PRODUKTIVITAS ORGANISASI
I. Pengertian
Produktivitas adalah sebagai hasil
yang didapat dari produksi yang menggunakan satu atau lebih faktor produksi,
produktivitas biasanya dihitung sebagai indeks dan rasio antara output dengan
input.
Pengertian produktivitas, antara lain:
1. Produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha
manusia dengan produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu
mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan
hari esok lebih baik dari hari ini.
2. Produksi dan produktivitas merupakan dua pengertian
yang berbeda. Peningkatan produksimenunjukkan pertambahan jumlah hasil yang
dicapai, sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pengertian pertambahan
hasil dan perbaikan cara produksi. Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan
oleh peningkatan produktivitas, karena produksi dapat meningkat walaupun
produktivitas tetap atau menurun.
3. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam tiga
bentuk :
a. Jumlah
keluaran (output) dalam mencapai tujuan meningkat dengan menggunakan
sumber daya (input) yang sama.
b. Jumlah
keluaran (output) dalam mencapai tujuan sama atau meningkat dicapai
dengan menggunakan sumber daya (input) yang lebih sedikit.
c. Jumlah
keluaran (output) dalam mencapai tujuan yang jauh lebih besar diperoleh
dengan pertambahan sumber daya (input) yang relatif lebih kecil.
4. Sumber daya manusia memegang peranan yang utama
dalam proses peningkatan produktivitas, karena alat produksi dan teknologi pada
hakekatnya merupakan hasil karya manusia.
Produktivitas adalah keluaran
(output) produk atau jasa per setiap masukan (input) sumber daya yang digunakan
dalam suatu proses produksi. Tingkat ukur produktivitas sangat beragam
bergantung kepada kepentingan yang terkait. Produktivitas dapat dinyatakan
dalam ukuran fisik (physical productivity) dan ukuran finansial (financial
productivity) apabila kepentingan tersebut adalah keuntungan. Produktivitas
dapat menggunakan ukuran moneter sebagai tolak ukur. Apabila waktu menjadi
kepentingan manajemen produktivitas maka dapat menggunakan ukuran moneter
sebagai tolak ukurnya.
“Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa manajemen produktivitas adalah bagaimana cara mengelola suatu usaha
supaya lebih efisien dalam penggunaan input untuk memaksimalkan produksi
output (barang dan/atau jasa), secara terpadu melibatkan semua usaha
manusia dengan menggunakan ketrampilan, modal, teknologi, manajemen, informasi,
energi, dan sumber-sumber daya lainnya, dengan tujuan untuk mencapai hasil yang
telah ditetapkan”.
Manajemen produktivitas merupakan salah satu sasaran
penting suatu organisasi atau perusahaan / lembaga. Hal ini disebabkan karena
manajemen produktivitas dapat menunjang kesuksesan dan keberhasilan suatu
perusahaan / pemberi jasa untuk mencapai tujuan akhir yang telah ditentukan.
II. Manajemen Produktivitas.
Tujuan dari manajemen produktivitas
adalah efektif dan efisiensi, yaitu memberdayakan sumberdaya seminimal mungkin
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Efektivitas adalah merupakan derajat
pencapaian output dari sistem produksi. Efisiensi adalah ukuran yang
menunjuk sejauh mana sumber-sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk
menghasilkan output ¹). Jika efektivitas berorientasi pada hasil atau
keluaran (output) yang lebih baik, dan efisiensi berorientasi pada
masukan (input) yang lebih sedikit, maka dalam manajemen produktivitas
berorientasi pada keduanya.
III. LANGKAH-LANGKAH PENINGKATAN
PRODUKTIVITAS
Tahapan peningkatan produktivitas yang komprehensif
dan terintegrasi :
1. Analisa situasi.
Langkah awal
manajemen produktivitas harus mampu menganalisa situasi sebelum mengambil
keputusan ataupun mengambil tindakan yang akan ditetapkan . Contoh : Pada
sebuah RS, kunjungan pasien lagi menurun drastis dari biasanya, maka tidak
perlu menambah tenaga kerja / perawat baru.
