Sabtu, 26 Juli 2014

KARAKTERISTIK PEMIMPIN PERUSAHAAN YANG IDEAL DARI SUDUT PANDANG PSIKOLOGI ISLAM



 Kondisi global yang ditandai dengan persaingan yang makin ketat serta pasar bebas mengharuskan setiap perusahaan untuk mampu melakukan perbaikan berkelanjutan (continues improvement) agar mampu bersaing dan selanjutnya berkembang. Setiap perusahaan harus memiliki keunggulan kompetitif, kerjasama tim yang baik, kepercayaan dan penguasaan informasi yang memadai. Namun disamping semua faktor tersebut, faktor utama yang paling menentukan kesuksesan maupun keberhasilan perusahaan adalah pemimpin dalam perusahaan tersebut.
Sebagaimana diuraikan oleh Stephen R. Covey (1989) yang merupakan pakar psikologi dan manajemen organisasi dalam bukunya yang sangat terkenal The 7 Habits of Highly Effective Person bahwa faktor terpenting keberhasilan suatu organisasi sangat ditentukan oleh pemipinnya. Pemimpin yang efektif akan dapat memotivasi seluruh perangkat personalnya untuk memajukan organisasi dan mencapai tujuan organisasi dengan baik. Untuk itu pemimpin harus memiliki kriteria khusus dan memegang prinsip yang dapat menjadikannya pemimpin yang efektif.
Seorang pemimpinlah yang menentukan jalannya bisnis, sasaran-sasaran yang ingin dicapai baik internal maupun eksternal, aset dan skill yang diperlukan, kesempatan dan resiko yang dihadapi. Pemimpin perusahaan adalah ahli strategi yang memastikan bahwa sasaran organisasi akan dapat tercapai. Dalam hal ini perubahan sosial, inovasi tekhnologi dan meningkatnya kompetisi merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh setiap pemimpin. Oleh karena itu sangat dituntut bahwa pemimpin hendaknya memiliki talenta yang tinggi.
Menyadari peran pemimpin yang sangat sentral dalam organisasi, para ahli berusaha melakukan berbagai macam penelitian untuk mendapatkan kriteria-kriteria pemimpin yang terbaik. Sudah begitu banyak teori-teori kepemimpinan yang ditulis oleh para ahli, baik dalam maupun luar negeri. Namun cukup disayangkan aspek yang dibahas sebagian besar hanya dari sisi manajemen dan bidang keahlian saja. Sehingga konsep yang dihasilkan cenderung mengasingkan manusia dari manusia disekitarnya. Manajemen modern juga menganggap tenaga kerja merupakan faktor produksi belaka sehingga menciptakan manusia-manusia yang semakin hari semakin terasing dari kodratnya yang paling utama yaitu sebagai abdi Tuhan.
Perlunya Sisi Psikologi dan Spiritual dalam Kepemimpinan
Tidak dapat dipungkiri seorang pemimpin selain mengendalikan perusahaan harus juga mampu mengendalikan dirinya sendiri dan berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi tersebut tidak hanya terbatas pada anggota dengan pimpinan, tetapi dalam arti luas interaksi tersebut melibatkan orang-orang dengan siapa organisasi melakukan transaksinya, yaitu dengan klien atau customer, supplier, pers, dan sebagainya. Interaksi tersebut tentu saja tidak akan berlangsung baik dan lancar jika tidak didasari oleh adanya penghargaan antara satu dengan yang lainnya.
Seberapa besar nilai-nilai pelayanan dan sikap positif mendasari para anggotanya akan terbaca dalam konteks hubungan yang terjalin. Dalam hal inilah pemimpin menjadi suatu model bagi para anggotanya. Bagaimana ia bersikap tehadap orang lain, tidak hanya sekedar sebagai pimpinan yang memberi perintah tetapi yang terpenting adalah kemampuannya untuk menjalin secara harmonis dengan tidak hanya mengandalkan rasio semata tetapi mampu menempatkan emosi pada tempat yang semestinya.
