RESUME
Penulis : James M. Kouzes
dan Barry Z. Posner
Penerbit : Jossey-Bass,
Inc., Publishers, California
Tahun Terbit : 1987
Jumlah
Halaman : xxx + 362
The Leadership Challenge berusaha memberi arah bagaimana
para pemimpin dan “calon pemimpin”dalam mengasahkemampuan mereka untuk memimpin
agar dapat melakukan hal-hal yang luar biasa. Buku ini membantu mengembangkan
kapasitas anda dalam membimbing orang lain memperoleh pengalaman yang tak terduga
sebelumnya. Selanjutnya, buku ini tidak berbicara mengenai bagaimana berada dalam
posisi (seperti mengandaikan kepemimpinan sebagai suatu tempat) namun mengenai
bagai mana caranya memiliki keberanian dan semangat untuk membuat perubahan
yang signifikan. Penulis banyak menghadirkan cerita dari orang biasa, dari
berbagai sisi kehidupan, yang di anggap memiliki kesuksesan luar biasa.
Tantangan pertama kepemimpinan adalah membersi hkan pada
diri sendiri tradisi dan mitos tentang kepemimpinan. Manajemen tradisional,
misalnya mengajarkan untuk mempercayai bahwa organisasi yang ideal adalah: yang
teratur dan stabil, fokus pada jangka pendek, pemimpin harus tenang, menyendiri,
dan analitis, kharismatik, pekerjaan utama pemimpin adalah mengontrol, pemimpin
berada pada posisi superior. Buku ini adalah buku tentang memimpin orang, tidak
hanya mengelolanya. Kepemimpinan dimulai ketika manajemen berakhir‟.
Buku yang terdiri dari 13 bab ini hadir sebagai
alternatif, berisi seperangkat praktek yang dapat menjadi dasar untuk
mengembangkan pemimpin generasi baru. Penulis buku ini percaya bahwa anda mampu
mengembangkan diri sebagai pemimpin kedepan. Keuntungan buku ini adalah anda
tidak perlu membaca bab-bab secara berurutan untuk mendapatkan pemahaman yang
baik tentang kepemimpinan. Meskipun sudah cukup lama terbitnya, buku ini tetap
relevan untuk saat ini.
Memahami Kepemimpinan
Sebuah perusahaan, NATD,memberikan contoh rahasia kesuksesannya,
yaitu dengan menerapkan tiga target: (1) merencanakan keuntungan perusahaan,
(2) membagi kekayaan perusahaan (saham) kepada karyawannya, dan (3) penti ngnya
rasa senang bagi pemegang saham maupun seluruh karyawannya. Kunci utamanya
adalah karyawan. Pelanggan mementingkan: mutu, pelayanan, dan harga. Jadi mutu
harus merupakan prioritas, tetapi bukan berasal dari kontrol kualitas. Mutu harus
berada di kepala seluruh karyawan dan dipraktekkan.
Tindakan penting lainnya adalah
melihat pentingnya peranan karyawan dalam menjadikan perusahaan produktif dan terpercaya
yang disebut dengan “penuh perhatian”, yaitu memperlakukan karyawan secara
manusiawi sebagai teman. Oleh karena itu, penting bagi pemimpin untuk mendengarkan
setiap orang tentang apa yang terjadi, menghabiskan waktu di tengah-tengah
karyawan, dan hal-hal kecil seperti memperhatikan kebersihan ruangan, mengirimi
bunga, sampai membayarkan kredit kendaraan untuk karyawan teladan.
Apa
yang dapat di pelajari dari para pemimpin yang berhasil? Para eksekutif yang berhasil
mengajak orang lain dalam peranannya sebagai perintis, ternyata mengikuti tiga
tahapan strategi VIP, yaitu: vision — involvement — persistence. Visi tidak
akan tercapai hanya dengan upaya seorang pemimpin, tetapi perlu keterli batan dan kerja keras semua
pihak.
