Selasa, 16 September 2014

Kepribadian dan Nilai Seorang Pemimpin


Kepribadian (Gordon Allport) adalah organisasi dinamis dalam system psikofisiologis individu yang menentukan caranya untuk menyesuaikan diri secara unik terhadap lingkungannya.
Faktor-faktor penentu kepribadian sebagai berikut :
  1. Faktor keturunan, bahwa penjelasan pokok kepribadian seseorang adalah struktur molekul gen yang terdapat dalam kromosom
  2. Faktor lingkungan, bahwa pembentukan karakter di lingkungan yang terdapat norma keluarga, teman dan kelompok sosial
Sifat-sifat kepribadian adalah karakteristik umum yang melekat dalam individu yang ditunjukan dalam berbagai situasi. Karakteristik tersebut antara lain ; malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia dan takut. Pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat kepribadian tersebut melaui :
  1. Myers-Briggs Type Indicator, menilai individu dengan mengklasifikasian ke dalam karakteristik :  ekstraver atau introver, sensitif atau intuitif, pemikir atau perasa dan memahami atau menilai
  2. Model Lima Besar, menilai sifat-sifat individu dipengaruhi oleh faktor ; ekstraversi, mudah akur atau mudah sepakat, sifat berhati-hati, stabilitas emosi dan terbuka dengan hal-hal baru
Ada beberapa cara untuk menilai kepribadian agar individu dapat dipahami dan diatur dalam pekerjaan mereka, yaitu :
  1. Survei mandiri, dilakukan oleh individu
  2. Survei peringkat oleh pengamat, dilakukan oleh rekan kerja
  3. Ukuran proyeksi, dilakukan dengan menilai respons dari hasil pengujian
Sifat kepribadaian spesifik yang menjadi indikator kuat perilaku di tempat kerja adalah sebagai berikut ;
  1. Evaluasi inti diri, dipengaruhi oleh harga diri dan lokus kendali (keyakinan)
  2. Machiavellianisme, kecenderungan pada sikap pragmatis, mempertahankan jarak emosional dan keyakinan akan pentingnya hasil dibanding proses
  3. Narsisme, mempunyai rasa ego yang berlebih, pengakuan yang  berlebih dan arogan
  4. Pemantauan diri, merujuk  kemampuan seseorang individu untuk menyesuaikan perilaku dengan faktor-faktor situasioal eksternal
  5. Pengambilan resiko, berpengaruh pada cepat atau lambatnya pengambilan keputusan
  6. Kepribadian type A, cenderung memiliki dorongan, kecakapan, keagresifan dan motivasi untuk berhasil yang tinggi
Meskipun saling berkaitan, kepribadian dan nilai tidaklah sama. Nilai lebih spesifik dan banyak mendeskripsikan system keyakinan atau nilai tidak begitu menjelaskan kepribadain seseorang dan kita tidak selalu bertindak dalam cara-cara yang konsisten dengan nilai. Dalam sebuah organisasi nilai sangat penting karena dapat mempengaruhi persepsi kita terhadap sikap dan motivasi individu juga mempengaruhi sikap dan perilaku kita secara umum.

Pendekatan untuk mengembangkan jenis-jenis nilai yang ada di sebuah organisasi antara lain :
  1. Rokeach Value Survey, terdiri dari nilai terminal (keadaan akhir yang diinginkan) dan nilai instrumental (perilaku atau cara yang lebih disukai untuk mencapai nilai terminal)
  2. Kelompok Kerja Kontemporer, berdasarkan generasional dalam angkatan kerja
Nilai yang dimiliki individu yang berada pada posisi manajemen menengah dan atas harus memiliki kaitan dengan seluruh iklim etis dalam sebuah organisasi karena tindakan mereka merupakan faktor tepenting yang mempengaruhi perilaku etis dan tidak etis dalam organisasi mereka. Seorang manajer harus mampu bekerja dengan individu dari kultur yang berbeda-beda sehingga pemahaman mengenai perbedaan kultur tersebut dapat menjelaskan dan memprediksi perilaku karyawan. Pendekatan untuk memahami dan menilai variasi kultur antara lain :
  1. Kerangka Hofstede, menemukan bahwa dalam organisasi terdapat lima dimensi nilai kultur antara lain ; jarak kekuasaan (power distance), individualisme versus kolektivisme, maskulinitas versus femininitas, penghindaran ketidakpastian dan orientasi jangka panjang
  2. Kerangka Globe, mengidentifikasi ada 9 dimensi kultur yang berbeda yaitu ; ketegasan, orientasi masa depan, perbedaan gender, penghindaran ketidakpastian, jarak kekuasaan, individualism/kolektivisme, orientasi kerja dan orientasi kemanusiaan
  3. Implikasi terhadap Perilaku Organisasi, mencerminkan nilai kultur yang berbeda dari individu di negara yang berbeda dengan penentuan konsep-konsep Perilaku Organisasi yang dapat diterapkan atau tidak dapat diterapkan secara universal pada seluruh kultur
Jenis-jenis kepribadian dan nilai seorang individu dengan tempat kerja dapat digembarkan sebagai berikut :
  1. Kesesuaian Individu-Pekerjaan, memadukan persyaratan pekerjaan dengan karakteristik kepribadain
  2. Kesesuain Individu-Organisasi, memadukan kepribadian karyawan dengan keseluruhan kultur organisasi dengan mengesampingkan karakteristik pekerjaan

Minggu, 10 Agustus 2014

Kepemimpinan yang menjamin Perusahaan Bahagia dan Karyawan Sejahtera



Apakah Karakter itu?

Didalam rumah, ia adalah kebaikan
Didalam bisnis, Ia adalah kejujuran
Didalam masyarakat, ia adalah kesopanan
Didalam pekerjaan, ia adalah kecermatan
Didalam permainan, ia adalah sportivitas
Terhadap  yang beruntung, ia memberi selamat
Terhadap yang lemah, ia menolong
Terhadap yang jahat, ia bertahan
Terhadap yang kuat, ia percaya
Terhadap yang menyesal, ia memaafkan
Dan terhadap Tuhan, ia menghormati dan mengasihi.


THE HEART OF A LEADER

KARAKTER SEORANG PEMIMPIN
7P: Tujuh hati yang membentuk karakter kepemimpinan

  1. Pemimpin yang memiliki hati sebagai PENJAJAH akan memposisikan karyawan sebagai budak tanpa nilai dan hak. Memberi pekerjaan kepada mereka dianggap sebagai kebaikan hati yang tak terbalaskan.dia menganggap dirinya sebagai penyelamat dan raja besar sehingga pantas untuk menerima loyalitas absolute dari karywan, termasuk kehidupan pribadi mereka. Dalam kontek karyawan sebagai sumber daya manusia, ia menganggap karyawan adalah daya, bukan sumber daya apalagi manusia
  2. Pemimpin yang memiliki hati sebagai PENYAMUN akan memosisikan kayawan sebagai buruh yang hanya memiliki sedikit hak tapi menanggung segudang kewajiban. Hak karyawan diberikan dalam konteks normatif minimal. Kewajiban dituntut scara posesif maksimal. Karyawan dianggap sebagai daya dengan memiliki sedikit sumber yang mudah dcari penggantinya.
  3. Pemimpin yang memiliki hati sebagai PENGAWAS. Sudah memosisikan karyawan sebagai sumber daya selain modal dan mesin yang cukup penting untuk merealisasi hasil prouksi barang dan jasa. Ia harus dikelola secara cermat dan di beri program pelatihan dan pengembangan agar menjadi sumber daya dengan kulitas tinggi.
  4. Pemimpin yang memiliki hati sebagai PETANI. Ia sudah memosisikan karyawan sebangai sumber daya manusia. Ia sudah mnyeimbangkan antara kebutuhan karyawan sebagai sumber daya dan sebagai manusia. Ia sudah mulai memikirkan aspek kebutuhan manusia yang amat berbeda dengan sumber daya lainnya.
  5. Pemimpin yang memilik hati sebgai PENGEMBALA. Tipe hati ke lima ini sudah memiliki kecenderungan pada keseimbangan sisi manusia bukan pada sumber daya Ia menganggap karyawan sebagai manusia sebagai makhluk hidup sesama ciptaan Tuhan yang patut diberdayakan ssuai dengan kodrat Ilahinya.
  6. Pemimpin yang memiliki hati sebagai PELAYAN yang justru melihat karyawan sebagai subjek yang harus melayani pemimpinnya.Ia melihat struktur organisasi sebagai piramida terbalik yang menggangap pimpinan harus mendukung karyawan agar mampu berprestasi sebaiknya untuk melayani untuk melayani pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya. Prinsip segitiga terbalik inilah yang membuat sisi kemanusiaan karyawan menjadi lebih bermakna, Ia sebagai pekerja,anggota keuarga dan masyarakat yang harus dipenuhi kebutuhannya secara simultan.
  7. Pemimpin yang memiliki hati sebagai PARENT atau memilik hati sebagai Ayah. Kondisi hati seperti ini akan menggap karyawan sebagai anak yang harus  dibesarkan, dididik dan dikembangkan agar dapat mewarisi kepiawaian yang dimilikinnya dan kursi kepemimpinan yang didudukinya saat ini. Karyawan tidak diperlakukan sebagai orang lain tapi sebagai anggota keluarga yang harus dibina secara harmonis.

