By : Robin Sharma
PENDAHULUAN
Tema
kepemimpinan selalu menarik untuk dikaji.
Kebutuhan akan seorang pemimpin yang ideal, boleh jadi menyebabkan para
penulis berusaha untuk menawarkan berbagai model kepemimpinan, baik secara
teoritis maupun contoh nyata dari pengalaman pemimpin yang dianggap
sukses. Buku-buku yang mengangkat tema kepemimpinan
pun banyak dihasilkan. Sebut saja,
beberapa buku bertema leadership yang best
seller teranyar seperti; The leader
in Me karya Stephen R.Covey, Spiritual
Leadership yang ditulis oleh J.Oswald Sanders, Leadership Golden Ways buah tangan Mario Teguh atau buku karya M.
Antonio Syafi’i yang berjudul Super Leader Super Manager.
Fenomena yang
ada saat ini di masyarakat barat khususnya, merindukan buku-buku yang bernuansa
spiritual. Di mulai sejak abad ke-20, trend “New Age” mempengaruhi jenis bacaan
mereka. Menurut Wikipedia, definisi New Age yaitu;
Zaman
Baru atau Gerakan Zaman
Baru adalah suatu gerakan spiritual yang terbentuk di pertengahan abad
ke-20. Merupakan gabungan dari spiritualitas Timur, dan Barat, serta tradisi -
tradisi metafisika yang mengemukakan suatu filsafat yang berpusatkan kepada manusia.
Gerakan ini mulai dikembangkan dengan munculnya latihan-latihan pengembangan
diri, seminar pengembangan diri, yoga, waitankung, seminar kata-kata motivasi,
dan lain-lain. Tujuannya untuk menciptakan sebuah "spiritualitas yang
tanpa batasan atau dogma-dogma yang mengikat". Dengan menekankan bahwa pikiran, jiwa, dan raga
saling berhubungan, serta adanya bentuk Monisme dan kesatuan di dalam alam
semesta. Lebih jauh gerakan ini mencoba menciptakan "suatu pandangan yang
menggabungkan ilmu pengetahuan dan spiritualitas" dan oleh karenanya
gerakan ini menganut berbagai bentuk ilmu pengetahuan dan ilmu semu.
Buku-buku bertema
leadership yang diangkat melalui
cerita motivasi, inspiratif dan bernuansa spiritual, seperti contoh di atas, menjadi
alternatif bacaan yang digandrungi khalayak umum. Salah satu buku leadership model tersebut yang laris di pasaran adalah The Leader Who Had No Title yang ditulis
oleh Robin Sharma. Robin Sharma dikenal
sebagai seorang penulis yang fenomenal, karena sebagian besar karyanya
merupakan best seller. Karya Sharma kali ini secara spesifik
mengupas tentang leadership. Judul yang ia angkat menarik orang untuk
merasa perlu tahu tentang gagasan yang dituangkannya dalam buku tersebut. Gagasan tentang pentingnya leadership bagi siapa saja, tidak
terbatas pada orang yang memiliki jabatan sebagai pemimpin saja. Buku yang bertema kepemimpinan, biasanya
hanya diminati pembaca yang memang sedang memimpin sebuah jabatan atau orang
yang sedang mencari pengetahuan tentang kepemimpinan. Melalui tema leadership yang sedikit berbeda ini, seakan Sharma tidak ingin
membatasi segmen pembaca bukunya. Ia pun
ingin meyakinkan, bahwa kepemimpinan itu milik setiap insan.
Leadership and
Succsess are Your Birtright
Setiap
insan lahir untuk menjadi Jenius. Buku
ini akan meyakinkan pembacanya bahwa
kesuksesan itu adalah bawaan dari lahir atau sesungguhnya setiap manusia
terlahir dengan potensi untuk dapat meraih kesuksesan Sebagai contoh, dalam buku
ini diceritakan tentang seorang Blake Davis
bisa bangkit dari keterpurukannya dikarenakan dia terus bejuang melawan diri
dari keputusasaan. Pengalaman hidup yang sulit membuat dirinya semakin
bertambah matang dalam menghadapi berbagai situasi. Menurut Davis, menjadi
pemimpin hanyalah sebuah keputusan. Masa
yang sulit, hambatan, ataupun rintangan, justru memberi kesempatan kepada
setiap orang untuk menjadi pemimpin yang lebih baik.
Seorang
pemimpin adalah seorang yang mempunyai keberanian untuk bermimpi, kemampuan
untuk mengatur, dan kekuatan untuk melaksanakan hal-hal yang perlu dilakukan.
Seorang pemimpin, secara sederhana, adalah manusia yang tahu ke mana dia akan
pergi, bangun dan melangkah. "Planning is 80% Thinking and 20%
Writing – then 100% Doing!"
"Bukan Anda atau dunia yang tahu apa yang dapat Anda lakukan sampai Anda sudah mencobanya" – Ralph Waldo Emerson
"Bukan Anda atau dunia yang tahu apa yang dapat Anda lakukan sampai Anda sudah mencobanya" – Ralph Waldo Emerson
My Meeting with a Leadership Mentor
Blake David
Seorang
pegawai pada cabang sebuah Toko Buku, di mana cabang yang dikelolanya merupakan
cabang dengan penjualan yang terendah dan ada kemungkinan untuk ditutup. Davis mengalami trauma pasca pulang dari
Perang Irak, ia menjadi sering bermimpi buruk.
Hal itulah yang menurutnya menjadi penyebab kebangkrutan tokonya.
Tommy Flinn
Seorang
berusia 77 tahun, teman dari ayah Blake,
berpenampilan sangat eksentrik. Flinn sudah
50 tahun bekerja di toko buku tersebut.
Ia berkali-kali menolak ketika diangkat menjadi manajer. Ia telah memenangkan karyawan terbaik tingkat
pusat secara berturut-turut, dengan hadiah dan uang yang banyak serta
jalan-jalan keluar negeri sebagai rewardnya
Tommy
Flinn mengungkapkan, jika seseorang ingin memilih metode apakah yang cocok untuk
gaya kepemimpinannya, tanyakanlah pada hati, karena hati akan membimbing
seseorang untuk melakukan apa yang seharusnya di lakukan. Tommmy bercerita bahwa ia memutuskan untuk
terus bekerja di toko ini setelah 50 tahun, karena ia tak mau meninggalkan pekerjaaan yang sangat disukainya.
Ia merasa senang di tempat kerjanya, dihargai membuatnya selalu merasa
muda. Ia pun lebih kreatif, mampu menyelesaikan
banyak masalah yang membuat otaknya berkembang.
Menurut Tommy, pelanggan baru adalah tambahan teman baru. Di tempat bekerjanya, ia memilliki kesempatan
untuk menginspirasi teman-teman yang lain melalui contoh. Ia merasa bahagia karena melakukan pekerjaan
yang hebat, ini semua membuat hidupnya kaya dan sempurna.
Setiap
pekerjaan adalah penting. Bekerja tim
ibarat sebuah orkestra di mana konduktor adalah menejernya, jika satu personil
saja bermain dengan buruk, walaupun yang lain bermain dengan baik, hasilnya
akan tetap buruk penampilan
keseluruhannya. Setiap orang memiliki inner power di dalam diri mereka, yang
menunggu untuk dikeluarkan. Setiap orang
memiliki natural power untuk
mengendalikan inner power tersebut. Sekali
seseorang menbangunkan inner leader
mereka, mereka dapat melatihnya setiap hari. Kekuatan itu akan semakin baik dan
semakin kuat dengan banyak berlatih.
Pemimpin
bukanlah apa yang disandang atau dikuasai, pemimpin adalah seberapa besar kamu
bekerja dan betapa baik perilaku seseorang.
Tumbuh dan berkembangnya sebuah perusahaan, dibutuhkan seseorang yang
berbakat, yang menyadari bahwa dirinya ada dalam sebuah tim, di mana ia
berfikir lebih cepat dibandingkan tantangan zaman yang datang, agar perusahaan
dapat bertahan dan terus berkembang menghadapi situasi apapun.
Setiap
orang harus menempatkan dirinya sebagai bagian dari sebuah tim leader, dengan kesadaran dirinya untuk
berkomitmen melakukan perubahan yang positif, sehingga harus sempurna dengan
peran-peran yang dijalankan. Untuk bisa
menumbuhkan jiwa kepemimpinan, setiap orang membutuhkan :
1.
Pemacu
inovasi
2.
Inspirasi
dari tim
3.
Tantangan
menghadapi perubahan
4.