Menurut Kouzes dan Posner ada lima dasar praktek kepemimpinan dan
sepuluh komitmen yang perlu dilakukan pemimpin, yaitu: (1) menempuh proses yang
menantang: memperoleh peluang dan mencoba mengambil resiko, (2) berinspirasi
untuk berbagi visi: menerawang masa depan dan melibatkan orang lain, (3)
membantu orang lain dalam bertindak: menjalin kerjasama dan memberdayakan orang
lain, (4) membuat model jalan yang ditempuh: berikan contoh dan rencanakan
keberhasilan-keberhasilan kecil, dan (5) memberi semangat: mengakui kontribusi
dan merayakan keberhasilan.
Apa yang Diharapkan Pengikut dari
Pemimpinnya
Kepemimpinan
bukan hanya tentang pemimpin, tetapi juga tentang pengikut. Jadi harapan
pengikut perlu diperhatikan. Pemimpin yang dihormati adalah mereka yang
mempunyai karakter: jujur, kompeten, berpandangan jauh ke depan, dan memberikan
inspirasi. Keempat hal tersebut secara bersama, ahli komunikasi menyebutnya sebagai
kredibilitas.
Ketika
pemimpin menerima kredibilias tinggi dan filosofi yang kuat, pengikut kelihatan
senang untuk: (1) Dengan bangga memberitahukan orang lain bahwa mereka bagian dari
organisasi, (2) Membicarakan seluk beluk organisasi dengan temannya, (3) Memperlihatkan
bahwa nilai-nilai yang di percaya sama dengan
milik organisasi, dan (4) mempunyai rasa memiliki organisasi yang kuat.
Mencari Perluang: Menghadapidan
Merubah Status Quo
Ketika
berfikir tentang pemimpin, kita akan mengingat waktu bergerak, inovasi, perubahan,
dan konflik. Ketika berfikir manajer, kita akan mengingat kestabilan, harmoni,
pemeliharaan, dan kepatuhan. Keduanya mempunyai peran berbeda, tetapi di perlukan
dan esensial untuk menjadikan sistem sosial bekerja.
Peran
khusus pemimpin adalah untuk mengarahkan kita menjelajahi „tempat-tempat yang
belum pernah dikunjungi‟.
Digunakan metafor penjelajahan (journey) untuk mendiskusikan tugas pemimpin.
Kata dasar dari lead adalah kata yang berarti to go yang merupakan kata dasar
dari perpindahan. Pemimpin adalah orang yang pergi „pertama kali‟ (go first), pioners. Pemimpin dilihat
sebagai jalan untuk mengubah rutinitas, berkreasi secara total, revolusi proses
baru, dan jalan untuk menggerakkan sistem.
Dari
kasus dari P. M. Carrigan dari Lakewood, ada empat prinsip dasar untuk menjadikan
organisasi berkinerja baik, yaitu: (1) Untuk berubah, ambil resiko, terima
tanggung jawab, dan jadikan akuntabel untuk aksi, (2) Untuk diterima semua
orang, promosikan kesatuan, kepercayaan, kebanggaan, dan dedikasi , (3) Untuk mencapai
kinerkja tinggi , perlakukan orang dengan bermartabat, kejujuran, dan
perhatian, dan (4) Untuk mempromosikan komuni kasi yang baik, jadikan atmosfer
komunikasi yang terbuka dengan kebebasan untukmenyumbang ide-ide dan bicara
terus terang tanpa takut pembalasan. Kepemimpinan tidak dapat lepas dari
hubungannya dengan proses inovasi, perubahan, dan perubahan memerlukan
kepemimpinan sebagai penggerak utama untuk mendorong penerapan keputusan stratejik.
Lakukan Eksperimen dan Ambil Resiko
Mencari
peluang keluar dari tradisi memerlukan kreativitas individu dan
pengorganisasian inovasi. Hal itu berarti bahwa pemimpin harus memiliki sikap
terbuka terhadap ide-ide dan kemauan mendengarkan, mencoba pendekatan yang belum
teruji, dan menerima resiko. Pemimpin perlu melihat kondisi diluar dengan jalan
keluar atau bertanya pada pelanggan, pekerja, stakeholder jika ingin inovatif.
Inovasi penting untuk kesehatan organisasi agar organisasi tidak terhenti
pertumbuhannya. Inovasi adalah ”makanan bagi pengembangan organisasi” .