Diantara ketujuh hati tersebut, ada unsur antagonis dan paradox yang tidak dapat dipertemukan. Petani ada pada titik netral. Bagi yang memiliki hati sebagai penjajah maka ia akan selalu bertentangan dengan pemimpin berhati parent (ayah). Pemimpin yang berhati penyamun akan selalu bersitegang dengan pemimpin berhati nelayan. Pemimpin yang berhati pengawas akan bertolak belakang dengan pemimpin berhati penggembala. Demikian pula dengan karyawan. Kalau karyawan memiliki hati pada sisi kutub negative akan selalu berkonfrontasi dengan pemimpin yang berhati disisi kutub positif demikian pula sebaliknya. Ada pertanyaan yang sering dilontarkan (frequently asked questions) oleh para pekerja yang sering bingung

The Heart Of A Leader Itu Talenta Atau Pilihan.
Karakter yang merupakan refresentasi dari the heart of the leader adalah suatu pilihan. Ketika seorang timbul kesadaran diri akan adanya hukum resiprokal dan hukum tabor tunai, maka ia akan senantiasa waspada dan akan mengembangkan suatu karakter yang bukan hanya baik bagi dirinya sendiri tapi baik bagi orang lain. Ketika ia memberikan hati bagi orang lain, maka lambat laun seluruh manusia yang diberi hatinya akan memberi hatinya kepadanya. Satu hati akan diganjar dengan beribu hati.

Demikian juga dalam pengelolaan perusahaan, pemimpin yang menutup hatinya bagi manusia lain akan mendapat balasan setimpal, ia tidak mendapat penghormatan sebagai manusia bermartabat tetapi hanya sebagai manusia yang memberi materi.

THE HEAD OF A LEADER
TALENTA SEBAGAI PONDASI KOMPETENSI

Setiap manusia dikaruniai Tuhan dengan talenta. Ada yang diaruniai lima talenta, artinya memiliki banyak bakat dan kemampuan untuk berkarya diberbagai bidang dan berperan di banyak peran. Ada yang dikarunia dengan tiga talenta, jumlah rata-rata untuk bisa bertahan dipersaingan dan mendaki puncak dalam suatu jajaran organisasi. Ada pula yang hanya dikaruniai satu talenta, satu kemampuan khusus yang kalau dikembangkan bisa menjadi spesialis yang tak ada bandingannya.

Talenta yang diberikan kepada setiap manusiasangatlah unik dan tak ada yang bisa mereplikasikan atau meniru dengan sempurna. Demikian uniknya sehingga manusia yang satu dengan yang lain perlu berkolaborasi untuk menghasilkan sinergi yang luar biasa.

Dalam konteks kepemimpinan, konsep tersebut dapat diaplikasikan dengan tujuh peran yang berbeda yang sebenarnya satu dengan yang lain saling melengkapi. Ketujuh tipe peran ini menunjukkan tujuh talenta dasar yang dikaruniakan Tuhan kepada setiap orang untuk berkontribusi dalam sebuah organisasi.

Tidak ada tipe yang bisa bertahan di setiap waktu, setiap tipe peran sangat pas untuk kondisi tertentu dan kalau dipaksakan untuk bertahan walau kondisi keadaan sudah menuntut perubahan maka gerak organisasi menjadi amat lambat.

Tujuh Jawara bisnis MEJIKUHIBINIU
Banyak terkejut ketika keluarga sampoerna, dimotori oleh Putra dan Michael Sampoerna, melepas saham yang selama ini menjadi ikon dan identitas mereka, yakni PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP). Tak ada rumor yang mampu dibaca oleh analis, pemegang saham, dan karyawan. Sebuah transkasi menurut banyak pihak nyaris tak terdengar. Ketika rahasia itu terungkap, banyak kalangan yang kaget dan bertanya, mengapa dan ada apa?

Padahal dalam konteks lain yang tak sebesar HMSP, banyak pengusaha yang melakukan terobosan nyaris sama. T.P Rahmat, mantan petinggi Astra, melepas ikon Adira Finance ke group Danamon dan Adira mobil ke partner eksekutifnya, Stanley Setia Atmadja.

Mengamati kiprah dua tokoh bisnis di Indonesia tersebut saya membuat rumusan talenta dan bakat pemimpin bisnis dengan gaya dan triknya yang sangat berbeda, yang akan membawa perusahaannya searah dengan talentanya.

  1. PEMIMPI (The Dreamer), Pemimpi ini bukan pengkhayal. Pemimpi ini adalah pemimpin yang bertalenta kuat mencari visi dan misi yang baru, mencoba menghidupi misi dan visi yang dipikirkanya, dan berusaha sekuat tenaga mewujudkanya. Dalam bahasa warna, saya simbolkan sebagai pemimpin yang berdarah MERAH, yang berani bertualang dalam dunia id dan konsep untuk menelurkan gagasan baru yang belum dipikirkan sebelumnya.
  2. PERANCANG (The Architect). Kelas ini merupakan pemimpin yang bertalenta yang bisa menerjemahkan mimpi menjadi cetak biru yang solid dan lengkap. Mampu merangakai sistem dan infrastruktur serta tahapan pembangunan kampium bisnis yang akan dikerjakan
  3. THE BUILDER.Tipe pemimpin yang mampu membangun acara kokoh apa yang telah dirancang dengan teliti. Kadang menggunakan pendekatan preman atau buldoser, dan kadang harus keras mengangkat batu karang dengan gaya excavator dan sering pula dengan sentuhan lembut tangan malaikatnya tangan maradona.Ini jenis pekerja keras, tipe ketiga ini disebut sebagai pembangun (The Bulder)
  4. THE SHOPER saat perusahaan sudah melaju pesat dan persaingan mulai ketat, diperlukan pemimpin yang mau mempertajam business model dan business process agar tetap unggul dalam persaingan. Pemimpin yang mampu melakukan penajaman sisi operasional dan structural bisnis ini dipanggil sebagai The Shaper (Penajam) bukan penujum yang mengandalkan hoki untuk menenagkan persaingan.
  5. THE HARVESTER. ini yang paling menyenangkan setelah pohon mulai tumbuh subur, berbunga, dan berbah lebat diperlukan seorang penuai yang cakap,yang tahu mana yang harus di tuai, mana yang harus dibuang dan mana yang harus dibuang, dan mana yang harus ditunggu.
  6. THE REINVENTER. Setelah masa berbuah yang sangat lebat, timbul paradok yang harus dihadapi. Ini Talenta seorang Reinventer (Pembaru). ini tipe yang sangat langka, kurang dari 2%pemimpin mempunyai keberanian seperti itu.
  7. THE OPERATOR. kalau tidak berani melakukan rombakan mendasar tetapi memilih S kedua dengan kaizen, maka yang diperlukan adalah pemimpin yang berfungsi sebagai (Pelaksana), yang menjaga agar pohon bisnis tetap berbuah walau pohon sudah pada tahap matang matang (mature) dan mengarah ke penurunan (declicing Phase)

C.THE LEFT HAND OF A LEADER (THE WORKING HAND)

The Hand of a Leader menunjukan bagaimana ia berkiprah secara langsung untuk membuktikan bahwa ia dibawah kepemimpinannya perusahaan dan karyawan akan menggapai sukses. Sukses buat Lead to Bless Leader adalah sukses dua tujuan utama bagai dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan :

  • Perusahaan yang  SEJAHTERA (FIT and PROSPER)
  • Karyawan yang BAHAGIA (HAPPY).