Tanggung
jawab
5.
Hal
positif
6.
Dorongan
memberikan hasil terbaik
Sebagai
contoh; Roosevelt, Mandela, Edison atau Einstein, mereka tidak maju dikarenakan
uang, mereka maju disebabkan karena mereka menyukai tantangan dan juga
kesempatan yang mereka optimalkan.
Kesimpulan
singkat dari pembicaraan antara Tommy dan Blake yang tidak berlangsung lama,
tetapi Tommy berhasil mengubah Blake dari yang apatis terhadap Tommy (karena
penampilan dan style mereka
benar-benar berbeda). Blake menjadi
pribadi yang lebih terbuka, bersedia mendengarkan dengan sepenuh hati, meyakini
lalu mengamalkannya.
Keberhasilan
Tommy disebabkan Tommy sangat yakin akan apa yang dia sampaikan. Dia menyampaikan dengan tulus dan sepenuh
hati, bahkan dengan cinta, dengan intonasi yang lembut tetapi lugas dan jelas.
Tommy tidak hanya berkata-kata saja, tetapi ia secara konsisten telah
membuktikan perkataannya melalui perbuatan selama berpuluh tahun, hal itu
dibuktikan dengan prestasinya sebagai
karyawan terbaik untuk bertahun-tahun.
Karena
poin-poin di atas itulah, walaupun pembicaraan berlangsung dengan singkat,
tetapi mampu merubah Blake. Blake seakan
menjadi manusia baru dan luar
biasa. Pada akhirnya, Blake berhasil
menjadi wakil presiden termuda pada toko buku tersebut , bukan hanya karir,
rumah tangga Blake pun berjalan dengan sangat baik. Tommy pun berhasil menanamkan pada Blake,
untuk berbagi tentang filosofi tersebut, dan Blake dengan senang hati
menjalankannya.
The
Sad Costs of Mediocrity and The Spectaculer Rewards of Leadership Mastery
Kepemimpinan merupakan hal untuk semua
orang. Kepemimpinan bukan hal yang komplek.
Kepemimpinan merupakan satu kemampuan yang sangat penting untuk kesusksesan
dalam melakukan kegiatan apapun.
Kepemimpinanan bukan sesuatu yang hanya dilakukan di tempat kerja
melainkan harus dilakukan di setiap tempat, yang akan memberikan pengaruh besar
pada sekelilingnya.
Setiap manusia mengatur
kehidupannya sendiri untuk tetap hidup. Kesuksessan merupakan hasil dari
kerja harian yang terus dilakukan dan dapat menghasilkan prestasi yang jauh
lebih baik dari apa yang direncanakan. Menanamkan jiwa kepemimpinan di setiap
momen kegiatan, akan menghasilkan sesuatu yang sangat besar. Dari semua yang
dijelaskan Sharma pada chapter ini, yang terpenting adalah dapat menjadi pemimpin dalam diri sendiri sehingga tidak perlu titel untuk menjadi pemimpin. Pemimpin
akan menemukan kebahagiaan. Kebahagian
karena menjadi orang berguna dan mempunyai banyak waktu untuk menyalurkan bakat.
Seseorang dengan jiwa kepemimpinan memiliki keberanian dan semangat untuk
secara konsisten meraih visi tertinggi dan menjadi orang yang akan membangun
orang lain. Jiwa kepemimpinan yang ada pada diri setiap orang akan menumbuhkan
etika, inspirasi dan empati seorang sebagai inovator. Kadang kala seseorang dikelilingi dengan
teman-teman yang memanggilnya dengan nama seekor binatang. Terkadang
pula, mereka menyebutnya seorang pahlawan dan legenda. Pemimpin tanpa title menyadari bahwa perbuatan-perbuatan
besar yang dilakukannya dikenang bahkan ketika sudah tidak ada lagi sekalipun. Sebutan apa yang akan orang berikan, sangat
tergantung dengan perbuatan besar apa yang seseorang lakukan.
Pemimpin tanpa titel selalu
melenturkan pikiran mereka, meningkatkan kemampuan mereka, dengan selalu konsisten
menanyakan ke diri mereka “Apa yang bisa saya perbaiki?” Pertanyaan itu akan memacu seorang pemimpin
menjadikan hari ini lebih baik dari hari sebelumnya. Cara untuk meningkatkan keunggulan pada diri
seorang pemimpin bukanlah dengan membuat ide yang revolusioner
ataupun inisiatif yang radikal. Cara
meningkatkan keunggulan adalah dengan melakukan langkah-langkah kecil
dengan lebih baik serta berimprovisasi setiap hari secara konsisten.
Pemimpin yang hebat akan berusaha
mengerjakan hal sekecil apa pun bak seorang yang ahli di bidang tersebut. Ia
akan bersungguh-sungguh mengerjakan pekerjaan tersebut, walaupun pekerjaan itu
tampak sepele dan mudah, ia akan berusaha memberikan yang terbaik. Pemimpin
tanpa title, menjadikan FMOB (the First,
The Most, The One, The Best) sebagai moto hidupnya. Cara untuk menjadikan diri
ahli adalah memandang diri sendiri sebagai bahwa orang yang brilian. Cara pandang merasa diri brilian akan memberi
pengaruh positif terhadap hasil yang dicapai. Para pemimpin hebat selalu punya pola pikir
yang hebat, hal ini memunculkan kebiasaan yang hebat pula. Menjadi diri
sendiri, tidak sekedar bisa dipercaya, mengejar misi dan visi pribadi, tetapi
juga memberikan ketenangan dan kebahagiaan buat orang lain.
Semakin besar impian, makin banyak usaha dilakukan, biasanya juga makin besar tantangan yang akan menghadang. Ketekunan adalah modal. Tekun itu artinya tetap bersemangat mengejar cita cita dan tetap berusaha memberikan yang terbaik. Keunggulan tidak pernah terpisahkan dengan kehormatan. Seorang pemimpin akan selalu konsisten
dengan nilai-nilai baik yang dikerjakan dan selalu menjaga kehormatan diri.
Kemampuan berkomunikasi yang baik, dibutuhkan seorang pemimpin. Pemimpin harus berlatih berbicara secara
terus terang, namun tetap harus menjaga respek dan menjaga harga diri orang yang
diajak bicara.
Berikut contoh berbicara terus
terang;
Pemimpin: ”Kamu
tidak mengerjakan dengan baik dan kamu perlu banyak meningkatkan diri.”
Kalimat tersebut dapat diubah dengan
kalimat lain yang lebih baik seperti,
Pemimpin: “Saya mengapresiasi semua usaha maksimal
yang sudah Anda lakukan dan saya akan memberitahukan cara lain yang bisa membuat
hasilmu lebih baik lagi”.
Contoh kalimat di atas membuktikan
bahwa kalimat yang dipilih seorang pemimpin saat berbicara, akan menentukan
nilai rasa bagi orang yang diajak bicara, walaupun tujuan mengenai apa yang
dibicarakan sama.
Memotong hal yang komplek menjadi
sederhana. Pemimpin yang efektif akan
menghindar dari aktivitas-aktivitas yang tidak memberi nilai tambah. Dalam
situasi memimpin, perlu dibangun optimisme bahwa kesengsaraan tidak selamanya
mengarah pada hal negatif namun akan melahirkan peluang. Seperti gelapnya malam yang diiringi dengan
bintang, kesengsaraan selalu diikuti dengan kebahagian. Seorang pemimpin tidak akan pernah belajar
menjadi berani dan sabar jika dalam hidupnya hanya diisi dengan kesenangan belaka. Sebagai ilustrasi, ketika seseorang melakukan
tindakan yang baik pada saat kondisi yang kurang baik, akan menghasilkan
kondisi yang lebih baik.
Pemimpin dilatih untuk tidak bersikap reaktif terhadap sesuatu yang membingungkan, namun berusaha bersikap responsif yakni dengan tetap tenang menghadapi segala sesuatu yang diluar kontrol. Pemimpin juga dilatih untuk selalu berinisiatif meningkatkan kemampuan di area yang bisa dikendalikan. Kepemimpinan bukan hanya soal mengritik dan mengoreksi ketika ada yang salah, namun juga memberikan pujian dan penghargaan atas sekecil apapun atas usaha baik yang dilakukan. Dalam memberikan pujian harus benar-benar tulus. Makin dalam hubungan antara pemimpin dengan orang yang dipimpinnya akan makin memperkuat kepemimpinan seseorang.