Saluran
komunikasi yang terbuka adalah prasyarat agar produk, proses, dan pelayanan
yang baru menyebar dalam organisasi. Jaringan komunikasi barat vena dan arteri
ide baru. Pemimpin dapat mengharapkan keinginan berubah yang datang dalam
maupun luar organisasi. Inovasi memerlukan banyak mendengar dan komunikasi dari
pada mengerjakan hal-hal yang rutin. Hanya melalui kontak manusia, perubahan
dan inovasi dapat mencapai efektivitas. Resiko bersifat inheren dalam setiap
kesuksesan inovasi.
Jika
ingin meningkatkan organisasi, maka harus berani mengambil resiko. Iklim kerja
untuk sukses dicirikan oleh dua hal: (1) system imbalan yang pantas atas keberhasilan, dan (2)
kemauan mengambil resiko dan bereksperimen dengan ide inovasi . Satu hal penting
yang membedakan pemimpin dari birokrat adalah bahwa pemimpin mendukung
pengambilan resiko, mendorong orang lain untuk melangkah kedalam ketidaktahuan
dari pada selalu bermain aman.
Tidak
mudah untuk menentukan tingkat penerimaan resiko. Bagi seseorang adalah resiko,
sementara bagi yang lain adalah hal yang bersifat rutin. Pemimpin perlu
mengetahui kemampuan dan motivasi para pengikutnya. Pemimpin menetapkan tujuan yang
lebih tinggi dari sekarang secara bertahap dan menawarkan pelatihan untuk
membangun keahlian yang dapat membantu orang
melampaui setiap tingkat baru.
Kualitas
kerja akan meningkat ketika orang memiliki kemungkinan untuk gagal. Ketika
belajar sesuatu yang baru kemungki nan ada kegagalan dan melalui kegagalan kita
belajar sesuatu yang baru. Belajar tidak akan terjadi tanpa adanya kesalahan.
Ini di sebut sebagai trial and error.
Melihat Masa Depan
Para
pemimpin yang sukses memiliki karakteristik berorientasi ke depan, melihat
kemungkinan di masa depan. Mereka melintasi cakrawala waktu, melihat sesuatu
sebelum hal itu terjadi, walaupun tidak jelas karena muncul dari kejauhan, dan
mereka juga membayangkan bahwa hal -hal yang luar biasa mungkin terjadi serta
hal-hal yang biasa dapat ditransformasikan menjadi sesuatu yang luar biasa. Semua
perusahaan atau proyek, besar atau kecil, juga bermula dari suatu pemikiran. Mereka
mulai meangkah dengan di sertai imajinasi.
Apapun
istilah yang digunakan – maksud, warisan, tujuan, panggilan, agenda pribadi,
atau visi – maksudnya adalah sama, yaitu: pemimpin ingin melakukan sesuatu yang
penting, ingin meraih hal yang belum pernah di capai oleh si apapun juga. Visi
didefinisikan sebagai imajinasi ideal dan unik/khas tentang masa depan. Visi
mempunyai empat atribut: berorientasi ke depan, imajinasi, ideal, dan unik.
Berbagi visi di mungkinkan hanya jika pengikut karena itu, pemimpin harus
pandai mengkomuni kasi kan visi nya sehingga pihak lain melihat visi sebagai
mana yang dilihat pemimpinnya, seperti apa gambar masa depan itu dan dimana
mereka dapat berkontribusi. Berbagi visi tidak hanya dilakukan dalam acara
formal saja, tetapi perlu dilakukan dalam
berbagai kesempatan dan dal am suasana yang terbuka sehi ngga pengi kut ti dak ragu-ragu untuk
memberi tanggapannya secara lugas.