2. Merancang program peningkatan produktivitas.
Untuk
peningkatan produktivitas maka dibutuhkan pula dasar program dengan rancangan
yang tepat, efektif dan efisien. Contoh : Untuk menambah kunjungan pasien rawat
jalan disebuah RS, maka bisa dilakukan langkah-langkah promosi, baik dilakukan
melalui media iklan, maupun bisa langsung melaksanakan program pemeriksaan gula
darah gratis, khitanan gratis dan lain sebagainya.
3. Menciptakan kesadaran akan produktivitas.
Kesadaran
dari semua pihak yang terlibat dalam sebuah perusahaan / lembaga, merupakan
kunci penting untuk peningkatan produktivitas seperti yang diharapkan. Contoh :
Karyawan mematikan alat-alat listrik yang tidak sedang digunakan, untuk
menghemat energi dengan tujuan menghemat pengeluaran biaya.
4. Menerapkan Program
Untuk meningkatkan
produktivitas program sudah disusun dan diputuskan, maka harus
diimplementasikan dalam pelaksanaannya untuk mencapai tujuan akhir. Contoh :
Program peningkatan keterampilan SDM dengan cara mengadakan berbagai pelatihan
seperti tehnik infus bayi dan lain sebagainya, dengan tujuan untuk peningkatan
produktivitas.
5. Mengevaluasi program dan
memberikan umpan balik
IV. Tujuh Kunci Produktivitas
Tinggi.
1. Keahlian, manajemen yang bertanggungjawab.
Ikatan kritis antara manajemen perusahaan dengan
produktivitas adalah saksi dalam definisi dasar produktivitas itu sendiri. Pada
dasarnya, produktivitas adalah rasio antara keluaran (output ) dan masukan (
input ) yang bernilai, misalnya efisiensi dan efektivitas sumber- sumber daya
yang tersedia, yaitu kepegawaian, alat, bahan, modal, fasilitas, energi dan
waktu untuk mencapai keluaran yang sangat bernilai. Untuk mencapai
produktivitas tinggi, setiap anggota manajemen harus diberi motivasi tinggi,
positif dan secara penuh ikut melakukan pekerjaan. Secara bersama- sama,
kesamaan sikap relative diperlukan untuk seluruh kekuatan kerja.
2. Kepemimpinan yang luar biasa.
Dari semua factor, kepemimpinan manajerial memiliki
pengaruh terbesar dalam produktivitas. Akhirnya, tujuan setiap organisasi
bergantung pada kualitas kepemimpinan. Meskipun mudah dikenal, kepemimpinan
sangat sulit didefinnisikan. Tidak ada dua gaya kepemimpinan yang sama – setiap
gaya adalah unik bagi setiap individu, dan memang seharusnya demikian. Lebih
lanjut, pemimpin yang baik dalam satu situasi mungkin saja bukan pemimpin yang
baik dalam situasi yang lain. Demikian juga jenis pemimpin yang dibutuhkan
secara khusus bergantung pada kelompok yang dipimpinnya. Meskipun demikian,
kelompok yang sama masih dapat memerlukan jenis kepemimpinan lain pada saat
berlainan dalam evolusinya. Sebagian manjer memiliki beberapa kemampuan
kepemimpinan, tetapi hanya sedikit yang merupakan pemimpin luar biasa.
3. Kesederhanaan Organisasional Dan Operasional.
Susunan organisasi harus diusahakan agar sederhana,
luwes dan dapat disesuaikan dengan perubahan, selalu berusaha mengadakan jumlah
tingkat minimum yang konsisten dengan operasi yang efektif. Hal ini memberikan
garis pengarahan lebih jelas, juga tanggung jawab yang kurang terpecah-belah
dan sangat menunjang pengambilan inisiatif lebih besar oleh siapa saja dalam
organisasi.
4. Kepegawaian yang efektif.
Sebagai langkah awal, banyak perhatian dicurahkan pada
pemilihan orang – menekankan pada mutu dan bukan kuantitas. Menambah lebih
banyak pegawai belum tentu berarti meningkatkan produktivitas. Dan sebelum
mempekerjakan orang baru, seharusnya dipastikan dahulu bahwa yang ada sekarang
sudah berkinerja menurut kemampuan. Standar untuk manajer dan personalia kunci khususnya
harus tinggi. Jika kedudukan ini dipegang oleh orang yang kompeten, orang
kompeten lain akan tertarik masuk ke dalam organisasi
5. Tugas yang menantang.
Tugas merupakan kunci untuk proses yang kreatif dan
produktif. Setiap individu mempunyai suatu suasana khusus kegiatan kreatif dan
produktif yang tinggi. Akan tetapi, orang yang tepat harus disesuaikan dengan
masalah yang tepat baginya. Pekerjaan itu sendiri harus memberikan motivasi.