H:Helpfulness
Pemimpin yang menolong selalu melakukan
lebih dari apa yang didapatkan. Kepemimpinan bukan sekedar mencapai cita cita,
namun juga untuk memberikan manfaat kepada orang lain. Dalam membangun keahlian dalam berhubungan
dengan orang lain, sekedar memberikan bantuan belumlah cukup. Pemimpin perlu memiliki kemampuan
memahami. Salah satu cara melatih kemampuan
memahami adalah mengasah kemampuan seorang pemimpin untuk sungguh-sungguh
mendengarkan. Dalam era kompetisi bisnis yang ketat, sudah bukan saatnya untuk bergaul dengan tim atau pelanggan hanya melalui email atau telpon. Sesekali perlu melakukan interaksi di luar
agar timbul tingkat hubungan yang lebih baik. Banyak orang berpikir kalau
bekerja itu harus selalu serius, kerja dengan bergembira (fun) dianggap membuang
waktu dan mengurangi produktivitas. Padahal bekerja dengan fun, membuat energi positif perorangan maupun organisasi akan
meningkat dan dengan demikian produktivitasnya pun ikut meningkat.
Selama berinteraksi, pemimpin diharapkan
melakukannya dengan rasa tulus. Pemimpin
juga disarankan merawat hubungan baik dengan siapapun. Sebelum menjadi pemimpin yang hebat, harus
terlebih dulu menjadi pribadi yang hebat.
Ketika seseorang melatih dirinya untuk terus berjuang dalam mematahkan
belenggu yang membatasi pikiran, maka ia akan bisa melihat dengan jelas seorang
juara sudah berada di hadapannya. Seorang juara sebelum benar benar menjadi
juara, mereka telah memiliki mental juara.
Mental juara dalam cara berpikir dan bertindak, yang mengarahkannya menjadi
juara, sampai akhirnya benar benar menjadikannya sebagai juara. Pemimpin harus selalu menjaga kesehatan. Tanpa
kesehatan ia tidak bisa melakukan hal lebih banyak. Siapa yang tidak menyempatkan
diri untuk berlatih dan menjaga kebugaran dirinya, akan menjadikan dirinya
berlatih dalam kesakitannya.
Pemimpin selalu berupaya membuat
dirinya mudah terinspirasi, agar bisa membuat orang lain
terinspirasi oleh dirinya. Jika sehari dalam hidupnya tidak mampu memberikan inspirasi, ia akan merasa tidak hidup pada hari itu. Inspirasi bisa didapatkan melalui musik, film, buku, media, dan juga teman-teman yang hebat. Keberhasilan selalu dibangun oleh hubungan baik dengan keluarga dan teman teman dekat. Rasa mencintai dan dicintai keluarga merupakan kekuatan yang membentuk kesuksesan pribadi. Pemimpin mampu memilih hal baik. Pemimpin memaknai hidup yang hanya sekali dengan memberikan kontribusi yang banyak bagi siapapun yang membutuhkan, sehingga hidupnya menjadi lebih berarti.
terinspirasi oleh dirinya. Jika sehari dalam hidupnya tidak mampu memberikan inspirasi, ia akan merasa tidak hidup pada hari itu. Inspirasi bisa didapatkan melalui musik, film, buku, media, dan juga teman-teman yang hebat. Keberhasilan selalu dibangun oleh hubungan baik dengan keluarga dan teman teman dekat. Rasa mencintai dan dicintai keluarga merupakan kekuatan yang membentuk kesuksesan pribadi. Pemimpin mampu memilih hal baik. Pemimpin memaknai hidup yang hanya sekali dengan memberikan kontribusi yang banyak bagi siapapun yang membutuhkan, sehingga hidupnya menjadi lebih berarti.
Tips menjadikan diri sebagai
pemimpin atau ia akan :
- Dikelilingi oleh kesunyian
- Tidak memiliki pengalaman luar biasa. Hal ini akan menghambat seseorang untuk melakukan hal yang besar.
- Tidak dapat menginpirasi orang lain
- Menyesal ketika tidak dirinya tidak mau mengambil resiko sehingga ia tidak pernah menerima penghargaan apapun
- Kehilangan kesempatan karena terjebak pada perasaan bahwa “Saya biasa-biasa saja”
- Merasa sedih bahwa dirinya tidak pernah mempelajari keterampilan mengubah kesulitan menjadi kemenangan dan timah menjadi emas.
- Mementingkan diri sendiri
- Terbawa oleh lingkungan di bandingkan kehidupan yang anda inginkan sebenarnya
- Tidak menyadari bahwa ia dapat membangun diri sendiri untuk menjadi sesuatu
- Meninggalkan dunia dengan tidak lebih baik dari yang ia lihat sebelumnya.
The First
Leadership Conversation; You Need No Title to Be a Leader
“
Bahkan seorang tukang sapu jalanan pun semestinya melakukan pekerjaannya
sebagaimana ciamiknya Michealangelo melukis, hebatnya Beethoven meramu music,
atau sedahsyat alir puisi Shakespeare sehingga seluruh yang ada di langit dan
di bumi dapat berseru ; “Disini pernah hidup seorang tukang sapu hebat yang
mengerjakan tugasnya dengan baik” Demikian Martin Luther King Jr mengungkapkan
bagaimana seharusnya setiap orang melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya.
Dalam
chapter ini diceritakan dialog yang terjadi antara Tommy dan Anna. Rangkaian percakapan yang memberi inspirasi
bagi Tommy, khususnya nasihat yang didapatnya dari Anna. Berikut nasihat Anna;
- Persepsi yang salah mengenai kepemimpinan: Kepemimpinan hanya untuk kalangan eksekutif dan kesuksesan hanya bisa diperoleh berkat faktor keberuntungan saja
- Anna mengingatkan: “ Saya bisa saja memiliki sejuta alasan untuk tidak puas, mengeluh, dan komplain dengan kondisi saya sekarang, tetapi saya memilih untuk menggunakan hak freedom saya untuk memandang dari sisi yang berbeda tugas yang saya lakukan dan membuatnya menjadi pilihan positif dan menyenangkan bagi saya”.
- Motto yang dimiliki Anna : Nothing less than my very best
- Kekuasaan penuh ada pada kita untuk menciptakan luck karena keberuntungan tidak akan hadir dengan sendirinya. Walaupun banyak kendala besar, jika kita yakin bisa menghadapinya maka keberuntungan akan datang.
- Persepsi yang salah tentang bekerja: Banyak orang menginginkan sesuatu, tapi tidak mendapatkan apapun, karena tidak tahu apa yang dimauinya. Bermimpi ingin memiliki, namun berhenti untuk berusaha mewujudkan apa yang diinginkan dan tidak berusaha untuk meraihnya. Show up dalam bekerja hanya semata untuk dibayar lebih tanpa memiliki nilai sedikitpun dari hasil kerjanya.
- Pemimpin harus melakuakn hal positif untuk perubahan. Kritikan yang datang dari orang lain tidak harus dihiraukan. Tidak mudah tergoyahkan dan miliki rasa percaya diri yang tinggi itu adalah rahasia sukses seorang pemimpin.
- Albert Einstein mengingatkan “ Just go do your work as well as you can humanly do it. The rest will take care of itself”.
- Pemimpin belajar untuk dapat memimpin dengan baik melalui uji coba. Setiap kesalahan akan semakin mendekatkan seseorang pada langkah yang sempurna. Jangan mudah menyerah dengan apa yang dikomentari orang lain, karena Great people construct monuments with the stones their critics throw at them. Bersyukurlah jika masih ada yang mengkritik itu berarti masih ada orang yang peduli.
- Leadership power sesungguhnya adalah sesuatu potensi natural yang dianugrahi kepada seluruh manusia. Hanya saja potensi tersebut jarang untuk di-switch on. Tugas manusia hanyalah mencarinya dan mengaktifkannya kembali.
1.
Setiap
manusia memiliki kekuatan untuk bekerja setiap hari dan menunjukkan kualitasnya.
Manusia tidak butuh titel untuk menunjukkan kualitas kinerja yang prima.
2.
Setiap
manusia memiliki kekuatan untuk menginspirasi, mempengaruhi, dan menebar hikmah
kepada setiap orang yang ditemui.
3.
Setiap
manusia dapat membuat perubahan positif dalam menghadapi kondisi yang negatif.
4.
Setiap
manusia tahu bahwa leadership dapat
membuat diri seseorang memperlakukan stakeholders
dengan respek, apresiatif dan baik.