Tugas
pertama dal am hal melibatkan orang lain adalah mengenali para pengi kut dan mencari
tahu apa yang menjadi aspirasi bersama untuk mereka. Untuk keperluan ini , penting
untuk menyediakan waktu tak terencana seringkali bersifat spontan untuk di luangkan
bersama orang lain. Pemimpin berfungsi sebagai cermin dan merefl eksi kan
kembali kepada para pengikutnya atas apa yang mereka katakan paling
diinginkannya. Loyalitas pengikut akan ditunjukkan ketika pemimpin mampu
menemukan kebutuhan dan memecahkan masalah mereka, ketika pemimpin terlihat sebagai simbol norma
mereka, dan ketika gambaran tentang
pemi mpin kongruen dengan mitos dan legenda mereka.
Alasan
mengapa mereka menyukai pekerjaan yang mereka lakukan, adalah mereka
menganggapnya penuh tantangan, penuh arti dan penuh tujuan. Mereka menempatkan
peringkat tinggi “pekerjaan yang menarik” daripada “pendapatan yang tinggi”,
dan “kualitas kepemimpinan” lebih memberikan motivasi daripada “uang”.
Nilai
kerja serta ketertarikan akan kebebasan, aktualisasi diri, pembelajaran,
komunitas, keunikan, pelayanan, dan tanggung jawab sosial benar-benar dapat
menarik orang menuju kepada sebuah misi bersama.
Visi
bersama merupakan kunci dan untuk mampu membuat orang lain terlibat, para
pemimpin perlu membuat visi tersebut menjadi lebih menarik, hidup dan berwujud
(tangible). Pemimpin dapat menggunakan berbagai cara untuk menyatakannya.
Pemimpin yang sukses menggunakan metafora. Bentuk bahasa lainnya yang dapat digunakan seperti:
memberikan contoh, bercerita, anekdot, kata-kata yang gamblang, kutipan,
slogan, simbol, lagu, puisi, kutipan, dan humor, tetapi hal ini masih relatif
jarang digunakan. Pemimpin lebih banyak menggunakan angka dan akronim.
Faktanya, keduanya sangat abstrak dan perlu cukup waktu untuk memahaminya.
Mengupayakan Kolaborasi
Peningkatan
kinerja organisasi yang mengagumkan tidak akan terlepas dari usaha aktif dan
dukungan banyak orang. Setiap orang adalah penting, tidak hanya pemimpin. Kerja
tim dipandang sebagai rute interpersonal yang memungkinkan peningkatan
pengaruh, kredibilitas, dan semangat kerja kelompok, serta tingkat tertinggi
kepuasan bekerja dan komitmen. Mengupayakan kerjasama adal ah tentang mengajak
orang lain untuk bekerja bersama. Proses kerjasama tersebut harus dipelihara, diperkuat,
dan dikelola.
Kerja
tim adalah syarat perlu/esensial organisasi berproduksi. Kerjasama diperlukan untuk menggabungkan komitmen
dan ketrampilan pekerja, pemecahan masalah, dan respon terhadap tekanan
lingkungan. Mengupayakan kerjasama tidak hanya ide yang baik, tetapi juga
menjadi kunci pemimpin untuk membuka energi dan bakat yang ada dalam organisasi.
Menciptakan
kompetisi diantara anggota kelompok ternyata bukan merupakan suatu cara untuk
mencapai kinerja tertinggi. Apa yang dapat menciptakan kerjasama, kolaborasi ,
dan tujuan, pertama adalah berbagi visi dan misi. Kelompok kerja, melengkapi
aturan, dan berbagi imbalan juga merupakan hal yang penting. Para pekerja
menyadari bahwa kerjasama terjadi ketika norma organisasi mendukungnya untuk
berbagi informasi, mendengarkan ide orang lain, bertukar sumberdaya, dan
merespon permohonan pihak lain melalui ketergantungan yang positif. Untuk itu,
lingkungan komunikasi yang mendukung dan saling percaya (trust) perlu
diciptakan di setiap level pekerjaan.
Strategi
mendasar untuk memperoleh kerjasama menurut Axelord, adalah “memperluas
bayangan masa depan”. Orang mempunyai kemungkinan besar untuk bekerjasama
ketika mereka tahu yang akan mereka lakukan dengan pihak lain di masa depan.
Harapan interaksi di masa depan mendorong orang untuk bekerjasama dengan pihak
lainnya di saat ini. Bayangan masa depan nampak paling besar ketika interaksinya
bertahan lama dan berulang-ulang.