Oleh karena itu kepemimpinan dalam perusahaan harus juga ditinjau dari perspektif psikologi dan spiritual. Sebenarnya orang-orang di barat juga sudah mulai membahas sisi spiritual dalam ilmu modern yang mereka kembangkan. Merekapun telah banyak melakukan penelitian-penelitian yang coba menggali sisi spiritual. Diantara hasil penelitian tersebut adalah apa yang diperoleh oleh Ludenthal dan Star yang membuktikan bahwa penduduk yang religius resiko mengalami stres jauh lebih kecil daripada mereka yang tidak religius dalam kehidupan sehari-harinya. Comstock dkk. dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahwa kegiatan keagamaan yang dilakukan secara teratur disertai dengan berdzikir, berdoa, ternyata dapat mengurangi resiko kematian akibat penyakir jantung koroner, emphysema (penggelembungan paru) dan lever sampai 50 persen.
Dalam penelitian lainnya yang dilakukan oleh Harrington, Juthani, Monakow, dan Goldstein yang mencoba mencari hubungan antara ilmu pengetahuan (neuroscientific) dengan dimensi spiritual. Walaupun belum dapat dibuktikan secara sempurna namun mereka dalam presentasinya yang berjudul Brain and Religion: Undigested Issues meyakini bahwa terdapat god spot dalam susunan saraf pusat manusia. Sebagai contoh, orang yang menderita kecemasan, kemudian diberi obat anti cemas, maka yang bersangkutan akan menjadi tenang. Namun orang yang sama bila memanjatkan doa dan dzikir ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa juga akan memperoleh ketenangan.
Psikologi dan Spiritual Menurut Pandangan Islam
Salah satu bidang yang paling berkembang dalam kajian spritual ini adalah bidang psikologi, dimana munculnya istilah kecerdasan spiritual yang dikenal dengan SQ oleh sepasang suami-isteri Danah Zohar dan Ian Marshal. Bahkan pada tahun 1984, World Health Organization (WHO) telah menambahkan satu dimensi lagi untuk menilai kesehatan manusia yaitu dimensi spiritual. Oleh American Psychiatric Association ini diadopsi dengan paradigma pendekatan bio-psycho-socio-spiritual.
Akan tetapi dalam pembahasan psikologi modern yang dikembangkan oleh barat, masalah spiritual belum dikaitkan dengan sisi agama. Seperti dapat kita lihat pada buku SQ, Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence (Danah Zohar dan Ian Marshal : 2000) sebagaimana dikritik oleh Ahmad Faqih HN dalam tulisannya, bahwa dikatakan tidak ada hubungan antara spiritualitas dengan religiusitas seseorang. Sampai-sampai dikatakan seorang atheis dan agnotis sekalipun bisa menjadi seorang memiliki kecerdasan spiritual.
Inti permasalahannya terletak pada cara pandang ilmu pengetahuan modern bahwa rasionalitas atau pancainderalah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran ini tentu saja berbeda dengan konsep Islam yang menempatkan wahyu disamping akal sebagai sumber pengetahuan. Hal ini menyebabkan ilmu pengetahuan modern termasuk didalamnya psikologi perlu mendapat perbaikan dan disesuaikan dengan prinsip Islam, dimana semua urusan harus dikembalikan kepada Al Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana firman Allah SWT "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan ta'atilah Rasul , dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan Rasul , jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama dan lebih baik akibatnya"(Qs. An-Nisaa' : 59).
Dan juga selaras dengan ajaran Islam yang merupakan rahmat bagi seluruh alam sebagaimana tercantum dalam Al Qur'an :"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk rahmat bagi semesta alam"(Qs. Al Anbiyaa':107). Selain itu, terkait dengan keserbamencakupan dan kelengkapan syari'ah (Qs. Al Maidah :4), maka syari'ah itu mesti menjadi landasan nilai sekaligus landasan legal bagi segenap aktivitas manusia, termasuk dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Akan tetapi yang harus menjadi perhatian disini adalah dimana Islam memberi penjelasan bahwa manusia diberi karunia akal untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan dunia. Sebagaimana hadits masyhur yang diriwayatkan oleh Muslim dimana Nabi Muhammad SAW ketika ditanya tentang metode pembuahan pohon kurma oleh sahabat. Hadits itu, dalam sebagian riwayat berbunyi: "Kalian lebih tahu tentang perkara dunia kalian"(Hadist ini diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Sahih-nya, dalam kitab Al Fadlail, dari riwayat Thalhah, Rafi' bin Khudaij, A'isyah, dan Anas r.a. (hadist-hadist no. 2361-2363) dari Shahih Muslim).
