Holocaust mungkin salah satu peristiwa besar dalam sejarah dunia yang paling banyak dibukukan. Dari kisah nyata hingga ke fiksi sejarah, ada begitu banyak buku yang telah terbit mengenai peristiwa kemanusiaan itu. Frederick Forsyth--penulis novel thriller politik pun tak ketinggalan mengangkat tema Nazi dan Holocaust ke dalam buku ini: The Odessa File.
Odessa dan SS
ODESSA (Organisation der ehemaligen
SS-Angehörigen = organisasi mantan anggota SS) SS
(Schutz-Staffel = negara di dalam negara yang
diciptakan Hitler di bawah Nazi, Jerman) Singkatnya, anggota SS adalah mereka yang berkuasa pada
jaman Nazi, termasuk para pemimpin kamp-kamp konsentrasi yang memusnahkan kaum
Yahudi.
Fakta setelah Jerman dikalahkan Sekutu pada akhir
Perang Dunia II (1945), banyak anggota SS yang ketakutan akan diadili dan
dihukum sebagai penjahat perang. Mereka ini semburat melarikan diri ke
negara-negara lain (Mesir, Argentina), mengganti identitas, dan menghilang
begitu saja. Odessa didirikan untuk melindungi para mantan anggota SS ini,
memfasilitasi agar mereka tak pernah ditemukan dan aman dari hukuman.
Sekaligus, Odessa menanamkan konsep bahwa Holocaust adalah tindakan patriotik
para mantan anggota SS itu.
Proyek Roket Mesir
[Fakta]
Seperti kita tahu, Mesir adalah musuh bebuyutan Israel. Pada sekitar tahun
60-an, ketika Mesir dipimpin oleh Raja Farouk, mereka memulai proyek membangun
roket pemusnah yang rencananya akan dipakai untuk memusnahkan Israel. Roket itu
dibangun di negara Mesir, namun menggunakan ilmuwan-ilmuwan dari Jerman. Ketika
rencana ini tercium oleh Israel, teror pun dialami oleh para ilmuwan Jerman
itu. Diantaranya Prof. Wolfgang Pilz, yang mendapat kiriman sebuah bom yang
kemudian meledak, dan merusak wajah sekretaris Pilz yang membukanya. ~Encyclopedia
Astronautica. [Fiktif] Dalam buku ini, perekrutan ilmuwan Jerman untuk
Mesir itu dilakukan oleh Odessa.
Pembunuhan John F. Kennedy
Pada Tgal 22 November 1963 terjadi salah satu peristiwa
menggemparkan, yaitu meninggalnya Presiden AS John F. Kennedy setelah tertembak
ketika menaiki mobil. Meski kenyataannya hingga kini dalang di balik pembunuhan
itu tak pernah terungkap, [Fiktif] versi buku ini mengaitkan pembunuhan Kennedy
dengan Odessa. Dikisahkan Kennedy ngotot menekan Jerman untuk mengirimkan
persenjataan ke Israel sebagai bagian dari kompensasi terhadap Israel. Karena
pemimpin Jerman saat itu lemah, khawatir Amerika akan berhasil menekan Jerman,
maka Odessa pun menghalangi pengiriman senjata itu dengan membunuh Kennedy.
The Odessa File (kisah fiksi di dalam bingkai sejarah)
Tokoh
utama kisah ini adalah seorang wartawan berkebangsaan Jerman bernama Peter
Miller. Pada hari ketika JFK terbunuh itu, ia sedang berkendara di atas Jaguar
XK 150 S warna hitam dengan garis kuningnya, ketika tiba-tiba ada mobil
ambulans meraung-raungkan sirenenya. Insting jurnalisnya langsung menyuruh ia
membuntuti ambulans itu, karena siapa tahu ada peristiwa kebakaran atau
kecelakaan yang patut diliput sebagai berita menarik? Miller tak sadar bahwa keputusannya
saat itu akan mengubah seluruh hidupnya!
Ternyata
hanya seorang pria renta yang bunuh diri dengan gas di apartemen kumuh; suatu
peristiwa yang tak menarik siapa pun! Maka pulanglah Miller ke apartemennya,
dan ke pelukan Sigi, kekasihnya yang seorang penari striptis. Namun esok
paginya, polisi teman lama Miller datang dan membawakan sebuah buku harian
milik si pria renta yang bunuh diri itu. Meski tak terlalu antusias, Miller
membacanya sampai habis.