Setidaknya ada 10 key performance Indicator (KPI) yang harus senantiasa dicermati pemimpin agar perusahaannya mampu mewujudkan misi dan visi yang diinginkannya yang disebut dengan FIT and PROSPER
a)      Financial  Saundness.Rasio keuangan perusahaan yang baik.
b)      Innovation Initiatives: inisiatif inovasi yang menghasilkan produk unggulan.
c)      Talent Management: Pengelolaan kade pemimpin mendatang
d)     Profitability :Kemampuan menghasilkan laba.
e)      Revenue: kemampuan penetrasi pasar dengan pangsa pasar yang tinggi.
f)       Organization Productivity: Produktivitas karyawan secara langsung
g)      Satisfaction of customers: kepuasan pelanggan atas produk dan perusahaan
h)      Proses Excellence.Efisiensidan proses bisnis yang terbaik
i)        Employee satisfaction: Kepuasan karyawan atas perusahaan
j)        Return To shareholders: dividend an kenaikan harga saham.

Kesepuluh KPI tadi harus menjadi focus pimpinan dalam mengelola perusahaan.. Strategi untuk mewujudkan hal tersebut dapat di rangkum dalam The 10 C of Leader’s Focus.

1.      Cutomer atau pelanggan. Pelanggan adalah subjek utama yang harus dilayani oleh seluruh jajaran perusahaan.Pemimpin harus sadar dari pelangganlah mengalir uang untuk membayar gaji, membuat produk baru dan ide baru untuk mengembangkan produk selanjutnya.
2.      Compotitiveness atau daya saing.Pemimpin harus senantiasa memeperhatikan daya saing perusahaannya. Apa yang membuat perusahaan tetap dapat mempertahankan daya saing lima tahun kedepan?
3.      Chanel of Distribution atau mitra kerja.mereka adalah kepanjangan tangan untuk mengjangkau pelanggan dan pemasokagar produk yang dihasilkan sampai ketangan pelanggan.
4.      Core Competence atau kompetensi esensial. Pemimpin harus terus memperhatikan apa yang harus menjadi kompetensi utama perusahaan. Sampai seberapa jauh tingkat kompetensi ini selangkah lebih baik dari pesaing.
5.      Culture and Character – Budaya dan Karakter. Budaya kerja apa yang ingin dikembangkan agar menjadi identitas prusahaan dan kebanggaan karyawan? Samapi seberapa jauh  budaya ini menjadi keunggulan perusahaan dibanding pesaing?   
6.      Collaboration – Kolaborasi. Perusahaan tidak akan mempunyai kekuatan untuk mengembangkan segalanya secara sendiri. Membutuhkan kolaborasi dengan pihak lain sehingga terjadi percepatan peluncuran produk dan perkembangan teknologi yang lebih baik.
7.      Commercial – komersial jangka panjang. Perusahaan harus “on going “ karenanya focus pada keuntungan jangka pendek sangat membahayakan. Bagaimana menyiasati keseimbangan antara jangka pendek dan jangka panjang? Apa yang harus diinvestasikan untuk meningkatkan keuntungan jangka panjang?
8.      Community Development – pengembangan komunitas. Masyarakat disekitar dan masyarakat luas harus menikmati kesejahteraan yang dicapai oleh perusahaan,
9.      Capital – Struktur Permodalan. Siapa yang berutang menjadi budak yang mengutanginya. Ini adalah prinsip yang masih sohih dalam kondisi saat ini. Modal yang kuat bak rumah dengan pondasi yang kokoh diatas batu karang bukan pasir.
10.  Control – Kemandirian. Kalau kesembilan aspek tersebut mampu dikelola dengan baik maka perusahaan akan mampu mengontrol arah dan tujuannya, bukan pihak lembaga keuangan dan principal.

THE RIGHT HAND OF A LEADER (THE LOVING HAND)

Membuat pekerja yang berbahagia membutuhkan sentuhan bukan hanya pada aspek financial, emosional, dan spiritual pekerja itu sendiri tapi juga mencakup seluruh keluarganya. Itu sebabnya bisa disebut juga sebagai bagian dari tangan kanan right hand) dan seorang pemimpin yang melambangkan ;

  • Kepercayaan dari pemimpin bukan pada sumber daya Lin tapi manusia sebagai harta yang paling berharga dalam pengembangan usaha.
  • Kedekatan dar pribadi pemimpin dan yang dipimpin. Tangan kanan adalah tangan yang sering digunakan untuk memeluk mengayomi dan mengasihi.
  • Kepemimpinan yang efektif karena dengan tangan kanan dapat digunakan untuk menunjukjalan, menjabat tangan,member peringatan, dan umpan balik.

Ada Lima Peran Pemimpin dalam The  Loving Hand

  1. Commander. Pemimpin yang mampu menentukan arah dan tujuan organisasi dan mampu menggerakan seluruh karyawan berjalan pada arah dan tujuan yang sama.
  2. Communicator.Pemimpin yang mampu berkomunikasi secara terbuka dan tulus dengan karyawannya untuk menciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan.
  3. Conductor. Pemimpin yang mampu menghasilkan sinergi antarindiidu untuk menjadi “superteam “ yang paling kuat dan solid.
  4. Converter. Pemimpin yang mampu mambuat karyawan biasa menjadi karyawan yang luar biasa dan karyawan yang luar biasa menjadi jawara.
  5. Comporter. Pemimpin yang menjadi pribadi yang menyenangkan untuk dijadikan sahabat didalam dan di luar kerja. Ayah yang baik selalu memberikan kesempatan kedua ketika anaknya gagal melakukan sesuatu yang diperintahkannya.

Kalau sudah begitu pemimpin menjadi seperti angin. Kadang tidk kelihatan secara fisik tapi keberadaannya tetap dapat dirasakan. Memberikan kesejukan dan kesegaran. Kalau pemimpin yang buruk ia adalah angin kotor, tidak kelihatan tapi meninggalkan bau yang membuat muak karyawannya, kalaupun da yang bertahan, ingin segera pergi karena tak kuat menahan baunya.

Ada Lima Tanggung Jawab Pemimpin

  1. Member comprehension. Pemimpin yang mengenal pribadi dan memiliki perhatian yang tulus dan sungguh-sungguh kepada karyawan dan keluarganya secara menyeluruh.
  2. Member correction.Pemimpin yang mengupayakan karyawan berada pada jalan yang benar dengan melakukan langkah koreksi untuk pengembangan dan pertumbuhan potensi karyawan.
  3. Membangun connection.Pemimpin yang mampu menciptakan hubungan yang baik antar sesame pribadi, pekerjaan baik didalam dan diluar lingkungan organisasi.
  4. Mengupayakan Celebration. Pemimpin yang menghargai kinerja karyawan mulai dari hal yang kecil dan berupaya untuk merayakan sebagai kemenangan bersama.
  5. Member Compensation. Pemimpin yang mengupayakan agar karyawan tidak merasa kekurangan terhadap imbalan dan penghargaan yang diterimanya.

THE ACTION PLAN OF A LEADER
RENCANA PERBAIKAN MENUJU LEAD TO BLESS LEADER
Perubahan selalu dimulai dari adanya keinginan untuk berubah. Keinginan yang kuat akan membentuk kemauan yang kuat, kemauan yang kuat akan melahirkan program perubahan yang kuat dan akhirnya menghasilkan perubahan yang kuat juga.