- Being a leader is our birthright. Posisi seseorang pada sebuah organisasi atau seberapa seniornya seseorang menjadi tidak penting. Yang terpenting adalah jika seseorang telah memiliki kekuatan untuk menunjukkan jiwa leadershipnya. Kewajiban manusia adalah mengaktifkan kekuatan itu. Berhenti berlaku sebagai seorang objek penderita dan mulai menjadikan dirinya seorang pemimpin.
- Tidak ada satu pun manusia yang tidak berharga. Siapapun dan jenis pekerjaan apapun bisa menjadi berharga dengan filosofi the leader without a title.
Selanjutnya,
Anna mencoba merangkum 4 prinsip utama yang akan membangun kemampuan memimpin
tanpa seseorang harus memiliki titel atau jabatan sebagai pemimpin.
a. Innovation :
Pemimpin
tanpa titel selalu melenturkan pikiran mereka dan meningkatkan kemampuan
mereka. Ia selalu konsisten menanyakan
ke diri sendiri “Apa yang bisa saya perbaiki hari ini?” Kata inovasi terdengar sulit dilaksanakan,
namun sebenarnya inovasi adalah membuat sesuatu hal menjadi lebih baik lagi
dibandingkan hari kemarin. Cara untuk
meningkatkan keunggulan bukanlah dengan membuat ide yang revolusioner ataupun
inisiatif yang radikal, namun caranya adalah dengan melakukan langkah-langkah
kecil dengan lebih baik serta berimprovisasi setiap hari secara konsisten.
Butuh
kreativitas dan berani untuk berbeda. Setiap leader without a tittle secara konstan mendesain pikirannya dan
menunjukkan keahliannya dengan selalu berkata “ What can I improve today?. Leader without a tittle memiliki
komitmen untuk membuat apa yang disentuhnya akan lebih baik daripada pada saat
pertama kali ditemukan. Kuncinya adalah be
a visionary – develop an innovation mindset – start
off small. Mulailah dari sesuatu yang kecil setiap hari maka akan menjadi multiplier
effect = small daily improvements
(peningkatan kecil setiap hari) – over
time – lead to stunning results.
b. Mastery :
Jadikan
anda sebagai ahli dalam apapun yang sedang anda kerjakan, sekecil atau semudah
apapun pekerjaan itu, selalu persembahkan yang terbaik. Jadikan diri anda
FMOB (the First, The Most, The One, The Best). Cara untuk menjadikan diri ahli
adalah memandang diri sendiri adalah orang yang brilian. Cara pandang diri berpengaruh dengan hasil yang dicapai. Para
pemimpin hebat selalu punya pola pikir yang hebat. Hal tersebut memunculkan kebiasaan yang hebat
pula.
Komitmen
untuk menguasai apa yang kita kerjakan – apapun jenis pekerjaanmu-. Steve
Martin berkomentar ; “ Lakukan dengan sangat baik maka orang lain tidak akan
meremehkan Anda”. Jadilah a FMOB = some
one who is devoted to being the First,
the Most, the Only, and the Best. Starting point untuk menjadi mastery adalah meningkatkan ekspektasi
diri. Berkomitmen untuk menjadi seorang FMOB. Mastery tidak diperoleh dalam
waktu singkat, butuh waktu, usaha, dan kesabaran untuk mewujudkannya. Diri sendirilah yang bisa memilih untuk
menjadikan setiap skenario hidupnya menjadi sesuatu yang luar biasa atau
menjadi biasa saja. The best leader
tidak pernah beride tanpa beraksi. Sekecil apapun ide tersebut. Banyak orang
memiliki ide brillian, namun yang membedakannya dengan master ada pada
keberanian untuk mewujudkan ide tersebut.
c. Authenticity :
Menjadi
diri sendiri, tidak sekedar bisa dipercaya, mengejar misi dan visi pribadi,
tetapi juga memberikan ketenangan dan kebahagiaan buat orang lain. Adalah model usang kepemimpinan. Kekuasaan
diperoleh dari otoritas, posisi dan pengaruh yang didapat dari kekuasaan.
Periode barunya adalah; kontribusi terbesar ada pada apa yang ada pada diri
seseorang sebagai a person dan
keahlian, bukan lagi pada kekuasaan yang disematkan pada dirinya. “Be who you
are and say what you feel because those who mind don’t matter and those who
matter don’t mind”. Otentik adalah perasaan nyaman dalam mempercayai diri
sendiri, bekerja dengan nilai sendiri, mengekspresikan apa yang menurut dirinya
benar, dan melakukan yang terbaik semampunya. Seorang yang berjiwa pemimpin
memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan dengan penuh percaya diri di
saat tidak ada seorang pun yang mempercayainya.
d. Guts in business :
Ketekunan
adalah modal, karena makin tinggi sebuah mimpi, makin banyak usaha yang
dilakukan, makin besar pula tantangan yang akan menghadang. Tekun itu
artinya tetap bersemangat mengejar cita cita dan selalu berusaha Memberikan
yang terbaik. Seseorang tidak membutuhkan gelar untuk menjadi seorang pemimpin,
yang dibutuhkan hanya pemikiran yang lapang dan segudang keberanian. Berani
menerima resiko dibanding orang biasa. Semakin seseorang meninggalkan zona nyaman,
semakin terbukalah 1000 kesempatan untuk menjadi lebih baik. Leadership
bukan hanya semata sebuah gelar namun lebih kepada cara kita mengekspresikan
kemampuan terbaik kita sebagai manusia.
e. Ethics : moral correctness.
Keunggulan
tidak pernah terpisahkan dengan kehormatan. Pemimpin selalu konsisten dengan
nilai-nilai baik yang dikerjakan dan selalu menjaga kehormatan diri. Ternyata siapapun ia, apapun jabatannya, apapun
status sosial seseorang, apapun pekerjaannya, seseorang bisa menjadi pemimpin
sejati. Syarat untuk menjadi pemimpin sejati yakni : menjalani hidup ini dengan
sepenuh hati! Pemimpin tidak harus punya pangkat. Pemimpin tidak harus punya
jabatan. Pemimpin tidak harus punya banyak pengikut. Pemimpin tidak harus punya
banyak harta. Seorang pemimpin adalah seorang yang mampu menunjukkan
kemampuannya dalam menginspirasi, mempengaruhi, menggerakkan bahkan merubah
orang lain dengan tindakannya.
Langkah
Cepat untuk mengimplementasikan 5 aturan tersesbut di atas :
- Selama 24 jam, catat inventaris pribadi atau pekerjaan di mana Anda menolak tanggung jawab dengan alibi sebagai korban.
- Buat catatan harian tentang 5 macam tujuan kepemimpinan untuk 7 hari kedepan. Cari tahu perubahan positive yang terjadi.
- Anda tidak membutuhkan gelar untuk memberi pelayanan yang terbaik.
Turbulent
Times Build Great Leaders
Prinsip kedua dari filosofi Leader Without a Title adalah turbulensi yang melahirkan pemimpin
tangguh. Dilandasi dengan realita bahwa hari-hari yang sulit tidak akan pernah
berakhir dan hanya orang orang yang tangguh akan dapat melewatinya. Tantangan
terbesar di masa turbulensi (baik dalam bisnis maupun kehidupan) adalah
bagaimana menjadikan sebuah ’kekacauan’
menjadi sebuah ’kesuksesan’. Di tengah tataran
kehidupan yang tidak dapat diprediksi manusia perlu lebih ’jelas’ membangun
masa depannya.
Melalui cerita inspiratif dari seorang legiun perang Iraq
dan Afgan, Ty Boyd yang hidupnya berubah
dengan sejak menerapkan filosofi The
leader without a title, tergambar bahwa tantangan dalam kehidupan adalah
sebuah keuntungan besar. Ty yang juga seorang atlet ski dunia dan
memiliki bisnis di dunia yang sama menyebutkan saat memutuskan untuk
menekuni dunia dan bisnis ski, ia sangat menyadari bukanlah dunia yang dapat
menjadikannya kaya, namun baginya melakukan perkerjaan yang sangat disukainya
dan akan membuatnya bahagia akan menjauhkannya dari mimpi buruk saat di dunia
kemiliteran sebelumnya. Namun pada akhirnya melalui pemahamannya akan filosofi The leader without a title. Filosofi tersebut mengantarkannya bahwa masa sulit di Iraq
justru membangun jati dirinya dan menyadarkannya akan kekuatan yang dimilikinya.Justru baru
disadarinya bahwa semua tantangan dimasa sulit saat itu seakan mempersiapkan
dirinya untuk menjadi pemimpin kuat di masa mendatang. Filosofi LwaT berpengaruh kuat pada hidupnya
sehingga diterapkan pada pekerjaannya di dunia ski saat ini.