Memperkuat Orang Lain: Berbagi Kekuatan
dan Informasi
Satu
pelajaran penting dari temuan Arnold Tannembaum adalah berbagi kekuatan akan
menghasilkan kepuasan pekerja dan kinerja/efektivitas organisasi yang lebih tinggi.
Untuk pemimpin, ada paradoks Jack Telnack dari Ford Motor Company: “saya harus
memberikan kekuatan untuk memperoleh kekuatan”. Ketika pemimpin berbagi
kekuatan dengan orang lain, orang itu pada gilirannya merasakan lebih
dihubungkan dengan pemimpin dan merasa terikat melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sehingga organisasi menjadi lebih efektif Kemampuan untuk membuat
orang merasakan kuat adalah satu kontribusi terpenting dari para pemimpin.
Pemimpin mendapat hasilnya
dari upaya pemimpin melalui orang lain, sehingga pemimpin harus lebih sensitif
kepada orang dan kebutuhan tertentu mereka. Kapasitas untuk memperkuat dan
memberdayakan orang lain dimulai dengan derajat kekuatan yang anda punya. Hanya
pemimpin yang kuat yang akan mendelegasikan, memberi imbalan terhadap bakat,
dan membangun tim yang terdiri dari orang yang mempunyai kekuatan sesuai
tempatnya. Pemimpin dapat memberikan kekuatan kepada orang lain dan pada saat
yang bersamaan mereka menerima kekuatan
juga dari orang lain.
Ada empat strategi memperkuat orang lain menurut Rosabeth
Moss Kanter, yaitu: (1) Berikan pekerjaan penting untuk di kerjakan pada saat isu penting,
(2) Berikan pertimbangan dan kemandirian atas tugas dan sumberdaya, (3) Berikan
jarak penglihatan kepada yang lain dan berikan pengakuan atas usahanya, dan (4)
Bangun hubungan untuk orang lain, hubungkan mereka dengan orang yang kuat dan
temukan sponsor dan pelatihnya
.
Berikan Teladan: Memimpin dengan
Mencontohkan
Donald
Kennedy, presiden Stanford University tahun 1985an, memahami bagaimana model
kepemimpinan yang dijalaninya, bagaimana dengan keteguhan dan keyakinannya,
serta dengan setiap hari mengerjakannya, mendemonstrasi kan kepada orang lain
bagaimana visi dapat direalisasikan. Hal ini seperti di katakannya: “tugas
pemimpin adalah dengan semangat seperti cermin yang mengembalikan kepada
institusinya bagaimana itu menjadi pikiran terbaik bagi dirinya”.Chris Argyris
dari Harvard University membedakan antara “nilai-nilai yang didukung” dengan nilai-nilai
yang diterapkan”.
Pekerja
memberi perhatian yang lebih kepada nilai -nilai yang diterapkan dari pada
nilai -nilai yang didukung. Mereka sangat kritis ketika terdapat gap yang besar
antara nilai dan perbuatan. Disebabkan nilai-nilai adalah sesuatu yang mendalam
(abstrak), kita tidak pernah secara nyata “melihat” nilai-nilai itu sendiri Maka
harus membuatnya menjadi nyata bagi karyawan dan pelanggan. Pemimpin membuat nilai -nilai menjadi nyata bagi pengikutnya
melalui perilaku dan aktivitasnya, seperti: pendapat, sikap, preferen, hasrat, kekhawatiran,
aktivitas, strategi,dan sebagainya. Pekerja melihat pemimpinnya sebagai model
bagaimana mereka berperilaku.
Setiap perbuatan,atau tidak berbuatnya pemimpin, adalah informasi tentang nilai
–nilai pemimpin dan keseriusannya terhadap nilai-nilai tersebut. Mereka hanya
memperhatikan apa yang pemimpin lakukan, bukan yang dikatakannya.