Membentuk keinginan dan kemauan sehingga melahirkan sesuatu keunggulan yang mendalam akan melewati tiga tahap penting yakni :

  1. Change of Action. Adanya paradigma atau pemikiran baru yang diperoleh dari ineraksi dengan orang lain atau bacaan atau kebutuhan orang lain akan membuat perubahan apa yang selam ini telah dilakukan. Perubahan Paradigma membentuk keinginan untuk melakukan sesuatu yang baru pada dirinya sendiri atau organisasi yang dipimpinnya.
  2. Change of Mind, ketiaka perubahan itu menghasilkan keluaran yang lebih besar dari yang diharapkan maka terjadi perubahan pikiran secara tetap.perubahan bukan sekedar lama atau baru tapi sudah masuk ke daerah baik atau buruk. Perubahan sudah membentuk pola piker baru bukan hnaya pola prilaku yang baru.
  3. Change of Heart, Perubahan yang sudah membentuk karakter organisasi secara keseluruhan yang mengakibatkan pemimpin berubah pada karakternya pula.

Empat langkah menuju ke perbaikan yang berarti

  1. Tahap Acquire, kesadaran bahwa ada sesuatu yang harus diribah. Ada sesuatu yang harus diperbaiki. Ada target dan sasaran baru yang harus dicapai. Ada sesuatu yang baik yang harus dihasilkan
  2. Tahap Apply, kesadaran yang kuat akan membentuk keinginan yang kuat dan melahirkan program untuk melaksanakan apa yang telah dicanangkan.
  3. Tahap Appraise, melakukan evaluasi implikasi dari perubahan itu terhadap pemangku kepentingan yang dijadikan sumber perubahan.
  4. Tahap Align, ketika hasil sudah sesuai dengan target dilakukan dengan aligment secara terstruktur dan sistematik agar perubahan itu menjadi standar baru. Lalu kembali lagi proses berikutnya denagn timbulnya new Awareness.  

CASE STUDY FOR GROUP DISCUSSION
BELAJAR BERSAMA MENUJU LEAD TO BLESS LEADER

Belajar membuat orang mengerti, Berlatih membuat orang mendalami, Berpraktik membuat orang menguasai, Berkreasi dari praktik membuat orang menjadi ahli

Lima langkah yang dapat dilakukan adalah :
  1. Bentuk kelompok kerja bersama untuk saling memperkaya konsep ini dalam lingkup kerja perusahaan masing-masing ini dapat dilakukan dalam satu perusahaan dennagn peserta manager dari bidang berbeda atau pimpinan tertinggi perusahaan yang ingin berbagi bersama dalam ‘executive sharing session’.
  2. Bacalah seluruh buku secara lengkap terlebih dahulu, lalu buat catatan kecil untuk didiskusikan guna memperdalam pengertian dan applikasi di tempat masing-masing.
  3. Diskusikan Bab V dan sharing-kan apa yang dapat diapplikasikan secara langsung dan apa yang perlu waktu dan apa yang tidak mungkin dilakukan di perusahaan karena berbagai factor.
  4. Diskusikan studi kasus pada bab ini dengan mengacu pada konsep yang ada dalam Bab 1 sampai dengan bab VI serta pengalaman pribadi
  5.   Lakukan langkah konkret secara pribadi dan pertajam action plan anda.

STUDY KASUS : AT THE TOP POINT
Ketika sampai dipuncak yang paling tinggi, tidak ada lagi pemandangan diatas, yang ada dalah panorama dibawah, disanalah tempat yang paling baik untuk berpikir, apa yan akan diperbuat untuk yang ada dibawah?
Mencapai puncak adalah impian semua orang. Entah itu puncak kekayaan, prestasi, posisi atau puncak gunung dalam arti harafiah. Semua berlomba mencapai puncak. Dipuncaklah orang sering berpikir tentang kehormtan, kesuksesan, kekayaan, dan kekuasaan yang tak ada bandingannya.
Impian tentang berada diatas puncak membuat banyak orang menghalalkan segala cara untuk mencapainya. Keinginan hanya satu, dipuncak ia bisa melampiaskan segala keinginan tanpa ada orang yang melawannya. Disanalah perkiraan banyak orang tempat bertakhtanya ‘absolut power ‘ dan ‘absolut pleasure yang tak mungkin dirasakan ketika ada di lembah atau lereng. Tunggu, kalau saya jadi presiden, bupati walikota atau presiden direktur, “begitu impian banyak orang.

Motivasi untuk meraih kekuasaan, kekayaan, dan kehormatan bagi dirinya menyebabkan seseorang yang sudah berada dipuncak enggan turun. Jangankan ‘transfer of knowledge’ kalau ada pesaing yang akan muncul yang berpotensi menggesernya akan segera dilakukan politik bumi hangus. Ketakutan lengser membuat membangun berikade tembok yang sebenarnya makin mengucilkan dirinya sendiri. Ia makin tersendiri disana. Ia berada dipuncak kesepian walau bergelimangan segala yang dibutuhkannya. Ini adalah manusia yang terjangkit penyakit At The Top Sickness (ATPS).

Penyakit kronis yang walaupun sudah dipuncak, matanya tetap menengadah keatas. “diatas puncak taysan masih ada puncak Himalaya”. Begitu filosofinya. Jangankan kata puas, ia makin merasa haus seperti meminum air laut.

Kalau pemimpin terjangkit penyakit ini, Ia tak akan pernah memikirkan bawahannya. Pikirannya hanya diri sendiri  dan kolega disekeliling yang terbiasa menjilatnya dan membuatnya terbuai dengan angin puncak. Tak pernah terbayangkan betapa sulitnya para bawahan untuk mendukungnya agar sampai dipuncak Buatnya ‘itu sudah seharusnya’ atau’ mereka sudah dibayar untuk itu. Ia merasa dipuncak karena kompetensi dan kinerjanya sendiri, yang lain hanya disebutnya sebagai ‘suporting unit’

Kalau penyakit ini sudah berubah jadi akut, maka ia akan mudah kalut ketika badai besar melada di puncak. Ia tidak sadar bahwa semakin tinggi, angin juga bertiup semakin kencang. Kalau topan sudah melanda, maka seluruh pendukung dan bawahannya akan berusaha menyelamatkan diri sendiri. “kan Cuma segini bayarannya” atau “ itu tidak termasuk dalam job description”. Senjata makan tuan. Dia menuai apa yang ditanamnya.

Beruntung banyak pemimpin yang tak terkena penyakit ATPS ini. Salah satu tokoh yang melegenda adalag Sir Edmund Hillary dan sekondannya Sherpa Tenzing Norgay. 29 Mei 1953 membuktikan kualitas manusia yang mencapai puncak bukan untuk dirinya sendiri. Bertahun-tahun tertutup rapat siapa yang pertama kali menginjakan kaki ke puncak, agar tidak menimbulkan polemic, sejarah mencatat keduanya sebagai dwi tunggal penakluk Everest yang pertama.

Petinggi yang terjangkiti ‘Sir Edmund Hillary Spirit (SEHS), akan mengubah komunitas dan bahkan negara secara dramatisdan revolusioner. Ia ingin berada di puncak untuk menyejahterakan  yang ada di lereng atau lembah. Ia mampu melihat peluang untuk tampil dan berkonribusi buat pendukungnya. Tidak terpikirkan konsep “return on investment” atas biaya pilkada yang mencekik lehernya.

Kalau ini ang dipikirkan, pilkada menjadi semakin asyik. Bukan adu janji tapi adu bukti. Bukan pamer promosi tapi pamer prestasi. Semoga SEHS ini menjangkiti organisasi, bahkan komunitas dan negara kita. Hanya waktu kita akan merasakan negara yang ‘adil dan makmur serta’gemah ripah loh jinawi’. Ini bukan mimpi. Selamat dating “Sir”.  

sumber :

“LEAD TO BLESS” LEADER, Kepemimpinan yang menjamin Perusahaan BAHAGIA dan Karyawan SEJAHTERA, Paulus Bambang WS, Edit.Reyandra L.Toruan, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2012.