“Namaku Salomon Tauber. Aku
seorang Yahudi, dan akan segera mati.” Begitulah buku harian itu dimulai.
Singkat kata, Mr. Tauber adalah salah satu keturunan Yahudi-Jerman yang
berhasil selamat dari Holocaust, dari kamp konsentrasi di Riga yang konon telah
memusnahkan 70.000-80.000 jiwa. [Fakta] *Komandan ghetto di Riga adalah anggota
SS: Eduard Roschmann, yang terkenal dengan julukan ‘Jagal dari Riga’ berkat
kekejamannya.* Sungguh menguras emosi membaca pengalaman dan pengamatan Tauber
selama ia berada di Riga, khususnya sepak terjang Roschmann. Saat itu Tauber
hampir putus asa karena penderitaan. Namun suatu hari ada seorang wanita yang,
ketika sekarat, meminta agar Tauber tetap bertahan hidup demi menceritakan
kepada dunia kekejian Nazi terhadap kaum Yahudi, bila kelak ia bebas. Itulah
yang membuat tekad Tauber membara. Ia tak boleh mati! Ia harus dapat menggiring
Roschmann hingga ke pengadilan untuk membayar nyawa orang-orang tak bersalah
yang telah ia bantai.
wajah Eduard Roschmann, si Jagal dari Riga
Satu-satunya
cara untuk tetap hidup adalah dengan menjadi Kapo (polisi Yahudi) yang bertugas
membantu Nazi membawa tawanan ke tempat kerja atau bahkan ke tempat hukuman
mati. Tauber mengambil resiko dikucilkan oleh teman-teman sesama Yahudinya demi
bisa tetap hidup dan menceritakan kisahnya. Hingga suatu hari Tauber dipaksa
Roschmann untuk menyerahkan Esther, istri tercintanya sendiri ke gerbong yang
akan membawanya kepada hukuman mati!
Setelah
menutup buku harian itu, Miller sekarang bukanlah Miller yang dulu. Ada sesuatu
yang terjadi berkenaan dengan buku harian itu, yang akhirnya membulatkan
tekadnya untuk menelusuri jejak Roschmann. Upaya yang tidak gampang, bahkan
hampir mustahil. Karena, seperti telah kuulas di atas, para mantan SS ini telah
berganti nama dan dilindungi Odessa. Berkali-kali upaya Miller mengalami jalan
buntu, hingga ia bertemu dengan [Fakta] *seorang penyelidik kejahatan perang
bernama Simon Wiesenthal* yang untuk pertama kalinya memperkenalkan organisasi
Odessa kepada Miller. Tampaknya tak ada cara lain untuk menemukan keberadaan
Roschmann, selain dengan menyusup ke dalam tubuh Odessa sendiri!
Lalu
tiba-tiba saja sebuah organisasi bawah tanah Yahudi menawarkan untuk membantu
Miller masuk ke Odessa. Kelompok ini ingin menyusupkan orang ke Odessa demi
mendapatkan identitas para pelarian SS, untuk melenyapkan mereka. Mulailah
penyamaran dipersiapkan, data dimanipulasi, paspor palsu disiapkan, informasi
tentang identitas dan kebiasaan anggota Odessa dijejalkan ke otak Miller. Dan
dalam waktu beberapa minggu, siaplah Herr Kolb (identitas baru Miller) memasuki
jaringan Odessa, meski resikonya bila ketahuan adalah kematian.
Berhasilkah
Miller dalam penyamarannya? Berhasilkah ia menemukan Roschmann? Dan apa
sebenarnya lotif Miller mengambil resiko sedemikian besar untuk menemukan
Roschmann? Semuanya akan terungkap setelah anda diajak Frederick Forsyth
melalui serangkaian ketegangan khas thriller bertema politik dan konspirasi.