Memimpin
dengan contoh adalah manajemen yang dapat dilihat, nyata dan kongkrit. Pekerja
dapat melihat apa yang di harapkan dan di wajibkan kepadanya dengan mengamati
apa yang dikerjakan pemimpin. Visibility meningkatkan kemudahan akses dan mempromosikan“mengerjakan
apa yang anda katakan”, tidak hanya berkata dengan kata‑kata atau pergi dengan
isyarat/gerakan.
Merancang Keberhasilan‑keberhasilan
Kecil
Merubah perilaku orang dari kebiasaan lama ke
kebiasaan baru adalah suatu proses yang tidak sederhana. Diperlukan upaya agar
orang-orang mau kel uar dari perilaku lama ke perilaku baru. Proses yang
dianggap efektif untuk merubahnya adalah dengan cara bertahap, yaitu dilakukan
selangkah demi selangkah. Pemimpin yang sukses membantu orang lain melihat
bagaimana kemajuan dapat dicapai dengan memecahnya menjadi tujuan-tujuan yang
dapat dilihat atau langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pengikutnya.
Suatu terobosan besar di bidang pengobatan, biofisik atau industri , sering melibatkan banyak eksperimen yang difokuskan pada berbagai bagian dari masalah. Masing-masing eksperimen telah berkontribusi pada kemajuan yang lebih besar pada bidang tersebut. Kebalikannya, dalam pendekatan manajemen tradisional dalam menjalankan tujuan selama ini dimulai dengan perencanaan strategis, tetapi seringkali tanpa tidak didukung tahapan untuk mencapainya. Dalam pendekatan yang baru, dipakai terminologi yang disebut “keberhasilan kecil”.
Proses keberhasilan kecil ini dilakukan dengan melakukan aktivitas secara bertahap dan bersambung sehingga akan menghasilkan perubahan besar, menuju visi yang telah dirumuskan.Keberhasilan kecil,dari catatan sosiolog organisasi Karl Weick, adalah:“kongkret, komplit, dan hasilnya dapat diterapkan pada kepentingan sedang.
Dalam meraih keberhasilan kecil, para pemimpin mengidentifikasi tempat untuk memulai. Mereka membuat proyek yang terlihat dapat dilakukan dengan tingkat keahlian dan sumberdaya yang tersedia. Dengan demikian, para pengikut merasa mampu dan berkomitmen untuk melakukan tugas tersebut dengan baik. Ada empat gagasan yang perlu diikuti pemimpin dalam perencanaan proyek yang di dasarkan pada prinsip-prinsip keberhasilan kecil, yaitu (1) bereksperimen secara kontinyu, (2) membagi tugas menjadi bagian-bagian kecil, (3) mengurangi items menjadi yang esensial saja, dan (4) jangan tekan orang lain untuk berubah sampai merasa perlu berubah.
Suatu terobosan besar di bidang pengobatan, biofisik atau industri , sering melibatkan banyak eksperimen yang difokuskan pada berbagai bagian dari masalah. Masing-masing eksperimen telah berkontribusi pada kemajuan yang lebih besar pada bidang tersebut. Kebalikannya, dalam pendekatan manajemen tradisional dalam menjalankan tujuan selama ini dimulai dengan perencanaan strategis, tetapi seringkali tanpa tidak didukung tahapan untuk mencapainya. Dalam pendekatan yang baru, dipakai terminologi yang disebut “keberhasilan kecil”.
Proses keberhasilan kecil ini dilakukan dengan melakukan aktivitas secara bertahap dan bersambung sehingga akan menghasilkan perubahan besar, menuju visi yang telah dirumuskan.Keberhasilan kecil,dari catatan sosiolog organisasi Karl Weick, adalah:“kongkret, komplit, dan hasilnya dapat diterapkan pada kepentingan sedang.
Dalam meraih keberhasilan kecil, para pemimpin mengidentifikasi tempat untuk memulai. Mereka membuat proyek yang terlihat dapat dilakukan dengan tingkat keahlian dan sumberdaya yang tersedia. Dengan demikian, para pengikut merasa mampu dan berkomitmen untuk melakukan tugas tersebut dengan baik. Ada empat gagasan yang perlu diikuti pemimpin dalam perencanaan proyek yang di dasarkan pada prinsip-prinsip keberhasilan kecil, yaitu (1) bereksperimen secara kontinyu, (2) membagi tugas menjadi bagian-bagian kecil, (3) mengurangi items menjadi yang esensial saja, dan (4) jangan tekan orang lain untuk berubah sampai merasa perlu berubah.