Psikologi Islam
Berangkat dari keterbatasan ilmu psikologi modern inilah yang menyebabkan para ilmuwan muslim mulai mengembangkan psikologi Islam. Disamping itu telah diketahui bahwa dalam sejarah Islam sendiri telah banyak para pemikir Islam yang menulis buku berkaitan dengan ilmu kejiwaan. Misalnya konsep perkembangan moral dan rasio seseorang bisa dibaca dalam karya klasik Ibn Thufail yang berjudul Hayy ibn Yaqzhan. Atau konsep-konsep umum mengenai nafs, qalb, atau akal yang dikemukakan oleh tokoh semacam al-Ghazali, Ibn Miskwaih, Ibnul Qoyyim al-Jauzi, dan lain-lain.
Dalam perkembangannya sebagaimana ditulis oleh Ahmad Faqih HN dalam artikelnya "Menggagas Psikologi Islami: Mendayung di Antara Paradigma Kemodernan dan Turats Islam" bahwa pengembangan psikologi Islam terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan psikologi modern dan kemudian bersentuhan dengan konsep-konsep psikologi yang dibahas dalam ajaran Islam. Mereka lalu mulai mencocokan dan mengintegrasikan ilmu psikologi yang mereka kuasai dengan apa yang ada dalam Al Qur'an dan Hadist serta khasanah klasik Islam, dan pada tingkat yang lebih lanjut mulai mengkritisi teori psikologi barat yang dinilai tidak sesuai.
Sedangkan kelompok kedua adalah mereka yang memang langsung menggali khasanah klasik Islam yang diantaranya membahas tentang ilmu kejiwaan manusia. Misalnya, Abdul Mujib dan Achmad Mubarok. Keduanya bukanlah psikolog dan tidak memiliki latar belakang pendidikan psikologi, namun mereka memiliki akses terhadap literatur-literatur berbahasa Arab yang di situ terhampar pemikiran-pemikiran cendekiawan muslim klasik yang bersinggungan dengan psikologi.
Perkembangan kajian psikologi Islam yang cukup pesat dari kedua kelompok tersebut memberi harapan bahwa nantinya psikologi Islam dapat digunakan sebagai mahzab kelima psikologi setelah psikoanalisis, behavioristik, humanistik, dan transpersonal. Akan tetapi kalau mau dicermati kedua model pengembangan tersebut masih memiliki kelemahan-kelemahan fundamental yang harus diwaspadai jika ingin mendapatkan hasil yang maksimal. Misalnya, apabila terlalu memfokuskan pada pendekatan modern kemudian hanya melabelkannya dengan Islam, maka yang terjadi adalah bukan muncul suatu ilmu, melainkan hanya menempel-nempelkan yang dianggap cocok (labeling).
Sedangkan di sisi lain adalah adanya kebutuhan akan ilmu-ilmu baru yang memang belum ada dalam kajian para ilmuwan Islam masa pertengahan dan tidak dibahas Al Qur'an dan Hadist secara langsung. Ilmu-ilmu tersebut misalnya manajemen perusahaan, akuntansi modern, tekhnologi informasi dan komunikasi, dan lain-lain. Tetapi tentang hal yang tidak diketahui, secara konsep telah diberikan solusinya dalam Al Qur'an yaitu "…maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui"(An-Nahl :43).
Makna Pemimpin dan Kepemimpinan
Stogdill (1974) yang merupakan salah satu ahli yang banyak meneliti dalam bidang kepemipinan menyatakan dalam bukunya Handbook of Leadership. A Survey of Theory and Research bahwa definisi kepemimpinan yang ada hampir sama dengan jumlah orang yang mendefinisikannya. Ia sendiri dalam buku yang sama mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses atau tindakan untuk mempengaruhi aktivitas suatu kelompok organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan Locke (1997) sebagaimana dirangkum oleh Th. Agung M. Harsiwi (2003) menjelaskan kepemimpinan mencakup tiga elemen berikut :
1)  Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relational concept). Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para pengikut). Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin. Tersirat dalam definisi ini adalah premis bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan inspirasi dan berrelasi dengan para pengikut mereka.
2)  Kepemimpinan merupakan suatu proses. Agar bisa memimpin, pemimpin harus melakukan    sesuatu. Seperti telah diobservasi oleh John Gardner (1986-1988) kepemimpinan lebih dari sekedar menduduki suatu otoritas. Kendati posisi otoritas yang diformalkan mungkin sangat mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki posisi itu tidak menandai seseorang untuk menjadi pemimpin.