Menurutnya, dalam pekerjaan apapun seseorang dituntut
untuk menjadi entertainer yang
menginspirasi konsumen agar orang mau berbisnis dengannya. Seorang
pemimpin dituntut menampilkan yang terbaik agar dapat menyihir penonton
(konsumen). Tidak ada yang perduli apakah seorang entertainer itu mengalami hari terburuk saat itu karena penonton
hanya tahu mereka telah membayarnya dan harus mendapatkan pertunjukan yang
menarik. Di sinilah kepemimpinan seseorang harus bangkit, meskipun kesulitan datang
tak pernah berhenti dan filosofi kedua ”masa
turbulensi yang melahirkan pemimpin tangguh” menjadi guru terbaik.
Dalam kenyataannya
dunia terus berubah, segalanya penuh tantangan dan butuh keberanian.
Bahkan banyak hal yang harus dilakukan
yang sebernarnya harus dihindari.
Seperti seorang pemain ski yang terjebak badai salju di atas gunung,
apakah harus ia diam menjadi beku atau menerobosnya. Saran pertama dalam
kondisi seperti ini adalah rileks dan membuang rasa takut, kemudian mulai
bergerak dengan konsisten menghadapi tantangan demi tantangan. Hal ini tidak
saja meningkatkan rasa percaya diri, namun membuat seseorang memiliki kekuatan
untuk mengarahkan kehidupannya (bukan sebatas bisnis). Perlu disadari, kondisi
turbulensi/kondisi sulit dapat
memunculkan kemampuan yang kamu miliki dan memunculkan bakat terpendam yang
tidak kamu sadari.
Tantangan baru membutuhkan perubahan tehnis, setiap orang
harus berdaptasi dengan perubahan itu. Pemimpin yang sukses harus berusaha
menyambut ’bahaya’, mengambil reksiko yang cerdas dan berani untuk memanfaatkan
kemampuan terbesar yang dimilikinya meskipun semuanya tampak menakutkan.
Semakin banyak orang melakukan hal-hal yang menakutkan maka semakin mampu ia melihat kepemimpinan yang
sebenarnya. Masalah akan menjadi masalah
ketika dipandang sebagai masalah.
Ada lima aturan penting dalam prinsip ”masa
turbulensi yang melahirkan pemimpin tangguh” yaitu
S-P-A-R-K.
S; Speak with Candor
Menggambarkan kekuatan komunikasi, seorang pemimpin
sebaiknya menjadi komunikator yang inspiratif. Dalam filosofi LwaT menjadi hal yang penting bagi seorang pemimpin berkomitmen
untuk jujur berbicara sehingga selalu dapat dipercaya dan dihargai
sekitarnya. Tidak sedikit pemimpin yang
tidak dapat melakukan hal ini, sehingga
kultur yang dibangun dalam organisasinya menjadi tidak sehat. Kata-kata seorang
pemimpin sebaiknya memunculkan keanggunan
kepemimpinannya dan mengandung inspirasi
bagi yang lain, bahkan dapat membuat orang lain berbuat di luar dari
kebiasaannya. Pemimpin dapat berkata apapun sejauh ia dapat menyampaikannya
dengan penuh penghormatan pada lawan bicara.
Kata-kata memiliki kekuatan, sebut saja pemimpin seperti John. F
Kennedy, Ghandi, Mandela, Marthin Luther
King yang dapat mempengaruhi dengan
kekuatan kata-katanya.
P; Prioritize
Pada masa turbulensi yang terjadi dalam sebuah
organisasi, biasanya menyebabkan seorang pemimpin seringkali melupakan visi,
misi, value dan goals karena banyaknya gangguan/distraksi. Pemimpin dalam LwaT harus tetap berada dalam jalurnya. Secara
sederhana, pemimpin harus tetap fokus pada yang baik, abaikan hal lainnya yang
negatif. Pemimpin yang baik harus
mengenali mana yang harus menjadi prioritas.
A; Adversity Breeds Opportunity
Kemalangan membawa banyak peluang.
Kesalahan membawa banyak hikmah. Saat seorang
pemimpin dapat melewati masa turbulensi, ia akan lebih sukses. Dalam kemalangan
juga akan membawa banyak hal baik. Kuncinya adalah pemimpin harus segera
bangkit dan melewati kesulitan. Keep
Moving Toward, tetap melakukan sesuatu, karena jika pemimpin tidak
melakukan apapun di saat turbulen, kondisi yang lebih buruk akan sangat mungkin
dialami.
R; Respons Versus React
Sebagian orang terjebak dalam
kepanikan saat berada dalam kesulitan, sehingga mereka menjadi bagian dari
masalah bukan sebagai pemimpin yang menjadi sumber solusi dalam menyelesaikan
masalah. Seorang pemimpin diminta tidak
menjadikan reaksi sebagai kebiasan dalam menghadapi kesulitan. Pemimpin harus piawai dalam
merespon situasi.
K; Kudos for everyone
Saat berhasil melewati hal-hal buruk yang terjadi, pemimpin tetap
harus ingat bahwa orang-orang di
sekitarnya tetap perlu dihargai. Sebaliknya, pemimpin harus tetap memberi
apresiasi kepada orang di sekitarnya.
Hal positif sekecil apa pun, layak untuk dihargai dan di apresiasi. Sebagian besar orang berfikir bahwa
kepemimpinan hanya sebatas bagaimana
mengkritik dan mengkoreksi kesalahan, hal ini tidak tepat karena kepemimpinan
yang sebenarnya adalah bagaimana menghargai orang lain saat mereka melakukan hal yang benar.
The deeper your
relationships, the stronger your leadership
Bekerjalah dengan hati, karena kita sedang berhubungan dengan manusia dan
itulah the real business!. Kalimat tersebut merupakan ringkasan umum
untuk menggambarkan isi dari chapter ini. Bekerja dengan hati akan menggerakkan
pikiran, perasaan dan tubuh manusia untuk terus berbicara, berjalan, hidup dan
bernafas. Bekerja dengan hati akan memancarkan energi positif, kebaikan dan
keunggulan kepada setiap orang. Bekerja
dengan hati akan menjadi kekuatan yang menginspirasi secara positif bagi orang
lain.
Helpfulness;
Bekerjalah dengan hati yang penuh rasa menolong. Bekerja dengan hati yang penuh dengan rasa
menolong akan membuat seseorang melakukan pekerjaan lebih dari sekedar
melunaskan kewajiban atas apa yang dibayar bagi dirinya. Hati penolong akan memunculkan sejuta manfaat
bagi orang lain. Pemimpin yang bekerja
dengan hati ingin selalu menolong. Ia
akan menancapkan kata “bermanfaat” dalam DNAnya, sehingga kata itu hidup di
tiap detak jantung dan akan mampu
menciptakan nilai lebih bagi lingkungan tempat di mana ia bekerja.
Understanding;
Bekerjalah
dengan hati yang saling
menghormati. Bekerja dengan hati yang
saling menghormati akan membuat seorang pemimpin dapat memahami orang lain.
Seseorang akan dapat memahami orang lain jika ia mau belajar mendengar.
Saat orang merasa didengar, mereka akan merasa dipedulikan dan seakan
pemimpin tersebut telah memenangi hati mereka.
Mingle;
Bekerjalah
dengan hati yang terbuka. Kadangkala
seorang pemimpin lebih sering berinteraksi dengan bawahannya secara tidak
langsung. Mereka seolah-olah berlindung di balik dinding dan email. Sesibuk apa pun, seorang pemimpin harus
berusaha menyempatkan waktu berinteraksi secara langsung dengan
bawahannya. Melalui interaksi langsung ini,
ia akan lebih mengenal orang yang berhubungan dengannya dan memahami apa yang
menjadi tujuan mereka. Sebaliknya,
mereka pun akan merasa nyaman dengan pemimpinnya, karena menganggap sang
pemimpin telah menjadi bagian diri mereka, yang ikut memastikan tercapainya
tujuan mereka.
Amuse:
Bekerjalah dengan hati yang senang.
Pemimpin yang bekerja dengan hati senang, akan memancarkan aura
kebahagian bagi lingkungan kerjanya. Ia akan mengajak semua orang bekerja
dengan rasa senang pula. Hati yang
senang saat bekerja akan membuat seluruh orang merasa terlibat dan menurunkan
stress tiap orang yang berada di dalam organisasi tersebut. Kondisi demikian akan memberikan konsekuensi
pencapaian yang lebih dari yang diperkirakan dan ditargetkan.