Mengakui Kontribusi:
Menghubungkan
Imbalan dengan Kinerja Dilaporkan oleh penulis, orang-orang menikmati bekerja
keras dan dalam waktu yang amat panjang (lembur). Namun untuk tetap berada dalam
keadaan itu selama berbulan-bulan, orang memerlukan penyemangat. Salah satu
cara penting bagi pemimpin dalam memberi kan semangat kepada orang lain adalah
dengan memberikan pengakuan terhadap kontribusi individual.
Satu resep tua dan sangat penting untuk mempengaruhi motivasi pekerja adalah pertalian antara hasil (imbalan, pengakuan) dengan usaha dan kinerjanya. Terdapat tiga kriteria kunci untuk mengintegrasikan sistem kinerja – imbalan: buat pasti bahwa orang mengetahui apa yang diharapkan dari nya, sediakan umpan balik tentang kinerja, dan hargai yang mencapai standar. Sistem penghargaan akan berfungsi terbaik ketika kinerja dapat diukur secara tepat dan obyektif.
Terdapat banyak tipe imbalan/ penghargaan yang dapat digunakan untuk mengakui usaha dan kontribusi anggota tim. Pemimpin sebaiknya tidak hanya bergantung pada sistem penghargaan formal seperti promosi yang hanya menawarkan pilihan yang terbatas dan membutuhkan upaya yang cukup besar.
Dari pada hanya bergantung pada penghargaan formal, para pemimpin yang efektif menggunakan penghargaan intrinsik – imbalan yang di bangun dalam pekerjaan itu sendiri termasuk faktor seperti: rasa pencapai an, pel uang untuk menj adi lebih kreatif, serta pekerjaan yang menantang – sebagai hasil yang dapat segera di capai berkat upaya yang dilakukan. Walaupun peningkatan gaji atau bonus dihargai, kebutuhan individu akan penghargaan dan apresi asi atas hasil kerjanya adalah jauh lebih penting. Pengakuan verbal di depan sesama rekannya, juga penghargaan yang nyata seperti hal nya sertifikat, plakat, dan pemberian berwujud lainnya, benar-benar berdaya guna tinggi .
Merayakan Keberhasilan
Merayakan
keberhasilan adalah salah satu dari fungsi kepemimpinan. Merayakannya adalah suatu proses
untuk menghormati orang dan berbagi dengannya dalam indahnya suasana
kesuksesan. Ketika pemimpin memimpin kegembiraan, mereka mendasarkan program
dalam tiga prinsip utama: (1) memfokuskan pada nilai -nilai utama, (2) membuat
pengakuan umum dan terukur, dan (3) menjadikan dirinya terlibat.
Perayaan bukan
merupakan kegembiaraan semata, tetapi untuk kepenti ngan memperkuat nilai
-nilai utama organisasi .
Poin yang penting adalah setiap perayaan harus
disesuaikan dengan tujuan. Jika tujuan utama departemen adalah untuk
mendapatkan kontrak baru, maka perlu merayakannya ketika mendapatkannya. Jika
loyalitas yang menjadi tujuan, maka perlu merayakannya dengan lamanya masa
bekerja dengan makan malam dan penyematan pin. Arti perayaan bagi kultur suatu
organisasi ibarat: “arti film bagi skenario, atau arti konser bagi aransemen
musik”.
Mereka memberikan ekspresi atau nilai-nilai yang sulit untuk
diekspresikan dengan cara-cara yang lain. Perayaan harus merupakan sebuah
ekpresi komitmen yang jujur terhadap nilai - nilai penting tertentu, juga
terhadap kerja keras dan dedikasi dari orang-orang yang telah memegang
nilai-nilai tersebut. Perayaan jauh lebih berarti dari sekedar pesta, karena
berfungsi untuk mengkristalisasi komitmen pribadi , membantu ikatan antar orang
dan membuatnya tahu bahwa mereka tidak sendiri. Perayaan juga berfungsi
mengurangi konflik dan meminimalisasi perbedaan.