Sabtu, 26 Juli 2014

KARAKTERISTIK PEMIMPIN PERUSAHAAN YANG IDEAL DARI SUDUT PANDANG PSIKOLOGI ISLAM



 Kondisi global yang ditandai dengan persaingan yang makin ketat serta pasar bebas mengharuskan setiap perusahaan untuk mampu melakukan perbaikan berkelanjutan (continues improvement) agar mampu bersaing dan selanjutnya berkembang. Setiap perusahaan harus memiliki keunggulan kompetitif, kerjasama tim yang baik, kepercayaan dan penguasaan informasi yang memadai. Namun disamping semua faktor tersebut, faktor utama yang paling menentukan kesuksesan maupun keberhasilan perusahaan adalah pemimpin dalam perusahaan tersebut.
Sebagaimana diuraikan oleh Stephen R. Covey (1989) yang merupakan pakar psikologi dan manajemen organisasi dalam bukunya yang sangat terkenal The 7 Habits of Highly Effective Person bahwa faktor terpenting keberhasilan suatu organisasi sangat ditentukan oleh pemipinnya. Pemimpin yang efektif akan dapat memotivasi seluruh perangkat personalnya untuk memajukan organisasi dan mencapai tujuan organisasi dengan baik. Untuk itu pemimpin harus memiliki kriteria khusus dan memegang prinsip yang dapat menjadikannya pemimpin yang efektif.
Seorang pemimpinlah yang menentukan jalannya bisnis, sasaran-sasaran yang ingin dicapai baik internal maupun eksternal, aset dan skill yang diperlukan, kesempatan dan resiko yang dihadapi. Pemimpin perusahaan adalah ahli strategi yang memastikan bahwa sasaran organisasi akan dapat tercapai. Dalam hal ini perubahan sosial, inovasi tekhnologi dan meningkatnya kompetisi merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh setiap pemimpin. Oleh karena itu sangat dituntut bahwa pemimpin hendaknya memiliki talenta yang tinggi.
Menyadari peran pemimpin yang sangat sentral dalam organisasi, para ahli berusaha melakukan berbagai macam penelitian untuk mendapatkan kriteria-kriteria pemimpin yang terbaik. Sudah begitu banyak teori-teori kepemimpinan yang ditulis oleh para ahli, baik dalam maupun luar negeri. Namun cukup disayangkan aspek yang dibahas sebagian besar hanya dari sisi manajemen dan bidang keahlian saja. Sehingga konsep yang dihasilkan cenderung mengasingkan manusia dari manusia disekitarnya. Manajemen modern juga menganggap tenaga kerja merupakan faktor produksi belaka sehingga menciptakan manusia-manusia yang semakin hari semakin terasing dari kodratnya yang paling utama yaitu sebagai abdi Tuhan.
Perlunya Sisi Psikologi dan Spiritual dalam Kepemimpinan
Tidak dapat dipungkiri seorang pemimpin selain mengendalikan perusahaan harus juga mampu mengendalikan dirinya sendiri dan berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi tersebut tidak hanya terbatas pada anggota dengan pimpinan, tetapi dalam arti luas interaksi tersebut melibatkan orang-orang dengan siapa organisasi melakukan transaksinya, yaitu dengan klien atau customer, supplier, pers, dan sebagainya. Interaksi tersebut tentu saja tidak akan berlangsung baik dan lancar jika tidak didasari oleh adanya penghargaan antara satu dengan yang lainnya.
Seberapa besar nilai-nilai pelayanan dan sikap positif mendasari para anggotanya akan terbaca dalam konteks hubungan yang terjalin. Dalam hal inilah pemimpin menjadi suatu model bagi para anggotanya. Bagaimana ia bersikap tehadap orang lain, tidak hanya sekedar sebagai pimpinan yang memberi perintah tetapi yang terpenting adalah kemampuannya untuk menjalin secara harmonis dengan tidak hanya mengandalkan rasio semata tetapi mampu menempatkan emosi pada tempat yang semestinya.
Oleh karena itu kepemimpinan dalam perusahaan harus juga ditinjau dari perspektif psikologi dan spiritual. Sebenarnya orang-orang di barat juga sudah mulai membahas sisi spiritual dalam ilmu modern yang mereka kembangkan. Merekapun telah banyak melakukan penelitian-penelitian yang coba menggali sisi spiritual. Diantara hasil penelitian tersebut adalah apa yang diperoleh oleh Ludenthal dan Star yang membuktikan bahwa penduduk yang religius resiko mengalami stres jauh lebih kecil daripada mereka yang tidak religius dalam kehidupan sehari-harinya. Comstock dkk. dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahwa kegiatan keagamaan yang dilakukan secara teratur disertai dengan berdzikir, berdoa, ternyata dapat mengurangi resiko kematian akibat penyakir jantung koroner, emphysema (penggelembungan paru) dan lever sampai 50 persen.
Dalam penelitian lainnya yang dilakukan oleh Harrington, Juthani, Monakow, dan Goldstein yang mencoba mencari hubungan antara ilmu pengetahuan (neuroscientific) dengan dimensi spiritual. Walaupun belum dapat dibuktikan secara sempurna namun mereka dalam presentasinya yang berjudul Brain and Religion: Undigested Issues meyakini bahwa terdapat god spot dalam susunan saraf pusat manusia. Sebagai contoh, orang yang menderita kecemasan, kemudian diberi obat anti cemas, maka yang bersangkutan akan menjadi tenang. Namun orang yang sama bila memanjatkan doa dan dzikir ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa juga akan memperoleh ketenangan.
Psikologi dan Spiritual Menurut Pandangan Islam
Salah satu bidang yang paling berkembang dalam kajian spritual ini adalah bidang psikologi, dimana munculnya istilah kecerdasan spiritual yang dikenal dengan SQ oleh sepasang suami-isteri Danah Zohar dan Ian Marshal. Bahkan pada tahun 1984, World Health Organization (WHO) telah menambahkan satu dimensi lagi untuk menilai kesehatan manusia yaitu dimensi spiritual. Oleh American Psychiatric Association ini diadopsi dengan paradigma pendekatan bio-psycho-socio-spiritual.
Akan tetapi dalam pembahasan psikologi modern yang dikembangkan oleh barat, masalah spiritual belum dikaitkan dengan sisi agama. Seperti dapat kita lihat pada buku SQ, Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence (Danah Zohar dan Ian Marshal : 2000) sebagaimana dikritik oleh Ahmad Faqih HN dalam tulisannya, bahwa dikatakan tidak ada hubungan antara spiritualitas dengan religiusitas seseorang. Sampai-sampai dikatakan seorang atheis dan agnotis sekalipun bisa menjadi seorang memiliki kecerdasan spiritual.
Inti permasalahannya terletak pada cara pandang ilmu pengetahuan modern bahwa rasionalitas atau pancainderalah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran ini tentu saja berbeda dengan konsep Islam yang menempatkan wahyu disamping akal sebagai sumber pengetahuan. Hal ini menyebabkan ilmu pengetahuan modern termasuk didalamnya psikologi perlu mendapat perbaikan dan disesuaikan dengan prinsip Islam, dimana semua urusan harus dikembalikan kepada Al Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana firman Allah SWT "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan ta'atilah Rasul , dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul , jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya"(Qs. An-Nisaa' : 59).
Dan juga selaras dengan ajaran Islam yang merupakan rahmat bagi seluruh alam sebagaimana tercantum dalam Al Qur'an :"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk rahmat bagi semesta alam"(Qs. Al Anbiyaa':107). Selain itu, terkait dengan keserbamencakupan dan kelengkapan syari'ah (Qs. Al Maidah :4), maka syari'ah itu mesti menjadi landasan nilai sekaligus landasan legal bagi segenap aktivitas manusia, termasuk dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Akan tetapi yang harus menjadi perhatian disini adalah dimana Islam memberi penjelasan bahwa manusia diberi karunia akal untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan dunia. Sebagaimana hadits masyhur yang diriwayatkan oleh Muslim dimana Nabi Muhammad SAW ketika ditanya tentang metode pembuahan pohon kurma oleh sahabat. Hadits itu, dalam sebagian riwayat berbunyi: "Kalian lebih tahu tentang perkara dunia kalian"(Hadist ini diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Sahih-nya, dalam kitab Al Fadlail, dari riwayat Thalhah, Rafi' bin Khudaij, A'isyah, dan Anas r.a. (hadist-hadist no. 2361-2363) dari Shahih Muslim).
Psikologi Islam
Berangkat dari keterbatasan ilmu psikologi modern inilah yang menyebabkan para ilmuwan muslim mulai mengembangkan psikologi Islam. Disamping itu telah diketahui bahwa dalam sejarah Islam sendiri telah banyak para pemikir Islam yang menulis buku berkaitan dengan ilmu kejiwaan. Misalnya konsep perkembangan moral dan rasio seseorang bisa dibaca dalam karya klasik Ibn Thufail yang berjudul Hayy ibn Yaqzhan. Atau konsep-konsep umum mengenai nafs, qalb, atau akal yang dikemukakan oleh tokoh semacam al-Ghazali, Ibn Miskwaih, Ibnul Qoyyim al-Jauzi, dan lain-lain.