Tragedi kemanusiaan
Kali
ini aku merasa diajak Frederick Forsyth memandang Holocaust dari sisi yang agak
berbeda. Bukan melulu aspek manusiawi dan moral dari sisi kaum Yahudi saja,
tapi justru dari sisi orang Jerman. Menurutku dengan melakukan Holocaust,
Hitler sama-sama membawa kerugian bagi orang Yahudi maupun bagi bangsanya
sendiri. Orang Yahudi kehilangan warganya, namun bangsa Jerman harus memikul
dosa Nazi hingga ke generasi berikut(berikut)nya, meski mereka tidak ikut
melakukan genosida, bahkan masih kecil atau belum lahir saat hal itu terjadi.
Lihat
saja potongan pengalaman pahit Miller sendiri: “..di gereja SacrĂ© Coeur…baru saja
selesai upacara memperingati (kematian) seseorang. Beberapa orang keluar dan
mereka mendengarkan aku berbicara bahasa Jerman dengan anak-anak lain.
Seseorang di antara orang-orang itu berpaling dan meludahiku…. Apakah Ibu tahu
apa yang telah diperbuat atas diri orang itu sebelum dia mati? Bukan oleh Ibu,
Ayah atau aku, tapi oleh kita orang-orang Jerman, atau tepatnya Gestapo yang
menurut jutaan orang sama saja. Aku diludahi bukan karena aku Gestapo, tapi
karena aku seorang Jerman.” ~hlm. 136-137.
Pertanyaan yang mau tak mau juga
mengemuka, apakah Holocaust itu dosa Nazi saja, atau dosa kolektif bangsa
Jerman? Pertanyaan itu terjawab di buku ini: “..sebelum Hitler memulai, tidak
seorang pun di Jerman yang membenci Yahudi. …Kemudian Hitler memulainya. Dia
meyakinkan rakyat bahwa Yahudi lah yang bersalah menyebabkan Perang Dunia I.
…Rakyat tidak tahu apa yang mesti dipercaya. Rakyat mempunyai kawan-kawan
Yahudi, majikan-majikan Yahudi yang baik. ...ketika gerbong-gerbong itu datang
dan membawa mereka pergi, rakyat tidak berbuat apa-apa. Mereka menyingkir,
mereka diam. …Karena begitulah sifat manusia, terutama orang Jerman. Kita
bangsa yang patuh. Inilah kekuatan kita, tapi juga kelemahan kita yang paling
besar...ini yang membuat kita tunduk mengikuti orang seperti Hitler menuju
jurang yang paling dalam.” ~hlm. 144-145.
Aku
memberikan empat setengah bintang untuk buku ini. Boleh-boleh saja orang menyebut
The Day of The Jackal sebagai karya terbaik Forsyth, menurutku memang begitu.
Jackal nyaris sempurna sebagai karya tulis. Namun aku pribadi lebih menyukai
pribadi Peter Miller yang lebih manusiawi ketimbang Jackal yang sempurna. Yang
lebih aku sukai lagi adalah muatan emosional di kisah ini. The Odessa File
bukan hanya menstimulasi logika (dan jantung) anda, namun ia juga akan membawa
anda untuk sedikit merenung selama membaca buku ini.
Akhirnya, peristiwa holocaust memang
telah menorehkan luka yang dalam bagi kemanusiaan di dunia, namun dari situ
kita semua tentu juga belajar dari semua kekuatan maupun kelemahan pihak-pihak
yang terlibat.
Kelebihan dan Kelemahan
a. Kelebihan
Buku ini
mengungkapkan tentang kisah tentang kemampuan pangliam Nazi mampu mempersatukan organisasi negara-negara kecil yang dibentuk dalam negara yahudi
sebagai basis perjuangan untuk mengadudomba antar kaum yahudi di negara yahudi,
persatuan negara-negara kecil itu dikenal dengan SS(Schutz-Staffel) kedalam satu organisasi yang bernama Odessa(organisastion der
ehemaligen ssagehorigen), tujuannya untuk menampung semua orgnisasi negara
kecil tersebut. Strategi ini untuk
memperpanjang kekuatan penjajahan nazi.
Sejarah telah mencatat kekekejaman jerman pada saat prang
Nazi, Perang nazi adalah contoh
kekejaman dalam penjajahan perang,
penjajahan dan peperangan yang
banyak membawa korbana ummat manusia, pada penjajahan ini korban terbanyak adalah kaum yahudi, yang
dijadikan sebagai wilayah jajahan.