Hal ini terutama menjadi kunci ke proses yang kreatif/inovatif. Panduan optimal
dari pekerjaan dan lingkungan kerja menciptakan suatu getaran dalam diri
seseorang; kerja seakan- akan menjadi bermain saja. Sebaliknya, jika pekerjaan
seseorang tidak memberi kepuasan kepadanya, ia seringkali akan mengalihkan
perhatian dan energinya ke usaha pribadi di luar organisasi. Menurut definisi,
jangan sekali- kali memberikan suatu tugas kepada orang yang mempunyai
keterampilan yang dipersyaratkan; berikan tugas itu kepada orang yang
menginginkannya dan senang melakukannya; dan jangan sekali- kali memberikan
tugas, yang dalam keadaan lain, kita sendiri tidak akan mau menerima.
6. Perencanaan dan pengendalian tujuan
Perencanaan yang tidak efektif menyebabkan kebocoran
besar dalam produktivitas, misalnya orang yang tidak tahu apa yang diharapkan
dari mereka, tugas yang tidak satu fasa dengan tugas lain, kegiatan peripheral,
pelaksanaan di atas atau di bawah kinerja, dan operasi yang sebesar- besarnya
berhenti dan mulai lagi. Sebaliknya, perencanaan yang efektif meningkatkan
produktivitas operasional, yaitu membantu memastikan penggunaan sumberdaya
dengan sebaik- baiknya, memadukan semua aspek program ke dalam sesuatu yang
efisien, upaya yang tepat, meminimalkan permulaan yang salah dan pelaksanaan
usaha yang tidak produktif , menyediakan kelonggaran untuk risiko dan keadaan
darurat pada masa depan dan meniadakan krisis manajemen yang berkelanjutan.
Dengan cara yang sama, menjadi sangat penting untuk memantapkan system
pengendalian yang efektif yang mengukur kemajuan terhadap rencana, menemukan
penyimpanagn, menetapkan tanggungjawab, menunjukkan tindakan perbaikan dan
memastikan bahwa kinerja yang tidak memenuhi standar ditingkatkan.
7. Pelatihan Manajerial Khusus.
Manajemen jelas menjadi faktor utama
bagi produktivitas organisasi manapun, menjadi sangat penting bahwa organisasi
berusaha mengembangkan suatu komitmen terhadap produktivitas dalam seluruh tim
manajemennya, dan memberikan kepada anggota tim tersebut saran yang berguna
untuk menerapkan usaha peningkatan produktivitas yang efektif dalam seluruh
organisasi.
Hubungan Produktivitas Dan Mutu
Produk Yang Dihasilkan Sistem Atau SDM
Tiap perusahaan/ lembaga/institusi
akan mengukur produktivitas dan mutu berdasarkan keunikan tujuan dan
sasarannya. Sebagai contoh, suatu perusahaan akan lebih fokus pada upaya-upaya
pengembangan pangsa pasar sementara yang lain mungkin fokus pada pengurangan
derajad kerusakan produk barang/jasa. Selain itu, mungkin ada pula yang akan
memperbaiki dalam hal cara produksi, sedang yang lain fokus pada mengembangkan
pemasaran hasil. Karena itu diperlukan diagnosis permasalahan.
Untuk merancang suatu program perbaikan
efektivitas keorganisasian sebuah institusi atau perusahaan, pertama kali harus
menentukan sesuatu yang terjadi secara faktual apakah dalam hal produktivitas
atau mutu produk(barang/jasa). Misalnya mungkin saja sebuah Rumah Sakit sedang
mengalami penurunan pasien, yang menyebabkan penurunan keuntungan karena sedang
menghadapi resesi ekonomi atau mungkin dengan sebab-sebab lain. Ukuran dari
kriteria kunci suatu mutu adalah syarat pokok untuk menilai suatu proses
perbaikan. Intervensi produktivitas atau mutu seharusnya tidak diinisiasi tanpa
adanya kriteria kunci ukuran yang handal dan absah.