3)  Kepemimpinan harus membujuk orang-orang lain untuk mengambil tindakan. Pemimpin membujuk pengikutnya melalui berbagai cara, seperti menggunakan otoritas yang terlegitimasi, menciptakan model (menjadi teladan), penetapan sasaran, memberi imbalan dan hukum, restrukturisasi organisasi, dan mengkomunikasikan visi.
Islam sebagai agama yang sempurna sangat memperhatikan tentang masalah kepemimpinan ini. Pemimpin yang dalam bahasa Al Qur'an disebut khalifah sangat sering disebutkan dan dibahas dalam Al Qur'an. Diantaranya ayat-ayat tersebut adalah : "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi" (Qs Al Baqarah :30), kemudian pada ayat yang lain Allah berfirman "Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia menyesatkan kamu dari jalan Allah" (Qs As Shaad:26), "Dialah yang menjadikan kami khalifah-khalifah dimuka bumi" (Qs Al Fathir : 39), dan masih ada banyak ayat-ayat yang lain.
Salah satu bukti pentingnya seorang pemimpin dapat kita lihat dari sebuah hadist yang memerintahkan untuk mengangkat seorang pemimpin walaupun hanya dalam keadaan berpergian dengan jumlah tiga orang, yaitu "Apabila ada tiga orang keluar bepergian, maka hendaklah mereka menjadikan salah seorang sebagai pemimpin" (H.R Abu Daud). Dan juga dapat kita lihat dari dalamnya sabda Rasululullah SAW, "Kamu semuanya pemimpin (di tempatdan bidangnya masing-masing) dan semua kamu akan diminta pertanggungjawabannya. Dan Imam (penguasa) itu adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawabannya" (H. R. Bukhari dan Muslim).
Pemimpin Perusahaan Yang Tangguh
Semua pekerjaan baik itu besar maupun kecil harus dilakukan oleh orang yang tepat, istilah populernya “the right man in the right place”. Rasulullah SAW beberapa abad yang lampau telah mengingatkan "Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya (tidak memiliki kapasitas untuk mengembannya), maka tunggulah saat kehancurannya" (H.R. Bukhari bab Ilmu).
Terlebih lagi urusan pemimpin yang memegang kendali terhadap apa yang dipimpinnya. Dalam hal ini pemimpin perusahaan yang ditangannya terletak masa depan perusahaan dan seluruh pihak yang merupakan stake holders perusahaan tersebut. Kepemimpinan sebagai salah satu penentu arah dan tujuan organisasi harus mampu menyikapi perkembangan zaman. Pemimpin yang tidak dapat mengantisipasi dunia yang sedang berubah ini, atau setidaknya tidak memberikan respon, besar kemungkinan akan memasukkan organisasinya dalam situasi stagnasi dan akhirnya mengalami keruntuhan.
Seorang pemimpin perusahaan yang ideal haruslah seorang yang mempunya kapabilitas dan profesionalitas agar dapat memimpin dengan manajemen dan sistem yang baik. Sudah begitu banyak buku manajemen dan psikologi yang ditulis oleh para ahli yang mencoba merumuskan karakteristik dari pemimpin perusahaan yang tangguh dan efektif. Dua buku yang paling populer membahas tentang ini adalah The 7 Habits of Highly Effective Person (Stephen R Covey : 1989) dan Managing People is like Herding Cats (Warren Bennis : 1997)
Dalam bukunya Stephen R Covey menguraikan bahwa beberapa kriteria pemimpin organisasi yang efektif adalah :
·      Mau terus belajar
    Pemimpin harus menganggap seluruh hidupnya sebagai rangkaian dari proses belajar yang          tiada henti untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasannya
·      Berorientasi pada pelayanan
    Seorang pemimpin yang baik akan melihat kehidupan ini sebagai misi bukan karir, dimana ukuran keberhasilan mereka adalah bagaimana mereka bisa menolong dan melayani orang lain, karena dasar yang melandasinya kepemimpinan adalah kesediaan untuk memikul beban orang lain.
·      Memberikan energi positif
    Energi positif yang dipancarkan akan dapat mempengaruhi orang-orang di sekitarnya, sehingga dapat tampil sebagai juru damai dan penengah untuk menghadapi dan membalikkan energi destruktif menjadi positif.