Nurturing:
Bekerjalah dengan hati yang saling menghormati dan penuh kebaikan. Acapkali kebaikan dalam diri seseorang
dianggap sebuah kelemahan. Kebaikan
seorang pemimpin sering kali dimanfaatkan orang untuk tidak konsisten mematuhi
aturan yang ada. Keseimbangan antara
kelembutan dalam arti kebaikan dan kekuatan (power), akan menghindari kebaikan
hati seorang pemimpin disalahgunakan.
Kunci dari kekuatan (power) adalah keketulusan.
To
be a great leader, first become a great person
Gagasan
pada chapter 7 buku ini sangatlah sederhana, yaitu seseorang harus mampu
memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain, hal yang ditegaskan oleh
Robin dalam redaksinya, ‘Lead your self first. Only then you will get to a
place as a person where you can lead other people’. Sebuah ungkapan yang
sangat common sense, semua orang akan sepakat kalau dikatakan bahwa
memimpin diri sendiri pada kenyataannya sangatlah tidak sederhana.
Robin
melalui buku ini secara gamblang ingin menyampaikan kepada para pembaca bahwa
pemimpin pada akhirnya menjadi sosok yang paling diharapkan mampu memimpin
perubahan dan membawa orang lain ke dalam sebuah kehidupan yang lebih baik.
Menjadi lebih baik berarti merubah sesuatu dari keadaan sekarang menjadi lebih
baik. Hal itu berjalan atas landasan bahwa kebaikan tidak dapat disampaikan
dengan sesuatu yang buruk atau mencampurkan antara keduanya. Oleh karenanya
kebaikan dan keunggulan hanya dapat disampaikan dari asal yang baik pula. Greatness
on the outside begins within.
Setidaknya
ada 5 (lima) aturan yang diketengahkan Robin untuk menjadi a great person sebelum kemudian secara alamiah menjadi a great leader:
1.
See Clearly
2.
Health is wealth
3.
Inspiration
matters
4.
Neglect not your
family
5.
Elevate your
lifestyle
See
Clearly
Seorang
pemimpin sejati, bahkan telah menjadi pemimpin sebelum orang menyadarinya, karena
pada dasarnya orang yang fokus pada kebaikan akan meyakini kebaikan yang ia
jalankan sebelum orang lain meyakininya. Dalam istilah Berry Gordy Jr, dalam
buku Robin, ‘A winner is a winner before he has become a winner’. Sebuah ungkapan yang rumit namun sebenarnya
sederhana. Jika seorang telah menjadi pemimpin yang baik dan unggul, ia akan
tetap demikian walaupun semua orang mengingkarinya.
Kalau
dilihat dari kalimat ‘See clearly’, melihat dengan jelas, implikasinya adalah,
seorang yang hebat kepribadiannya, akan mencoba untuk selalu berfikir, berkata,
dan bertindak dalam kerangka dan tujuan kebaikan. Lebih jauh lagi, hal-hal tadi
juga harus dibungkus dalam kemasan yang baik. Oleh karena itu, ia selalu akan
mempertimbangkan segala sesuatunya dengan sangat cermat dan mencoba untuk
melihat semua hal dengan sejelas-jelasnya. Hal ini penting karena setiap
keputusan dan tindakan tidak hanya berdampak pada dirinya saja, namun juga
orang lain di sekelilingnya. Namun demikian, manusia tidak akan pernah lepas
dari kesalahan, tidak terkecuali seorang great
leader. Tapi, ada hal-hal yang dapat dipelajari dari para pemimpin yang
hebat, yaitu bagaimana mereka menghadapi kesalahan dan keterpurukan. Rumusnya ternyata
tetap, jika seseorang fokus kepada kebaikan dan keunggulan, maka ia harus tetap
memikirkan dan melakukan yang baik-baik saja.
Pemimpin
harus tetap melihat ke depan, melangkah, dan meninggalkan kesalahan di
belakang. ‘You can’t craft a superb
future by remaining stuck in your past’. Pemimpin tidak dapat merangkai
masa depan yang baik jika ia terhenti di masa lalu’. Semua orang besar, pada
kenyataannya merangkai kesuksesan mereka di atas kesulitan dan penderitaan.
Health
is Wealth
Mengapa
topik kesehatan menjadi salah satu isu dan tolok ukur bagi seorang pemimpin? Mungkin sebagian besar kita langsung
tersingkir dari daftar calon great
leaders, begitu baru masuk ke poin dua ini. Sangat jarang orang mengaitkan
kesehatan dengan pribadi yang baik. Banyak para pemimpin yang mati karena
masalah kesehatan. Bahkan banyak di anataranya yang mati muda, atau terlalu
muda untuk mati. Pada dasarnya, mati bukanlah urusan yang dapat dinegosiasikan,
tetapi rumus ini masih berlaku; pribadi yang unggul tidak akan melupakan
prajurit pertamanya yang ia pimpin, yaitu tubuhnya sendiri.
Kesehatan
seorang pemimpin menjadi sebuah faktor resiko yang besar bagi siapapun,
termasuk dirinya. Robin mengingatkan, ‘If you lose your health, you lose
everything’. Itu berarti jika seorang pemimpin tidak sehat atau sakit,
berarti peluang terjadinya kebaikan akan banyak pula hilang. Pemimpin sejati akan menjadi pemimpin sebelum
ia menjadi pemimpin. Ungkapan yang ‘rumit’ ini dapat dijadikan alat untuk
mengukur bagaimana seorang pemimpin dalam menghadapi keadaan sakit yang tidak
dapat dihindari. .
Inspiration
Matter
Inspirasi
ada di mana-mana dan semuanya berarti. Pribadi yang baik akan menyerap kebaikan
dari siapa saja dan di mana saja. Pemimpin sudah seharusnya sabar mendengarkan
kemarahan anak buahnya. Karena di sana tersimpan kejujuran dan kebenaran. Bagi
seorang leader, semuanya adalah inspirasi untuk berbuat kebaikan dan
keunggulan. Robin mengatakan, ‘A day without feeling inspired is a day that
you have not fully lived. You need to refill your well inspiration every day
because the challenges of life will drain it every day’… kita semua, saya,
anda, presiden, Isaac Newton, Steve Jobs, diberikan pengalaman dan kesempatan
yang sama. Namun hanya sedikit di antara manusia yang terinspirasi. Banyak
sekali orang pernah melihat apel jatuh dari pohon, tapi hanya Newton yang
terinspirasi menjadi rumus fisika.
Neglect
not Your Family
Pemimpin
yang baik, memiliki jiwa yang baik. Jika itu telah terwujud, maka kemenangan
akan menjadi hal nonsense untuk dibicarakan terus menerus. Itu hanyalah
sebuah keniscayaan dari kebaikan yang dilakukan dengan baik. Fokus terhadap
kebaikan akan mengabaikan kemenangan dan sanjungan sebagai ikon individual. Semuanya
adalah kepentingan tim. Pemimpin akan
membiarkan anak buahnya menikmati kemenangan dan kesuksesan sebagai bagian dari
kesuksesan diri mereka. Karena menurut Robin, apalah artinya kesuksesan jika
semuanya hanya dirasakan oleh diri sendiri?, ‘what is the point in becoming
super successful but ending up all alone? A huge amount of joy can be found in
cultivating beautiful relationship with your family & friends.’.
Sebaliknya kegembiraan dari orang banyak dapat diperoleh dengan membina
hubungan pribadi yang kuat terhadap keluarga dan teman (orang-orang di
sekeliling kita).
Pemimpin
besar, hampir selalu merupakan pribadi yang humanis, walaupun akan berubah
menjadi seorang yang bengis di hadapan lawan-lawannya. Bahkan dalam contoh yang
tidak ideal, seorang pemimpin mafia, tetap dapat membacakan dongeng sebelum
tidur bagi anak kecilnya dan berusaha untuk melindungi keluarganya dari bahaya
dan ancaman sebesar apapun.
Elevate
Your Lifestyle
Pribadi
pemimpin yang baik memiliki kehidupan yang baik, termasuk gaya hidupnya. Lifestyle adalah cara seseorang dalam
menghabiskan waktu dan uangnya. Oleh karenanya, pribadi yang baik, para great leaders, juga seharusnya memiliki
cara yang terbaik dalam menghabiskan waktu dan uangnya. Jika kita kembali lagi
pada rumus awal, maka great person
dan leader harus mampu memastikan
bahwa waktu yang berlalu dan uang yang habis terpakai akan menghasilkan produk
atau nilai-nilai kebaikan.