Kesuksesan yang dikaukan
oleh prang nazi dengan membuat negara kecil dalam negara, kemudian negara-negara tersebut dibenturkan
antara satu dengan yang lain sehingga
terjadi peperangan antar negara kecil, dan ini adalah strategi nazi untuk mudah menjajah.
Fakta menunjukkan
kemampuan nazi melakukan penjajahan dengan strategi yang ampuh dan politik
perang yang licik membuat negara yahudi menjadi lemah untuk dijajah,
masyarakaytnya dijadikan sebagai pekerja paksa dan banyak yang dibutuh,
pembunuhan ini sangat diikrnal dengan kekejaman nazi, penjajahan ini mampu membunuh ribuan manusia
yang dianggap sangat keji dalam sejarah peperangan di dunia.
Kerapuhan oerganisasi
perang ahirnya nazi kalah pada prang dunia kedua, dan membawa nazi dalam
mahkamah internasional sebagai penjahat perang, petinggi militer nazi dapat
dihukum mati dan dipenjarakan sebagai resiko dalam sebuah perjuangan perang.
Salah satu aspek penting
adalah kemampuan intelejen untuk mengetahui
rencana rahasia Mesir untuk membuat roket pemusnah masal yang akan
menghancurkan Israel, dan pada ahirnya digagalkan, data ini dianggap sebuat
temuan besar dalam mengungkap rencana kejahatan pemusnahan manusia dimuka bumi.
Kemampuan mendapatkan data tentang cara menggagalkan rencana pembuatan roket
pemusnah masal, merupakan satu prestasi yang patut diberi penghargaan, karena
sangat sulit mendapatkan data tersebut.
Data terungkap seperti
pada tulisan yang mengatakan bahwa ketika Mesir dipimpin oleh Raja Farouk,
mereka memulai proyek membangun roket pemusnah yang rencananya akan dipakai
untuk memusnahkan Israel. Roket itu
dibangun di negara Mesir, namun menggunakan ilmuwan-ilmuwan dari Jerman. Ketika
rencana ini tercium oleh Israel, teror pun dialami oleh para ilmuwan Jerman
itu.
b.
Kelemahannya.
Tulisan ini
sangat menonjolkan kekerasan dalam bentuk kekejaman perang, akan menimbulkan
kesan kekerasan dan kekejaman,
menimbulkan antipatik dan dendam yang sangat luarbiasa terutama
dikalangan kaum yahudi dan nasrani.
Penekanan
sejarah perang dengan pengeorbanan dan
kekalahan menjadikan manusia membuat strategi baru dlam melakukan gerak kehidupan, baik dalam
konteks posetif maupun negatif. Kekalahan nazi sebagai peristiwa posetif dalam peperangan, kerena
dapat membebaskan negara dan umat yahudi
di Israil. Namun dibalik itu membawa dampak negatif adanya pembunuhan karakter yang membuat orang tidak berdaya dalam mencermati
sejarah kehidupan masa lalu.
Yahudi adalah
kaum yang sangat baik menurut sejarah,
sebelum Hitler memulai, tidak
seorang pun di Jerman yang membenci Yahudi. …Kemudian Hitler memulainya. Dia
meyakinkan rakyat bahwa Yahudi lah yang bersalah menyebabkan Perang Dunia I Rakyat tidak tahu apa yang mesti dipercaya. Rakyat mempunyai
kawan-kawan Yahudi, majikan-majikan Yahudi yang baik. ketika gerbong-gerbong
itu datang dan membawa mereka pergi, rakyat tidak berbuat apa-apa. Mereka
menyingkir, mereka diam.Karena begitulah sifat manusia, terutama orang Jerman.
Kita bangsa yang patuh. Inilah kekuatan kita, tapi juga kelemahan kita yang
paling besar...ini yang membuat kita tunduk mengikuti orang seperti Hitler
menuju jurang yang paling dalam.
Sumber :
The Odessa File, Frederick Forsyth, terj.Ranina B. Kunto, Serambi, Penyunting: Adi Toha, Jakarta,November 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan masukan komentar Anda