·         Mempercayai orang lain
     Dengan mempercayai orang lain maka seorang pemimpin dapat menggali dan menemukan kemampuan tersembunyi dari pekerjanya.
·         Memiliki keseimbangan hidup
    Pemimpin efektif merupakan pribadi seimbang, tidak berlebihan, mampu menguasai diri, bijak, tidak gila kerja dan menjadi budak rencana-rencana sendiri.
·         Jujur pada diri sendiri
   Sikap ini ditunjukkan dengan sikap mau mengakui kesalahan dan melihat keberhasilan sebagai hal yang berjalan berdampingan dengan kegagalan.
·         Mau melihat hidup sebagai sesuatu yang baru
    Pemimpin yang mampu dan mau melihat hidup sebagai sesuatu yang baru akan memiliki   kehendak, inisiatif, kreatif, dinamis dan cerdik.
·         Memegang teguh prinsip
    Mampu memegang teguh prinsip dan tidak mudah dipengaruhi, namun untuk hal harus dikompromikan dapat bersifat luwes.

·         Sinergistik
   Pemimpin harus bersikap sinergistik dan menjadi katalis perubahan, sehingga setiap situasi yang dimasukinya selalu diupayakan menjadi lebih baik karena selalu produktif dalam cara-cara baru dan kreatif.
·         Selalu memperbaharui diri
   Pemimpin harus bersedia secara teratur melatih empat dimensi kepribadian manusia, yaitu fisik, mental, emosi, dan spiritual untuk memperbarui diri secara bertahap.
Sedangkan Warren Bennis (1997) sebagaimana dirangkum oleh Cahyo Pramono dalam tulisannya di Waspada Online (26 Juli 2004) menulis dalam bukunya Managing People is like Herding Cats yang juga telah diterbitkan dalam versi bahasa Indonesia, mensyaratkan bahwa seorang pemimpin perusahaan yang tangguh haruslah mempunyai karakteristi-karakteristik berikut :
a) Pengenalan diri
            Secara pasti mereka mengenal kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki. Bahkan mereka   sering menggunakan jasa pihak lain untuk memberikan masukan dan pemahaman atas kepribadiannya. Dengan bekal pemahaman atas dirinya, mereka bergerak maju memperbaiki kekurangan dan melesat jauh bersama kelebihannya.
b) Terbuka terhadap umpan balik
         Pemimpin yang efektif mengembangkan sumber-sumber umpan balik yang bervariasi dan berharga mengenai perilaku dan kinerja mereka. Pemimpin yang efektif cenderung memiliki gaya yang terbuka. Dalam proses pembelajaran tersebut kadang pemimpin yang efektif dan dinamis menjadi sangat reflektif terhadap apa yang dikerjakan, kendati hal tersebut membuat mereka menjadi terbuka dan rawan terhadap kritik.
c) Pengambil resiko yang selalu ingin tahu
         Kebanyakan pemimpin adalah petualang, pengambil risiko dan selalu ingin tahu bahkan sangat ingin tahu. Mereka tampak mampu mengambil risiko sangat besar dan membiasakan dirinya selalu terlibat dalam situasi berbahaya yang mereka sadari sebelumnya. Hampir selalu terjadi, para pemimpin besar mengalami kemunduran, krisis, atau kegagalan dalam kehidupan mereka.
d)  Konsentrasi pada pekerjaan
         Mereka adalah orang-orang yang walaupun berkemampuan kecil dalam hubungan antar pribadi, tetapi memiliki tingkat konsentrasi yang luar biasa. Mata tajam mereka terfokus pada pekerjaan, perusahaan, sasaran-sasaran, dan misi misi mereka.
e)  Menyeimbangkan tradisi dengan perubahan
         Alfred North Whitehead pernah mengatakan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin efektif, anda harus memiliki keterikatan, baik dengan budaya maupun dengan kebutuhan akan revisi dan perubahan. Anda mesti waspada dengan tradisi, tetapi tak terjerat olehnya.                                                                                                              
f) Bertindak sebagai model dan mentor
         Pemimpin bangga menjadi seorang mentor dan merasakan kemenangan ketika mereka pada akhirnya berhasil melahirkan pemimpin-pemimpin baru. Pemimpin menghargai kemenangan itu dengan menjadikan seluruh periode kehidupan sebagai proses belajar, dan memanfaatkan semua pengalaman secara didaktik.