Dalam perkembangannya sebagaimana ditulis oleh Ahmad Faqih HN dalam artikelnya "Menggagas Psikologi Islami: Mendayung di Antara Paradigma Kemodernan dan Turats Islam" bahwa pengembangan psikologi Islam terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan psikologi modern dan kemudian bersentuhan dengan konsep-konsep psikologi yang dibahas dalam ajaran Islam. Mereka lalu mulai mencocokan dan mengintegrasikan ilmu psikologi yang mereka kuasai dengan apa yang ada dalam Al Qur'an dan Hadist serta khasanah klasik Islam, dan pada tingkat yang lebih lanjut mulai mengkritisi teori psikologi barat yang dinilai tidak sesuai.
Sedangkan kelompok kedua adalah mereka yang memang langsung menggali khasanah klasik Islam yang diantaranya membahas tentang ilmu kejiwaan manusia. Misalnya, Abdul Mujib dan Achmad Mubarok. Keduanya bukanlah psikolog dan tidak memiliki latar belakang pendidikan psikologi, namun mereka memiliki akses terhadap literatur-literatur berbahasa Arab yang di situ terhampar pemikiran-pemikiran cendekiawan muslim klasik yang bersinggungan dengan psikologi.
Perkembangan kajian psikologi Islam yang cukup pesat dari kedua kelompok tersebut memberi harapan bahwa nantinya psikologi Islam dapat digunakan sebagai mahzab kelima psikologi setelah psikoanalisis, behavioristik, humanistik, dan transpersonal. Akan tetapi kalau mau dicermati kedua model pengembangan tersebut masih memiliki kelemahan-kelemahan fundamental yang harus diwaspadai jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal. Misalnya, apabila terlalu memfokuskan pada pendekatan modern kemudian hanya melabelkannya dengan Islam, maka yang terjadi adalah bukan muncul suatu ilmu, melainkan hanya menempel-nempelkan yang dianggap cocok (labeling).
Sedangkan di sisi lain adalah adanya kebutuhan akan ilmu-ilmu baru yang memang belum ada dalam kajian para ilmuwan Islam masa pertengahan dan tidak dibahas Al Qur'an dan Hadist secara langsung. Ilmu-ilmu tersebut misalnya manajemen perusahaan, akuntansi modern, tekhnologi informasi dan komunikasi, dan lain-lain. Tetapi tentang hal yang tidak diketahui, secara konsep telah diberikan solusinya dalam Al Qur'an yaitu "…maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui"(An-Nahl :43).
Makna Pemimpin dan Kepemimpinan
Stogdill (1974) yang merupakan salah satu ahli yang banyak meneliti dalam bidang kepemipinan menyatakan dalam bukunya Handbook of Leadership. A Survey of Theory and Research bahwa definisi kepemimpinan yang ada hampir sama dengan jumlah orang yang mendefinisikannya. Ia sendiri dalam buku yang sama mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses atau tindakan untuk mempengaruhi aktivitas suatu kelompok organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan Locke (1997) sebagaimana dirangkum oleh Th. Agung M. Harsiwi (2003) menjelaskan kepemimpinan mencakup tiga elemen berikut :
1)  Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relational concept). Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para pengikut). Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin. Tersirat dalam definisi ini adalah premis bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan berrelasi dengan para pengikut mereka.
2)  Kepemimpinan merupakan suatu proses. Agar bisa memimpin, pemimpin harus melakukan    sesuatu. Seperti telah diobservasi oleh John Gardner (1986-1988) kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas. Kendati posisi otoritas yang diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki posisi itu tidak menandai seseorang untuk menjadi pemimpin.
3)  Kepemimpinan harus membujuk orang-orang lain untuk mengambil tindakan. Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukum, restrukturisasi organisasi, dan mengkomunikasikan visi.
Islam sebagai agama yang sempurna sangat memperhatikan tentang masalah kepemimpinan ini. Pemimpin yang dalam bahasa Al Qur'an disebut khalifah sangat sering disebutkan dan dibahas dalam Al Qur'an. Diantaranya ayat-ayat tersebut adalah : "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi" (Qs Al Baqarah :30), kemudian pada ayat yang lain Allah berfirman "Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia menyesatkan kamu dari jalan Allah" (Qs As Shaad:26), "Dialah yang menjadikan kami khalifah-khalifah dimuka bumi" (Qs Al Fathir : 39), dan masih ada banyak ayat-ayat yang lain.
Salah satu bukti pentingnya seorang pemimpin dapat kita lihat dari sebuah hadist yang memerintahkan untuk mengangkat seorang pemimpin walaupun hanya dalam keadaan berpergian dengan jumlah tiga orang, yaitu "Apabila ada tiga orang keluar bepergian, maka hendaklah mereka menjadikan salah seorang sebagai pemimpin" (H.R Abu Daud). Dan juga dapat kita lihat dari dalamnya sabda Rasululullah SAW, "Kamu semuanya pemimpin (di tempatdan bidangnya masing-masing) dan semua kamu akan diminta pertanggungjawabannya. Dan Imam (penguasa) itu adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawabannya" (H. R. Bukhari dan Muslim).
Pemimpin Perusahaan Yang Tangguh
Semua pekerjaan baik itu besar maupun kecil harus dilakukan oleh orang yang tepat, istilah populernya “the right man in the right place”. Rasulullah SAW beberapa abad yang lampau telah mengingatkan "Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya (tidak memiliki kapasitas untuk mengembannya), maka tunggulah saat kehancurannya" (H.R. Bukhari bab Ilmu).
Terlebih lagi urusan pemimpin yang memegang kendali terhadap apa yang dipimpinnya. Dalam hal ini pemimpin perusahaan yang ditangannya terletak masa depan perusahaan dan seluruh pihak yang merupakan stake holders perusahaan tersebut. Kepemimpinan sebagai salah satu penentu arah dan tujuan organisasi harus mampu menyikapi perkembangan zaman. Pemimpin yang tidak dapat mengantisipasi dunia yang sedang berubah ini, atau setidaknya tidak memberikan respon, besar kemungkinan akan memasukkan organisasinya dalam situasi stagnasi dan akhirnya mengalami keruntuhan.
Seorang pemimpin perusahaan yang ideal haruslah seorang yang mempunya kapabilitas dan profesionalitas agar dapat memimpin dengan manajemen dan sistem yang baik. Sudah begitu banyak buku manajemen dan psikologi yang ditulis oleh para ahli yang mencoba merumuskan karakteristik dari pemimpin perusahaan yang tangguh dan efektif. Dua buku yang paling populer membahas tentang ini adalah The 7 Habits of Highly Effective Person (Stephen R Covey : 1989) dan Managing People is like Herding Cats (Warren Bennis : 1997)
Dalam bukunya Stephen R Covey menguraikan bahwa beberapa kriteria pemimpin organisasi yang efektif adalah :
·      Mau terus belajar
    Pemimpin harus menganggap seluruh hidupnya sebagai rangkaian dari proses belajar yang          tiada henti untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasannya
·      Berorientasi pada pelayanan
    Seorang pemimpin yang baik akan melihat kehidupan ini sebagai misi bukan karir, dimana ukuran keberhasilan mereka adalah bagaimana mereka bisa menolong dan melayani orang lain, karena dasar yang melandasinya kepemimpinan adalah kesediaan untuk memikul beban orang lain.
·      Memberikan energi positif
    Energi positif yang dipancarkan akan dapat mempengaruhi orang-orang di sekitarnya, sehingga dapat tampil sebagai juru damai dan penengah untuk menghadapi dan membalikkan energi destruktif menjadi positif.
·         Mempercayai orang lain
     Dengan mempercayai orang lain maka seorang pemimpin dapat menggali dan menemukan kemampuan tersembunyi dari pekerjanya.
·         Memiliki keseimbangan hidup
    Pemimpin efektif merupakan pribadi seimbang, tidak berlebihan, mampu menguasai diri, bijak, tidak gila kerja dan menjadi budak rencana-rencana sendiri.
·         Jujur pada diri sendiri
   Sikap ini ditunjukkan dengan sikap mau mengakui kesalahan dan melihat keberhasilan sebagai hal yang berjalan berdampingan dengan kegagalan.
·         Mau melihat hidup sebagai sesuatu yang baru
    Pemimpin yang mampu dan mau melihat hidup sebagai sesuatu yang baru akan memiliki   kehendak, inisiatif, kreatif, dinamis dan cerdik.
·         Memegang teguh prinsip
    Mampu memegang teguh prinsip dan tidak mudah dipengaruhi, namun untuk hal harus dikompromikan dapat bersifat luwes.

