Laman

Jumat, 05 November 2010

Mafia Style

Tony Soprano, bos keluarga mafia Soprano dalam miniseri The Sopranos, sangat menyayangi sepupunya Tony Blundetto, alias Tony B. Saat remaja mereka bersama-sama mengalami berbagai ujian untuk mengasah kemampuan mereka dalam "bisnis keluarga" tersebut. Sayangnya, Tony B. suatu waktu tertangkap saat beroperasi. Soprano selamat karena tidak ikut serta dalam operasi tersebut. Ia merasa bersalah dan menyesal bahwa sepupu dan teman dekatnya itu harus mendekam di penjara selama 15 tahun. Perasaan - perasaan ini membuatnya mempunyai bias dan tidak bisa bertindak tegas terhadap Tony B.

Sekeluarnya dari penjara, Tony B. kembali menjalani hidupnya sebagai kriminal. Dalam sebuah aksinya, Tony B. membunuh seorang kerabat keluarga mafia lain. Timbullah antara keluarga Soprano dan keluarga mafia pesaingnya tersebut.

Bukannya bertindak tegas, Soprano malah mengangkat Tony B. menjadi bos salah satu kasinonya. Padahal, sebagai salah satu kapten di bawah Soprano, Tony B. harus selalu berkonsultasi dengannya sebelum bertindak. Tindakan vigilante Tony B. menyebabkan Soprano kehilangan muka di hadapan lawan dan bawahan bawahannya.

Kasak kusuk mulai muncul di antara para kapten Soprano. Namun mengingat kedudukan Soprano, tiada yang berani berbicara. Hanya si penasehat, alias consiglieri, yang berani mengungkapkannya. Itu pun dengan rasa segan. Menanggapi itu, Soprano tidak bergeming.

Hingga akhirnya Tony B. kembali beraksi sendiri. Dia menghabisi adik dari Phil Leotardo, rekan dari keluarga mafia saingan Soprano tersebut. Phil membalas dengan menganiaya salah seorang kapten keluarga Soprano. Itu pun masih belum memuaskan Phil. Dia ingin Tony B. diserahkan padanya dan mengalami penderitaan yang panjang.

Kali ini, Soprano tidak bisa mengelak lagi. Soprano harus menghukum sepupunya atau organisasinya hancur. Di satu pagi hari, dengan tangannya sendiri Soprano mengantarkan Tony B. ke alam baka.

Tiga Jenis Karyawan

Dalam buku terbarunya berjudul Winning, Jack Welch mengingatkan para leader manager untuk bersikap tegas.

Menurut Welch, ada tiga jenis karyawan di sebuah perusahaan. Karyawan tipe pertama hidup sesuai dengan visi dan misi perusahaannya. Selain itu, mereka antusias dengan pekerjaannya dan mereka menjadi bintang dalam organisasi tersebut. Welch menuliskan bahwa di tiap organisasi ada sekitar 20% karyawan tipe pertama ini.

Yang terbanyak adalah tipe kedua. Mereka berjumlah sekitar 70% dari seluruh karyawan. Tipe kedua ini mempunyai kemampuan yang dibutuhkan perusahaan. Tetapi sayangnya, karena satu dan lain hal, karyawan yang termasuk tipe ini tidak termotivasi untuk bekerja dengan antusiasme dan hasil yang ditunjukkan oleh tipe pertama.

Tipe terakhir adalah para karyawan yang mbalelo. Bukannya mendukung perusahaan, mereka cenderung merugikan perusahaan dengan ketidakpedulian mereka atas tujuan perusahaan. Mereka berjumlah sekitar 10% dari populasi karyawan yang ada.

Tipe terakhir ini berpengaruh negatif pada dinamika organisasi. Mereka meruntuhkan moral para pekerja yang lain dengan kinerja mereka yang buruk. Pada akhirnya keseluruhan organisasi menderita karena beberapa orang yang tidak bekerja dengan baik.

Buat Jack Welch, hanya ada satu penyelesaian bagi 10% karyawan ini: berhentikan mereka. Tentu saja, ini penyelesaian yang paling logis dan paling baik. Hanya yang menjadi pertanyaan, bagaimana caranya?

Melepaskan seseorang bukanlah sesuatu yang mudah. Dalam miniseri The Sopranos, Tony Soprano digambarkan sebagai persona yang dingin. Psikiaternya bahkan menyebutnya extremely anti social. Tetapi sebagai seorang Italia sejati, Tony mempunyai perasaan yang sangat dekat dengan sepupunya Tony B. Sangat sulit baginya untuk menghukum Tony B.

Soprano mendapatkan pelajaran berharga dari sini. Dia hampir saja menghadapi perang antar keluarga mafia. Seorang kaptennya dirawat di rumah sakit setelah dianiaya oleh kelompok pesaingnya. Lebih parah lagi, Soprano harus merelakan kehilangan konsesi di salah satu bisnisnya untuk memenangkan hati keluarga mafia saingannya itu. Kerugian yang sangat besar.

Contoh dalam dunia bisnis tidak kalah banyak. Perusahaan komputer Hewlett Packard memecat Carly Fiorina karena kegagalannya memberikan hasil yang diinginkan. Sayangnya ini harus dibayar dengan harga saham HP yang jatuh sangat tajam setelah merger antara HP dan Compaq. Carly-lah yang menjadi sponsor utama merger tersebut. Kita tahu, merger itu tidak menghasilkan perusahaan yang lebih baik.

Dewan komisaris kemudian mengambil langkah tegas dengan memecat Carly. Penggantinya segera memisahkan bisnis komputer dan bisnis printer HP. Langkah ini, walau terlambat, mengembalikan kepercayaan para investor. Harga saham HP mulai menanjak. Tapi kerugian telah terjadi. Kepercayaan karyawan hilang, harga saham belum mencapai harga sebelum merger, dan pangsa pasar pun berkurang. Belum lagi kompensasi yang diberikan untuk memberhentikan Carly Fiorina. Menurut cnn.com, Carly mungkin mendapatkan kompensasi sebesar $42 juta!!! Jumlah yang luar biasa mengingat hanya kerugian yang dihasilkannya.

Menurut Welch, banyak manajer yang memilih untuk tidak memecat bawahannya yang tidak perform. Buat banyak orang, pekerjaan menjadi identitas mereka. Terkadang lingkungan pekerjaan bahkan menjadi keluarga kedua seseorang. Selain itu, pekerjaan juga memberikan jaminan akan adanya penghasilan tetap. Wajar saja perasaan kuatir dan bersalah muncul saat seorang manajer menghadapi karyawan yang akan dipecat.

Seorang manajer harus mempunyai sikap caring atas bawahannya. Hal ini juga harus ditunjukkan saat memberhentikan karyawan. Buatlah karyawan anda tidak merasa tersinggung saat proses tersebut dilakukan. Karyawan yang dipecat juga haruslah tahu bahwa ini adalah tindakan terakhir yang harus dilakukan. Pemecatan tersebut adalah pilihan terbaik dari berbagai opsi. Dengan mengerti hal ini, harga diri karyawan tersebut tetap terjaga.

Memberhentikan seorang karyawan bukanlah hal yang mudah. Tetapi ini menjadi salah satu tugas seorang pemimpin untuk memastikan organisasinya berjalan sesuai dengan misi dan visinya. Dalam prosesnya, manajer perlu memastikan karyawan mengerti dan menerima hal tersebut.
Sumber : http://leadership-id.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan masukan komentar Anda