Para
imam dan ulama terdahulu, saat kelemahan jiwa melanda mereka, maka mereka akan
mengurung diri di kamar. Bukan untuk tidur dan terlelap, tetapi menulis buku!
Sehingga tak jarang jika saat sakit mereka atau saat mereka dipenjara
sekalipun, menjadi saat-saat untuk menjadi lebih produktif dalam hal tertentu.
Tak heran jika banyak karya fenomenal para ulama lahir dari balik jeruji dan
saat mereka merasa lemah (futhur). Mereka, para great persons dan leaders,
senantiasa memiliki cara untuk memberikan sesuatu, kontribusi kebaikan kepada
orang lain. ‘contribution is the ultimate purpose of work & life’.
Dan
pada akhirnya Robin Sarma menutup chapther ini dengan ungkapan bahwa hidup
bermanfaat adalah warisan terbesar dan mulia dari manusia. “ The great and
glorious legacy of human being is to live with a purpose”.
Pertama
kali membaca judul buku karya Robin Sharma yang berjudul The Leader Who Had No Title, saya langsung teringat tentang sebuah
hadist nabi yang berbunyi; “Tiap-tiap kalian adalah pemimpin, dan tiap pemimpin
akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya” (HR.Bukhari). Saya langsung tertarik untuk membacanya. Setelah saya membaca buku ini, ternyata
banyak hal yang dibicarakan di dalam buku ini sama secara esensi dengan konsep
kepemimpinan dalam Islam.
Buku
ini semakin menarik bagi saya, mengingat penulisnya adalah seorang penulis
popular dan buku-bukunya menjadi best
seller di dunia. Selain itu tema
yang ditawarkan pun merupakan tema yang unik dan up to date. Isi buku ini
enak untuk dibaca karena menggunakan bahasa yang ringan, sederhana dan mudah
dipahami. Sharma berusaha memudahkan
pembacanya mengingat prinsip dasar dari konsep kepemimpinan yang ditawarkannya
dengan penggunaan istilah-istilah yang simple dan tiap tema, ditutup dengan
kesimpulan yang dilengkapi dengan akronim.
Gaya
bahasa yang digunakan Robin Sharma dengan bercerita. Cerita pengalaman orang atau kisah nyata,
selain membuat pembaca bisa menikmati bacaannya, namun juga akan mempengaruhi
pembacanya untuk meyakini, bahwa ketika orang lain bisa melakukan sesuatu, maka
ia pun akan bisa mengikutinya. Cerita
ringan namun inspiratif melaui cerita-cerita pengalaman orang biasa, bukan
tokoh terkenal, namun mampu mengubah diri dan lingkungannya.
Kekurangan
dari buku ini adalah cerita-cerita yang cukup panjang, walaupun gaya bahasa
cerita membuat pembaca asyik menikmati bacaannya, namun terkadang dapat membuat
pembaca sulit memahami konsep dan teori kepemimpinan yang ada di balik kisah
tersebut. Pembaca perlu lebih
berkonsentrasi atau membaca secara tuntas dan memahami intinya dengan kembali
mengulang poin penting pada bab tersebut.
Selain itu, cerita dari empat orang (mentor) yang berbeda, acapkali
ditemukan irisan cerita yang membuat pengulangan konsep yang dibahas. Robin Sharma adalah orang India, yang kental
dengan pemikiran ketimurannya, hal ini menjadi salah satu kelebihan tulisan
Sharma yang bernuansa spiritual, di mana saat ini banyak diminati orang, namun
sebaliknya, tulisan Sharma bisa menuai kritikan kurang ilmiah untuk dijadikan
literatur pada kajian ilmiah, karena hal tersebut.
Buku
ini direkomendasikan bagi siapa saja yang sedang memimpin, akan memimpin atau
siapa pun yang yakin bahwa dirinya adalah seorang pemimpin dan harus menjadi
pemimpin. Buku ini banyak memberi inspirasi
dan motivasi bagi pembacanya. Cerita
yang diangkat dari realita sehari-hari yang berisikan konsep hidup seorang
pemimpin sejati, sangat berguna bagi siapa saja.
Tulisan-tulisan
Sharma yang kental nuansa spiritual membuat saya tertarik untuk menganalisanya
dari sudut pandang agama Islam yang saya yakini menawarkan banyak konsep
kepemimpinan, yang saat ini ternyata diaplikasikan baik oleh muslim maupun non
muslim. Berikut ini, saya coba
menawarkan analisa dari sudut pandang Islam dari hasil diskusi dengan beberapa
teman.
Analisa dari
sudut pandang Islam
Judul
buku ini sejalan dengan hadist Rosululloh Muhammad SAW :
لاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ
مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالْإِمَامُ الْأَعْظَمُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ
رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ
وَهُوَ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ
زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْؤُولَةٌ عَنْهُمْ، وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ
عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْؤُولٌ عَنْهُ، أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ
وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
"Setiap kalian adalah
ra’in dan setiap kalian akan ditanya tentang ra’iyahnya. Imam a’zham (pemimpin
negara) yang berkuasa atas manusia adalah ra’in dan ia akan ditanya tentang
ra’iyahnya. Seorang lelaki/suami adalah ra’in bagi ahli bait (keluarga)nya dan
ia akan ditanya tentang ra’iyahnya. Wanita/istri adalah ra’iyah terhadap ahli
bait suaminya dan anak suaminya dan ia akan ditanya tentang mereka. Budak
seseorang adalah ra’in terhadap harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta
tersebut. Ketahuilah setiap kalian adalah ra’in dan setiap kalian akan ditanya
tentang ra’iyahnya."
(HR. Al-Bukhari no. 5200, 7138 dan
Muslim no. 4701 dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu 'anhuma)
Kata
Ra’in memiliki makna dasarnya adalah orang yang diberi amanah atau tugas
menjaga (dalam Fatul Bari), makna inilah yang diidentikkan dengan tugas
pemimpin. Setiap orang itu memiliki
tugas dan amanah yang menjadi tanggung jawabnya. Hadis ini mengisyarakan, bahwa setiap orang
harus menjalankan amanahnya dengan sebaik-baiknya dan mampu memberi mashlahat
bagi orang lain.
Dalam
ajaran Islam juga dikenal sebagai shaksiyah islamiyah, di mana seorang muslim
seharusnya menjadi lokomotif perbaikan pada dirinya sendiri sebelum ia dapat,
dengan kebaikan dirinya, mampu memperbaiki orang-orang di sekelilingnya.
Al-Qur’an juga telah mengisyaratkan bahwa kemenangan dan pertolongan Allah,
akan datang di saat hampir semua orang yang berjuang merasa kelelahan dan putus
asa. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka
ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan
bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman
bersamanya: "Kapan datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah,
Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat. (QS. Al Baqarah:214).
Terkait
dengan pentingnya kesehatan bagi seorang
pemimpin yang diulas Sharma, Muhammad adalah contoh sempurna. Pemimpin besar seperti Nabi Muhammad, tidak
pernah mengabaikan semua hal kecuali keburukan. Dengan tubuh yang sakit, tidak
mungkin seorang Muhammad mampu mengemban amanah kenabian dalam usianya yang 40
tahun. Atau tidak mungkin pula ia menjadi ‘kaisar’ dari 3 benua yang berbeda.
Hampir pasti tidak mungkin ia dapat memimpin lebih dari 50 peperangan di
sepanjang 20 tahun akhir hidupnya. Semuanya tidak mungkin, hanya kecuali jika
ia memiliki kesehatan yang prima. Sejarah mencatat sepanjang hidupnya, ia hanya
sakit 1 kali saja. Sakit yang membawa kematiannya.
Mujahid
dan mujaddid Hasan Al Banna merumuskan 40 kewajiban muslim bagi aktivis dakwah.
Kualifikasi aktivis dakwah menurut beliau adalah pribadi-pribadi yang baik,
taat ibadah, sehat, bugar, cerdas, tangguh, dan memiliki leadership. Beliau
memasukkan unsur kesehatan ke dalam 40 kewajiban muslim yang dirangkumnya
tersebut. Beliau mengatakan, “Hendaklah engkau bersegera melakukan general check up secara berkala
atau berobat, begitu penyakit terasa mengenaimu. Disamping itu perhatikanlah
faktor-faktor penyebab kekuatan dan perlindungan tubuh, serta hindarilah
faktor-faktor penyebab lemahnya kesehatan.”