Banyak
kegiatan perayaan dilakukan secara spontanitas. Mulai dari pat-on-the-back dan let me take you out to lunch sampai pada “pesta
30 menit di area parkir” – relatif tidak di rencanakan untuk menciptakan kesan
baik pada anggota. Hal itu menciptakan perasaan nyata kepentinganya disebabkan
ketepatan waktu-nya, ketika getaran
hati perusahaan masih bergetar. Sebab tidak ada pengulangan, rasa perayaan
adalah sangat personal.
Menjadi Pemimpin yang Peduli dan
Membuat Berbeda
Kouzes
dan Posner menemukan lima praktek dasar kepemimpinan teladan yang esensial dan
patut dicontoh. Pertama, pemimpin menantang prosesnya. Mereka mencari peluang untuk berubah,
melakukan percobaan dan mengambil
resiko kesalahan dan kegagalan. Kedua, pemimpin menginspirasikan visi
bersama. Mereka meniupkan kehidupan ke dalam visi dan mengajak pengikutnya
melihat kemungkinan masa depan yang menggembirakan. Ketiga, pemimpin memungkinkan
orang lain bertindak. Mereka mengembangkan kolaborasi dan membangun semangat
tim, juga menciptakan iklim kepercayaan dan martabat manusia. Mereka memperkuat
orang lain, membuat setiap orang merasa mampu dan kuat. Keempat, pemimpin
mencontohkan caranya. Mereka membentuk nilai organisasi ,menciptakan standar
mutu, menjadi contoh orang lain untuk mengikutinya, merancang
keberhasilan-keberhasilan kecil, serta menciptakan peluang untuk menang.
Kelima, pemimpin mendorong semangat.
Untuk memperoleh harapan dan komitmen
pengikutnya, pemimpin mengakui kontribusi individu, memberikan imbalan sesuai
usahanya, dan merayakan keberhasilan tersebut. Mereka membuat setiap orang
merasa seperti pahlawan. Orang yang bekerja dengan pemimpin yang menerapkan
kelima praktek kepemimpinan teladan secara signifikan, akan merasa lebih puas
dengan tindakan dan strategi pemimpinnya dan mereka akan merasa lebih komitmen,
berpengaruh dan kuat.
Dengan kata lain, melaksanakan praktek-praktek
kepemimpinan teladan, semakin besar kemungkinan akan memiliki pengaruh positif
terhadap orang lain dan organisasi, dan pemimpin dapat membuat sesuatu yang
berbeda.
Untuk
menjadi pemimpin yang baik menurut Phil Lemay dari Amdahl Corporation adalah: kombinasi
kepribadian, sekolah, buku, pengalaman pribadi dalam mengamati pemimpin dalam
tindakan, dan sebagainya. Tom Kellet dari Harshaw/Filtrol Partnership memberikan
jawaban: mengamati metode dan keahlian atasan yang dsukai, pengalaman trial
& error, kursus yang relevan dengan ketrampilan orang, komunikasi dan
sebagai nya.
Dari hal -hal tersebut, ada tiga kategori utama kesempatan belajar
untuk menjadi pemimpin, yaitu: (1) trial & error, (2) orang, dan (3)
pendidikan. Studi lain juga mendukung hal itu. Sebagai contoh dari Honeywell
Corp. yang mengkategorikan: (1) Pengalaman kerja dan penugasan, (2) Hubungan,
dan (3) Training formal dan pendidikan.
Apakah
pemimpin itu dilahirkan atau diciptakan? Kouzes dan Posner lebih percaya bahwa
pemimpin itu diciptakan. Menurutnya, dari pada sekedar melihat kepemimpinan
sebagai sifat yang dibawa dari lahir, adalah lebih sehat dan lebih produktif
untuk mulai mengasumsikan bahwa setiap orang dapat belajar untuk menjadi
pemimpin. Pemimpin yang efektif selalu belajar dan selalu mencari cara untuk
mengembangkan diri dan organisasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan masukan komentar Anda