Banyak faktor yang menentukan
produktivitas dan mutu produk yang rendah. Faktor-faktor tersebut antara lain
peralatan yang kuno, beban kerja yang tidak dapat diprediksi, arus kerja yang
tidak efisien, rancangan pekerjaan tidak tepat, dan jarangnya kegiatan
pelatihan dan pengembangan. Disamping itu adalah faktor-faktor intrinsik
karyawan itu sendiri seperti tingkat pengetahuan, sikap,ketrampilan dan
kemampuan serta motivasi. Semuanya dapat menyebabkan biaya produksi menjadi
mahal.
Kebanyakan strategi intervensi
program perbaikan mengasumsikan bahwa faktor-faktor penyebab utama
produktivitas dan mutu adalah kemampuan dan motivasi karyawan. Namun dari
pengamatan di berbagai perusahaan /institusi, sekitar 80-85% dari masalah
produktivitas dalam perusahaan /institusi adalah lebih karena faktor-faktor
sistem daripada faktor manusia. Misalnya, ketidakberhasilan penerapan gugus
kendali manajemen sangat ditentukan oleh kesalahan manajemen, dan pemeliharaan
perlatan untuk pelaksanaan produksi yang kurang. Implikasinya adalah perbaikan
produktivitas dan mutu lebih banyak didasarkan pada sistemnya itu sendiri;
tidak selalu dari unsur manusianya.
Kepemimpinan Produktif
Pemimpin yang dapat membawa kemajuan
terhadap suatu organisasi adalah impian semua orang. Kepemimpinan yang
dijalankan mampu mewujudkan produktivitas dan efektivitas organisasi. Juga,
menciptakan kesejahteraan buat para anggota. Faktanya, masih banyak terjadi
dalam suatu organisasi, seorang pemimpin belum mampu menciptakan produktivitas
dan efektivitas yang diinginkan. Organisasi
mengalami kemunduran yang ditandai dengan: rendahnya partisipasi dan
etos kerja, serta rasa tidak nyaman yang dialami anggota dalam melakukan fungsi
dan perannya kami melihat, kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi
dilihat dari pola hubungan (relationship) antar anggota organisasi, yaitu cara
bagaimana antara setiap bagian yang ada dalam organisasi itu saling merasakan
keberadaan satu sama lain dan berperilaku/bertindak terhadap satu sama lain
ternyata belum sepenuhnya memperhatikan nilai-nilai psikologis yang bersifat
universal. Dan factor ini mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap
kemajuan suatu organisasi.
Menilik kata kepemimpinan,
dalam Bahasa Inggris disebut management atau leadership.
Jelasnya, kata ini dalam kamus Longman Dictionary of Contemporary English
digambarkan sebagai: The quality of being good at leading a group, organization,
country etc. Maknanya, leadership merupakan kemampuan yg dimiliki
seseorang, seberapa baik dia mengorganisasikan kelompok atau organisasi. Dengan
kata lain, seorang pemimpin harus punya kemampuan dalam hal merencanakan,
mengorganisasikan, mengontrol, dan mengevaluasi suatu organisasi yang
dipimpinnya.
Organisasi, dimaknai sebagai
kumpulan yg dibentuk guna mencapai suatu tujuan tertentu. Arti lain, organisasi
merupakan perencanaan yang tersusun sehingga menjadi efektif. Selain itu,
organisasi didefinisikan sebagai bagian-bagian berbeda yg dibentuk dalam suatu
sistem, sehingga bagian-bagian itu mampu bekerjasama atau bersinergi (Longman
Dictionary of Contemporary English). Intinya, ada empat variabel yang dapat
diukur untuk mengenali suatu organisasi, yaitu: merupakan kumpulan dari
bagian-bagian, komponen yang membentuk organisasi itu punya tugas & peran
yang berbeda, komponen-komponen tersebut mampu bersinergi satu sama lain, serta
organisasi itu punya tujuan.
Dalam aplikasinya, kita banyak menjumpai
beraneka macam organisasi, bahkan kita sendiri merupakan bagian dari organisasi
itu, baik dalam lingkup yang terkecil seperti rumah tangga, maupun lingkup yang
lebih besar, seperti yayasan bahkan negara.Dalam suatu organisasi, kepemimpinan
yang diperagakan dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: otoriter,
demokratis, dan laissez-faire.