Lalu pesannya lagi, “Hendaklah engkau menjauhi sikap berlebihan dalam mengkonsumsi kopi, teh,
dan minuman perangsang semisalnya. Janganlah engkau meminumnya kecuali dalam
keadaan darurat dan hendaklah engkau menghindarkan diri sama sekali dari
rokok”.
Hal ini
diperkuat dengan hadis Rosul berikut ini;
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ
الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ
وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ
أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ
فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Rasulullah Saw. bersabda, “Orang
mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Swt. daripada orang
mukmin yang lemah. Pada masing-masing memang terdapat kebaikan. Capailah dengan
sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan
janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu
kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan, ‘Seandainya tadi saya berbuat
begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini dan begitu.’ Tetapi
katakanlah, ‘lni sudah takdir Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan
dilaksanakan-Nya.’ Karena sesungguhnya ungkapan kata 'law' (seandainya)
akan membukakan jalan bagi godaan setan.’” (HR. Muslim, Ibnu Majah dan Imam Ahmad)
Terkait
dengan sifat-sifat dan karakter yang harus dimiliki seorang pemimpin , berikut
beberapa ayat Al Qur’an, hadis dan kisah yang menggambarkan tentang
karakteristik pemimpin tersebut.
a.
Terdapat
kisah seorang pemimpin yang shaleh, Ali bin Husen, yang sekuat tenaga menahan
amarahnya saat
budak
wanitanya menjatuhkan kendi hingga pecah berantakan saat ia menuangkannya pada
sang majikan untuk berwudhu. Budak wanita itu berkata, "Allah SWT telah
berfirman:
والكاظمين الغيظ "Dan
orang-orang yang menahan amarahnya". (Q.S Al Imran: 134) Ali bin Husen
menjawab : "Aku telah menahan amarah itu". Kemudian budak itu berkata
pula: Allah SWT berfirman:
والعافين عن الناس "dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) manusia" (Q.S Al Imran; 134) Dijawab oleh Ali bin Husen: "Aku telah memaafkanmu" Akhirnya budak itu berkata lagi: Allah juga berfirman:
والله يحب المحسنين "dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan" (Q.S Ali Imran: 134) Ali bin Husen menjawab: "Pergilah kamu karena aku telah memerdekakanmu”.
والعافين عن الناس "dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) manusia" (Q.S Al Imran; 134) Dijawab oleh Ali bin Husen: "Aku telah memaafkanmu" Akhirnya budak itu berkata lagi: Allah juga berfirman:
والله يحب المحسنين "dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan" (Q.S Ali Imran: 134) Ali bin Husen menjawab: "Pergilah kamu karena aku telah memerdekakanmu”.
Seorang
budak yang berbuat kesalahan konyol sekalipun, mampu menjadi sumber inspirasi
bagi seorang leader untuk melakukan
kebaikan yang terbaik. (ethics)
b.
Para
imam dan ulama terdahulu, saat kelemahan jiwa melanda mereka, maka mereka akan
mengurung diri di
kamar.
Bukan untuk tidur dan terlelap, tetapi menulis buku. Sehingga tak jarang jika saat sakit mereka
atau saat mereka dipenjara sekalipun, menjadi saat-saat untuk menjadi lebih
produktif dalam hal tertentu. Tak heran jika banyak karya fenomenal para ulama
lahir dari balik jeruji dan saat mereka merasa lemah (futhur). Mereka,
para great persons and leaders,
senantiasa memiliki cara untuk memberikan sesuatu, kontribusi kebaikan kepada
orang lain. ‘contribution is the ultimate purpose of work & life’. (Adversity Breeds Opportunity)
c.
Dan sebaik-baik manusia adalah orang
yang paling bermanfaat
bagi manusia.”
(HR. Thabrani dan Daruquthni).
Bekerjalah dengan hati yang penuh penolong agar kamu bermanfaat, maka
kamu akan melakukan pekerjaan lebih dari sekedar melunaskan kewajiban atas apa
yang telah dibayarkan kepadamu. “ Installah
kata “bermanfaat” dalam DNAmu sehingga ia hidup di tiap detak jantungmu dan
kita akan mampu menciptakan nilai lebih bagi lingkungan kita”. (Helfpulness)
d. “Sesungguhnya
Allah telah memberi wahyu kepada Aku yang memerintahkan supaya kamu semua
bersifat
tawadhu sehingga
tidak ada seseorang pun merasa dirinya megah (lebih bangga diri) dari orang
lain dan tidak boleh seseorang itu menzalimi dan melampaui batas terhadap orang
lain”(Riwayat Muslim). Bekerjalah dengan hati
yang saling menghormati agar kamu dapat memahami orang lain. Ketika
dirimu mau belajar ‘mendengar’, mereka akan merasakan kepedulianmu dan
dirimu telah memenangi hati mereka (Understanding)
e.
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian
dari laki-laki dan perempuan, dan Kami menjadikan
kalian
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling bertaqwa di sisi Allah
(QS al-Hujurat:13). Bekerjalah dengan
hati yang terbuka, hindari berlindung di balik dinding dan email, agar kamu
mengenal orang yang berhubungan denganmu dan memahami apa yang menjadi tujuan
mereka. Dan mereka akan merasa nyaman denganmu karena dirimu menjadi bagian
yang ikut memastikan tujuan mereka tercapai.
(Mingle)
f.
Bekerjalah dengan hati
yang senang dan ajaklah orang-orang di sekitarmu untuk bersenang-senang karena
dengan hati yang senang maka keterlibatan dan stress rendah orang-orang
yang berada di dalam organisasi kita akan memberikan konsekuensi pencapaian yang lebih dan lebih dari yang
diperkirakan. (Amuse)
g. “Tidak beriman
di antara kamu sebelum kamu mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya
sendiri.” (hadist).
Bekerjalah dengan hati yang saling menghormati dan penuh kebaikan, karena
kebaikan bukanlah sebuah kelemahan. Seimbangkan
kelembutan dan kekuatan di satu waktu yang sama. Ketulusan merupakan kekuatan. (Nurturing)
KESIMPULAN
Buku The Leader Who Had No Title berisikan
cerita tentang seorang laki-laki yang bekerja di sebuah toko buku yang bernama
Blake. Blake sempat mengikuti wajib
militer beberapa tahun di Vietnam.
Pengalaman wajib militer ini membawa trauma sendiri pada dirinya, hingga
ia bertemu dengan teman ayahnya, yaitu Tommy.
Tommy lah yang pada akhirnya mampu mengobati trauma Blake melalui
perjalanan mereka bertemu dengan 4 mentor luar biasa, yang mengajarkannya 4
prinsip kepemimpinan. Ke- 4 prinsip
tersebut adalah;
1.
IMAGE; (I)nnovation, (M)astery, (A)uthenticity, (G)uts,
(E)thics
2.
SPARK; (S)peak with Candor, (P)rioritize, (A)dversity
Breeds Opportunity, (R)espond Versus React, (K)udos for Everyone
3.
HUMAN; (H)elpfulness, (U)nderstanding, (M)ingle,
(A)muse, (N)urturing
4.
SHINE; (S)ee Clearly, (H)ealth Is Wealth, (I)nspiration
Matters, (N)eglect Not Your Family, (E)levate Your Lifestyle
Setiap orang
adalah pemimpin, dengan atau tanpa jabatan.
Setiap orang bisa disebut pemimpin ketika ia telah melakukan sesuatu
dengan sepenuh hati dan kesungguhan serta berusaha mempersembahkan yang terbaik
yang bisa dipersembahkannya. Seorang pun
telah menjadi pemimpin, pada saat apa yang dilakukannya itu memberi pengaruh,
inspirasi, motivasi dan mampu menggerakkan orang lain.
Siapa pun harus
menjadi pemimpin. Konsep kepemimpinan
dalam buku ini, tidak identik dengan orang yang berdiri di barisan paling depan
dengan otoritas memerintah orang lain.
Pemimpin yang dimaksud buku ini, adalah orang yang berdiri di mana saja,
di depan, tengah barisan atau di belakang sekali pun. Pemimpin adalah seseorang , di mana ia, apa
pun jabatannya, berapa pun pengikutnya, yang terpenting adalah sejauh mana ia
memberi manfaat bagi orang lain. Pada
akhirnya, misi dari isi buku ini adalah, mengarahkan pembaca bahwa SEORANG
PEMIMPIN TIDAK HARUS MEMILIKI GELAR.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan masukan komentar Anda