·         Sinergistik
   Pemimpin harus bersikap sinergistik dan menjadi katalis perubahan, sehingga setiap situasi yang dimasukinya selalu diupayakan menjadi lebih baik karena selalu produktif dalam cara-cara baru dan kreatif.
·         Selalu memperbaharui diri
   Pemimpin harus bersedia secara teratur melatih empat dimensi kepribadian manusia, yaitu fisik, mental, emosi, dan spiritual untuk memperbarui diri secara bertahap.
Sedangkan Warren Bennis (1997) sebagaimana dirangkum oleh Cahyo Pramono dalam tulisannya di Waspada Online (26 Juli 2004) menulis dalam bukunya Managing People is like Herding Cats yang juga telah diterbitkan dalam versi bahasa Indonesia, mensyaratkan bahwa seorang pemimpin perusahaan yang tangguh haruslah mempunyai karakteristi-karakteristik berikut :
a) Pengenalan diri
            Secara pasti mereka mengenal kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki. Bahkan mereka   sering menggunakan jasa pihak lain untuk memberikan masukan dan pemahaman atas kepribadiannya. Dengan bekal pemahaman atas dirinya, mereka bergerak maju memperbaiki kekurangan dan melesat jauh bersama kelebihannya.
b) Terbuka terhadap umpan balik
         Pemimpin yang efektif mengembangkan sumber-sumber umpan balik yang bervariasi dan berharga mengenai perilaku dan kinerja mereka. Pemimpin yang efektif cenderung memiliki gaya yang terbuka. Dalam proses pembelajaran tersebut kadang pemimpin yang efektif dan dinamis menjadi sangat reflektif terhadap apa yang dikerjakan, kendati hal tersebut membuat mereka menjadi terbuka dan rawan terhadap kritik.
c) Pengambil resiko yang selalu ingin tahu
         Kebanyakan pemimpin adalah petualang, pengambil risiko dan selalu ingin tahu bahkan sangat ingin tahu. Mereka tampak mampu mengambil risiko sangat besar dan membiasakan dirinya selalu terlibat dalam situasi berbahaya yang mereka sadari sebelumnya. Hampir selalu terjadi, para pemimpin besar mengalami kemunduran, krisis, atau kegagalan dalam kehidupan mereka.
d)  Konsentrasi pada pekerjaan
         Mereka adalah orang-orang yang walaupun berkemampuan kecil dalam hubungan antar pribadi, tetapi memiliki tingkat konsentrasi yang luar biasa. Mata tajam mereka terfokus pada pekerjaan, perusahaan, sasaran-sasaran, dan misi misi mereka.
e)  Menyeimbangkan tradisi dengan perubahan
         Alfred North Whitehead pernah mengatakan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin efektif, anda harus memiliki keterikatan, baik dengan budaya maupun dengan kebutuhan akan revisi dan perubahan. Anda mesti waspada dengan tradisi, tetapi tak terjerat olehnya.                                                                                                              
f) Bertindak sebagai model dan mentor
         Pemimpin bangga menjadi seorang mentor dan merasakan kemenangan ketika mereka pada akhirnya berhasil melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Pemimpin menghargai kemenangan itu dengan menjadikan seluruh periode kehidupan sebagai proses belajar, dan memanfaatkan semua pengalaman secara didaktik.
Selain 2 diatas, masih banyak lagi rumusan ciri dan karakteristik pemimpin perusahaan yang tangguh dan efektif, diataranya adalah dati Enterprising Nation (1995), yang mensyaratkan untuk menjadi pemimpin perusahaan yang tangguh haruslah memiliki delapan kompetensi, yaitu: (a) people skills, (b) strategic thinker, (c) visionary, (d) flexible and adaptable to change, (e) self-management, (f) team player, (g) ability to solve complex problem and make decisions, dan (h) ethical/high personal standards.
Sedang American Management Association (1998) dalam buku Eighteen Manager Competencies yang mereka terbitkan sendiri, menuliskan 18 kompetensi yang harus dimiliki manajer tangguh, yaitu: (a) efficiency orientation, (b) proactivity, (c) concern with impact, (d) diagnostic use of concepts, (e) use of unilateral power, (f) developing others, (g) spontaneity, (h) accurate self-assessment, (i) self-control, (j) stamina and adaptability, (k) perceptual objectivity, (l) positive regard, (m) managing group process, (n) use of sosialized power, (o) self-confidence, (p) conceptualization, (q) logical thought, dan (r) use of oral presentation.
Rumusan-rumusan diatas sudah mencukupi dan dapat mewakili yang lain dalam merumuskan karakteristik pemimpin perusahaan yang tangguh dari perspektif psikologi dan manajemen. Namun berbeda dengan konsep modern yang melihat target hanyalah untuk mendapatkan keuntungan dunia, sebaliknya Islam lebih dari itu telah memberikan solusi agar yang kita kerjakan juga dapat menghasilkan keuntungan akhirat disamping dunia. Oleh karena itu konsep rumusan karakteristik pemimpin tangguh yang telah ada harus diintegrasikan dengan perinsip-prinsip yang sangat indah dari prinsip kepemimpinan Islam, sehingga yang didapatkan bukan hanya pemimpin perusahaan yang tangguh tetapi betul-betul seorang pemimpin perusahaan yang ideal.
2.Pemimpin yang tangguh + Prinsip Kepemimpinan Islam = Pemimpin Ideal
Sebagai sebuah agama yang komprehensif dan secara lengkap mengatur segala aspek kehidupan manusia, agama Islam memiliki prinsip-prinsip mendasar yang secara khusus mengatur penjabaran visi, misi, kewajiban, fungsi, tugas, wewenang, tanggung jawab manusia dimuka bumi ini. Tidak terkecuali dalam memimpin sebuah perusahaan, setiap pribadi yang mendapat amanah sebagai pemimpin harus tetap memegang prinsip-prinsip Islam yang sangat mulia.
Sebagaimana firman-Nya : "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu "(Al Baqarah :208).
Berkaitan dengan kepemimpinan yang termasuk didalamnya kepemimpinan dalam perusahaan, Islam juga telah memberikan konsep dan prinsip yang lengkap dan sempurna. Diantara prinsip yang paling utama untuk membentuk pemimpin yang ideal adalah :