Pemimpin otoriter, rela melihat anak
buahnya menjadi bergantung kepadanya. Mereka tidak memberikan ruang sedikitpun
kepada anggota organisasi untuk mandiri, bergantung kepada kemmapuan diri
sendiri. Pemimpin semacam ini mengawasi anak buahnya secara ketat bahkan untuk
hal-hal yang kecil sekalipun. Parahnya, pemimpin jenis ini akan mengintervensi
dalam setiap pengambilan keputusan yang dilakukan bawahannya. Produk kepemimpinan
seperti ini adalah: bawahan menjadi terlalu bergantung pada pemimpin atau anak
buah menjadi pribadi yang sangat memberontak. Tentu, bentuk pemberontakan yang
ditunjukkan bisa berbeda-beda. Ada yang terang-terangan dan juga ada yang hanya
ditampilkan di belakang panggung utama. Sulit rasanya, kreativitas yang
merupakan cikal bakal produktivitas muncul dalam kepemimpinan seperti ini.
Sebaliknya, pemimpin yang
demokratis, memberikan iklim yang kondusif untuk perkembangan yang lebih baik
buat organisasi. Dia terbuka dan mau berkomunikasi dua-arah dengan bawahan.
Individu semacam ini fleksibel dalam bersikap & bertindak terhadap anak
buahnya. Dia tidak pernah memberi kesempatan secara bebas kepada anak buah
untuk berbuat apa saja yang diinginkan. Juga, tipe orang semacam ini tidak
pernah melarang bawahannya secara kaku bila anak buah ingin merealisasikan
impian-impiannya. Pemimpin ini cenderung mengembangkan hubungan yang dekat
secara emosional kepada bawahannya. Bukan hubungan yang sifatnya professional semata-mata
yang justeru cenderung kaku. Dia, menyadari betul bahwa fungsinya dalam
organisasi adalah sebagai fasilitator bukan diktator, ataupun, cuek dalam
membawa organisasi menuju target yang dicita-citakan.
Sementara, pemimpin yang menerapkan
kepemimpinan laissez-faire memberi kebebasan yang seluas-luasnya kepada
anak buah untuk berbuat apa saja yang diinginkan tanpa mempertimbangkan apakah
keinginan itu membawa kemajuan terhadap organisasi atau tidak. Akibatnya, anak
buah yang terwadahi dalam kepemimpinan seperti ini akan tidak tahu
batasan-batasan perbuatan yang seharusnya dilakukan atau yang seharusnya tidak
dilakukan untuk kebaikan organisasi karena pemimpin semacam ini tidak punya
ketegasan terhadap anak buahnya.
Dalam implementasinya banyak pemimpin
yang ingin memajukan organisasi, tetapi disisi lain dia justeru bersikap dan
berperilaku yang berkontribusi terhadap kemunduran bahkan kehancuran
organisasi. Thomas Gordon (1970), seorang psikolog klinis dari USA yang
memperkenalkan gaya kepemimpinan participative management, pernah
meneliti beberapa organisasi sekolah dan perusahaan. Dia mengemukakan bahwa
ciri-ciri sekolah yang bermasalah adalah: guru dianggap bawahan, guru tidak
dilibatkan dalam pembuatan keputusan, melempar kesalahan pada orang lain, dan
membebankan nilai-nilai keseragaman.
Keadaan serupa, pernah terjadi di
tahun 1980-an, di Fermont California Amerika Serikat, salah satu pabrik
General Motors yang memproduksi mobil bermerek Chevrolet, terindikasi mengalami
berbagai permasalahan, diantaranya: cacat produksi yang mencapai rata-rata 40
persen dari total produksi dan tingkat kehadiran karyawan yang rata-rata tidak
melebihi 80 persen.
Para eksekutif dalam pabrik
tersebut, memutuskan untuk memberhentikan sebagian besar karyawan dan menggantinya
dengan mesin yang dianggap lebih mendorong peningkatan produksi. Kejadian ini,
menimbulkan perseteruan yang memanas antara karyawan dengan pihak manajemen.
