan era persaingan yang semakin ketat dimana tingkat individualisme semakin tinggi, pengorbanan menjadi kata yang berat dan melelahkan. Ternyata, dampak orang yang berkorban terhadap orang lain mampu membuka cakrawala kehidupan yang sesungguhnya. Pengorbanan yang tulus tidak selalu memperoleh imbalan yang setimpal, bahkan terkadang hingga akhir hayat pun tidak dapat dilihat hasil maupun imbalannya. Pengorbanan juga merupakan ungkapan syukur untuk berbagi kepada sesama karena kita telah menerima karunia kasih sayang – Nya.

KESIMPULAN
  1. Cara pandang yang positif akan sangat mempengaruhi efektivitas kerja, bahkan seluruh gerak hidu kita.
  2. Melalui cara pandang demikian, secara tidak langsung akan mempengaruhi bagaimana kualitas hidup dan nilai hidup yang dimiliki.
  3. Bagi kita yang memiliki cara pandang positif akan memiliki willing to do more (keinginan untuk melakukan lebih dari yang diminta) dan memiliki watak pekerja cerdas (smart worker).
  4. Individu yang memiliki cara pandang positif, secara pribadi juga akan mampu memetakan kompetensi dan minatnya sehingga dia akan tahu dimana dan bagaimana dia berkembang.
  5. Orang yang memiliki cara pandang positif pada umumnya meyakini bahwa menyelesaikan pekerjaan adalah the way of life (cara hidup) bukan how to life (bagaimana hidup).
  6. Optimisme yang sesungguhnya adalah menyadari masalah serta mengenali pemecahannya. Mengetahui kesulitan dan yakin bahwa kesulitan itu dapat diatasi. Melihat yang negatif, tetapi menekan yang positif. Menghadapi yang terburuk, namun mengharapkan yang terbaik. Mempunyai alasan untuk mengerutu, tetapi memilih untuk tersenyum.


1 komentar:

  1. was awesome to locate this one. I will end up being returning to look at some other posts that you have another time.ดูบอลสด
    ผลบอลเมื่อคืน
    ผลบอลสด

    BalasHapus

Silahkan masukan komentar Anda