a.       Prinsip Ibadah
      Seorang pemimpin yang pada hakekatnya adalah makhluk ciptaan-Nya, maka sudah seharusnya dalam seluruh amal perbuatannya didasarkan pada tujuan utama ikhlas mencari ridha Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya : "Dan tidak Ku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku" (Qs Adz Dzaariyat :56), dan juga pada ayat lain, "Dan hendaklah kamu beribadat kepada Allah saja dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun jua dan hendaklah kamu berbuat baik
kepada kedua ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, rekan sejawat, orang musafir yang terlantar dan juga hamba sahaya yang kamu miliki". (Qs An Nisa' : 36 ).
b.      Prinsip Amanah
     Seorang pemimpin yang mengaku beriman dan Islam, harus menjalankan 2 jenis amanah yang dibebankan kepadanya. Amanah yang pertama berasal dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Yaitu kewajiban untuk menjalankan segala perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya dan larangan Rasul-Nya. Menjalankan perintah dan menjauhi larangan itu, meliputi segala bidang, baik yang bersifat pibadi, maupun umum. Baik yang berhubungan langsung dengan Allah SWT (hablum minallahi) yang mengandung aspek ritual, maupun yang berhubungan dengan sesama manusia (hablum minannasi) yang mengandung aspek sosial.
     Amanah yang kedua adalah yang berasal dari manusia. Amanah ini meliputi berbagai hal yang menyangkut hajat hidup manusia sehari-hari, baik dalam urusan pribadi, maupun urusan bersama. Setiap individu yang mendapat amanah dari manusia untuk pemimpin mendapat beban amanah untuk mengurus, mengatur, memelihara dan melaksanakan kewajiban itu secara baik dan benar. Sebagaimana firman Allah SWT, "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu sedangkan kamu mengetahui (akibatnya)" (Qs. Al-Anfaal : 27-28), dan juga ayat-ayat lain yang bermakna sama.
12
c.        Prinspip Ilmu / Profesionalitas
      Prinsip ilmu maksudnya adalah semua pekerjaan itu harus dilakukan berdasarkan dengan ilmu pengetahuan, sebagaimana firman Allah : "Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan mengenainya "(Qs Al Israa': 36). Selain itu masih banyak ayat-ayat dalam Al Qu'an yang menggambar pentingnya ilmu, termasuk ayat yang pertama kali turun memerintahkan untuk ikra' (membaca).
     Nabi Muhammad SAW dalam salah satu hadist yang sudah sangat sering kita dengar mengatakan bahwa, "Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya (tidak memiliki kapasitas untuk mengembannya), maka tunggulah saat kehancurannya" (H. R. Bukhari bab Ilmu). Dan juga Imam Syafi'i yang merupakan salah satu ulama besar Islam mengatakan bahwa "barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan akhirat maka hendaklah dengan ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan dua-duanya maka hendaklah dengan ilmu." (Al-Majmu' Imam An-Nawawi).
d.       Prinsip Keadilan
     Allah SWT adalah yang Maha Adil dan sangat mencintai keadilan, hal itu dapat kita lihat dengan banyaknya perintah untuk berbuat adil di dalam Al Qur;an. Beberapa diantaranya adalah : "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan atau enggan menjadi
saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan."(An Nisaa :135), dan juga "Katakanlah : Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan. Dan : Luruskanlah muka mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan keta'atanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan "(Al A'raaf : 29).

e.       Prinsip Etos Kerja / Kedisiplinan
     Islam adalah agama yang mengajarkan kerja keras dan usaha disamping berdoa untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Islam tidak pernah mengajarkan untuk hanya tinggal berharap dan berpangku tangan. Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT bahwa, "yang demikian itu karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (Qs Al Anfaal : 53).
f.       Pada ayat :"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung" (QS Al Jumu'ah : 10), Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk segera bekerja setelah beribadah dan tidak hanya pasrah dengan alasan zuhud atau tawakkal. Maha benar Allah SWT yang telah berfirman :" Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dari negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari duniawi… "(Qs Al Qashash : 77)
g.      Prinsip Akhlaqul Qarimah
 Sebagai seorang yang beriman sudah sepantasnya kita mencontoh Rasulullah SAW dalam seluruh aspek kehidupan terutama menyangkut masalah akhlak. Semua orang yang mengenal beliau, baik kawan maupun lawan pastilah akan memuji kemuliaan akhlak dan kepribadian beliau. Bahkan 'Aisyah istri beliau ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah, mengatakan bahwa seperti Al Qur'an. Allah SWT sendiri dalam salah satu ayat memuji beliau dengan mengatakan : "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung" (Qs Al Qalam : 4).
 Allah SWT juga telah menyampaikan kepada manusia apabila ingin memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat agar mencontoh dan meneladani akhlak beliau, sebagaimana tersirat dalam ayat berikut, "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu dan bagi orang yang mengharap Allah dan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah " (QS Al Ahzaab : 21).
B. Penutup dan Kesimpulan
     Para ilmuwan dan pemikir Islam seharusnya berusaha lebih keras dalam melakukan pengembangan psikologi Islam yang diharapkan nantinya dapat menjadi penyeimbang konsep psikologi modern yang cenderung sekularistik. Konsep dan rumusan prinsip mulia yang dimiliki Islam apabila dapat diintegrasikan secara tepat dan cermat dengan konsep psikologi dan manajemen modern akan menghasilkan suatu konsep baru dalam menciptakan model kepemimpinan dalam perusahaan yang ideal. Seorang pemimpin tidak hanya dapat membawa perusahaan yang dipimpinnya melesat maju, akan tetapi yang terpenting adalah bisa membawa kebaikan di dunia dan akhirat untuk dirinya dan orang lain.
     Dalam firman-Nya yang mengatakan bahwa manusia adalah seorang pemimpin di muka bumi, mengisyaratan bahwa dalam diri manusia memang sudah tertanam jiwa-jiwa pemimpin. Tinggal si manusianya yang menentukan, apakah ia mau atau tidak menggali potensi tersebut. Potensi itulah yang idealnya harus terus digali dan dimaksimalkan dalam kehidupan, yang dalam contoh kecilnya adalah dalam hal memimpin perusahaan.
     Keberhasilan suatu perusahaan/organisasi sangat tergantung pada kemampuan leadership sang pemimpin. Kemampuan leadership sang pemimpin tersebut juga sangat dipengaruhi oleh karakternya. Pembentukan karakter inilah yang menjadi poin penting dalam pengembangan skill leadership. Pemimpin perusahaan yang ideal dalam psikologi Islam, umumnya memiliki karakter yang tangguh dan memiliki prinsip kepemimpinan Islam, yang didalamnya terdapat prinsip ibadah, amanah, ilmu, keadilan, etos kerja, dan akhlaqul karimah.
     Dalam menghadapi tantangan bisnis diera globalisasi seperti sekarang, sangatlah dituntut peran pemimpin perusahaan yang ideal, yang mampu menyeimbangkan antara kemampuan intelegensia, emosional, serta spiritual, yang meskipun dalam konsep psikologi barat, kemampuan spiritual tidak ada hubungannya dengan kereligiusan seseorang. Namun, pada hakekatnya, konsep spiritual tersebut merupakan implementasi dari konsep penghambaan manusia terhadap Tuhannya, sehingga ia tidak melupakan hakikat mereka dimuka bumi ini yang pada akhirnya kepemimpinannya tersebut akan dimintai pertanggung jawaban.






15

C.Sumber:
  • 1. Al Qur'an dan Hadist Nabi Muhammad SAW
  • 2. Covey, Stephen R. 1989. The 7 Habits of Highly Effective Person. New York : Simon & Schuster
  • 3. Faqih HN, Ahmad. 2004. Menggagas Psikologi Islami:Mendayung di Antara Paradigma Kemoderenan dan Turats Islam.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...