Akhirnya, pabrik Fermont ditutup dan 5000 karyawan berhenti dari
pekerjaannya.Selang beberapa bulan, perusahaan Toyota mengetahui peristiwa
tersebut dan berinisiatif menghidupkan kembali pabrik di Fermont itu. Kemudian,
perusahaan mempekerjakan karyawan yang sempat dipecat oleh General Motors
dengan mempekerjakan separuh karyawan lama.
Pabrik akhirnya beroperasi, produksi
mobil kembali dihasilkan dan meningkat signifikan. Rata-rata cacat produksi
dibawah 5 persen, sedangkan tingkat kehadiran karyawan mencapai 98 persen,
padahal di area pabrik, merokok dan mendengarkan musik dilarang.Fenomena ini,
mengejutkan petinggi perusahaan General Motors dan akhirnya pabrik Fermont itu
diselidiki. Ternyata, tidak ada mesin baru yang digunakan. Malah umumnya, sudah
lama dan lebih tua dari mesin-mesin yang ada di pabrik General Motors. Setelah
mencari informasi lebih lanjut, petinggi General Motors menemukan bahwa yang
membuat produksi mobil di pabrik Fermont meningkat itu adalah karena pihak
manajemen memberi kesempatan kepada karyawan untuk berbicara dan memberi
masukan terhadap kinerja perusahaan.
Secara umum, para pemimpin
organisasi masih banyak yang menerapkan gaya kepemimpinan otoriter. Mereka
menganggap para bawahan seperti robot yang selalu bisa di perintah sesuai
dengan kemauan atasan. Mereka khawatir, memberi kesempatan berbicara atau
berpendapat kepada bawahan dianggap mengancam posisi mereka, bahkan menghambat
kemajuan suatu organisasi. Padahal, bawahan itu adalah manusia yang mempunyai
sisi psikologis yang tidak dimiliki robot atau mesin.
Kesimpulannya, apa pun jenis
organisasi yang ada, seperti: rumah tangga, sekolah, yayasan, perusahaan, dan
lain sebagainya itu merupakan sarana yang digunakan individu untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan psikologisnya. Sebab itu, kepemimpinan yang diterapkan
hendaknya memperhatikan dua komponen tersebut yang ada dalam diri manusia.
Menerapkan pendekatan psikologis dalam kepemimpinan merupakan hal yang harus
dilakukan jika suatu organisasi ingin produktif dan efektif.Jika tidak,
oragnisasi itu akan mudah ditinggalkan oleh para anggotanya. Untuk dapat hidup
saja, organisasi itu menjadi sulit apalagi produktif, efektif, dan inovatif.
Sejatinya, jika kita menginginkan organisasi negara kita menjadi produktif dan
efektif, kenapa tidak dimulai dari organisasi-organisasi yang lebih kecil
terlebih dahulu?
IV.
KESIMPULAN
1.
Manajemen
produktivitas adalah cara mengelola suatu usaha supaya lebih efisien dalam
penggunaan input untuk memaksimalkan produksi output (barang atau
jasa), secara terpadu melibatkan semua usaha manusia dengan menggunakan
ketrampilan, modal, teknologi, manajemen, informasi, energi, dan sumber-sumber
daya lainnya, dengan tujuan untuk mencapai hasil yang maksimal seperti target
yang telah ditetapkan sebelumnya. Jadi, apabila manajemennya baik, maka hasil
yang didapatkan juga baik, demikian juga sebaliknya.
2.
Manajemen produktivitas
mempunyai tujuan untuk mempemaksimalkan hasil produksi, baik barang maupun
jasa, dengan cara memberdayakan sumberdaya se-efisien (minimal) mungkin untuk
mendapatkan hasil yang se-efektif (maksimal) mungkin.
3.
Dalam upaya peningkatan
produktivitas, perlu diperhatikan langkah-langkah dalam meningkatkan
produktivitas dan kunci-kunci untuk produktivitas tinggi, agar bisa mendapatkan
hasil yang maksimal.
4.
Dalam manajemen produktivitas,
sistem dan sumber daya manusia sangat mempengaruhi mutu
produk yang dihasilkan, apabila mutu sistem dan SDM nya sudah maksimal, maka
akan mendapatkan mutu produk yang maksimal pula.
bisa dapet buku kopelman dimana ya?
BalasHapus