Selain 2 diatas, masih banyak lagi rumusan ciri dan karakteristik pemimpin perusahaan yang tangguh dan efektif, diataranya adalah dati Enterprising Nation (1995), yang mensyaratkan untuk menjadi pemimpin perusahaan yang tangguh haruslah memiliki delapan kompetensi, yaitu: (a) people skills, (b) strategic thinker, (c) visionary, (d) flexible and adaptable to change, (e) self-management, (f) team player, (g) ability to solve complex problem and make decisions, dan (h) ethical/high personal standards.
Sedang American Management Association (1998) dalam buku Eighteen Manager Competencies yang mereka terbitkan sendiri, menuliskan 18 kompetensi yang harus dimiliki manajer tangguh, yaitu: (a) efficiency orientation, (b) proactivity, (c) concern with impact, (d) diagnostic use of concepts, (e) use of unilateral power, (f) developing others, (g) spontaneity, (h) accurate self-assessment, (i) self-control, (j) stamina and adaptability, (k) perceptual objectivity, (l) positive regard, (m) managing group process, (n) use of sosialized power, (o) self-confidence, (p) conceptualization, (q) logical thought, dan (r) use of oral presentation.
Rumusan-rumusan diatas sudah mencukupi dan dapat mewakili yang lain dalam merumuskan karakteristik pemimpin perusahaan yang tangguh dari perspektif psikologi dan manajemen. Namun berbeda dengan konsep modern yang melihat target hanyalah untuk mendapatkan keuntungan dunia, sebaliknya Islam lebih dari itu telah memberikan solusi agar yang kita kerjakan juga dapat menghasilkan keuntungan akhirat disamping dunia. Oleh karena itu konsep rumusan karakteristik pemimpin tangguh yang telah ada harus diintegrasikan dengan perinsip-prinsip yang sangat indah dari prinsip kepemimpinan Islam, sehingga yang didapatkan bukan hanya pemimpin perusahaan yang tangguh tetapi betul-betul seorang pemimpin perusahaan yang ideal.
2.Pemimpin yang tangguh + Prinsip Kepemimpinan Islam = Pemimpin Ideal
Sebagai sebuah agama yang komprehensif dan secara lengkap mengatur segala aspek kehidupan manusia, agama Islam memiliki prinsip-prinsip mendasar yang secara khusus mengatur penjabaran visi, misi, kewajiban, fungsi, tugas, wewenang, tanggung jawab manusia dimuka bumi ini. Tidak terkecuali dalam memimpin sebuah perusahaan, setiap pribadi yang mendapat amanah sebagai pemimpin harus tetap memegang prinsip-prinsip Islam yang sangat mulia.
Sebagaimana firman-Nya : "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu "(Al Baqarah :208).
Berkaitan dengan kepemimpinan yang termasuk didalamnya kepemimpinan dalam perusahaan, Islam juga telah memberikan konsep dan prinsip yang lengkap dan sempurna. Diantara prinsip yang paling utama untuk membentuk pemimpin yang ideal adalah :

a.       Prinsip Ibadah
      Seorang pemimpin yang pada hakekatnya adalah makhluk ciptaan-Nya, maka sudah seharusnya dalam seluruh amal perbuatannya didasarkan pada tujuan utama ikhlas mencari ridha Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya : "Dan tidak Ku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku" (Qs Adz Dzaariyat :56), dan juga pada ayat lain, "Dan hendaklah kamu beribadat kepada Allah saja dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun jua dan hendaklah kamu berbuat baik
kepada kedua ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, rekan sejawat, orang musafir yang terlantar dan juga hamba sahaya yang kamu miliki". (Qs An Nisa' : 36 ).
b.      Prinsip Amanah
     Seorang pemimpin yang mengaku beriman dan Islam, harus menjalankan 2 jenis amanah yang dibebankan kepadanya. Amanah yang pertama berasal dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Yaitu kewajiban untuk menjalankan segala perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya dan larangan Rasul-Nya. Menjalankan perintah dan menjauhi larangan itu, meliputi segala bidang, baik yang bersifat pibadi, maupun umum. Baik yang berhubungan langsung dengan Allah SWT (hablum minallahi) yang mengandung aspek ritual, maupun yang berhubungan dengan sesama manusia (hablum minannasi) yang mengandung aspek sosial.
     Amanah yang kedua adalah yang berasal dari manusia. Amanah ini meliputi berbagai hal yang menyangkut hajat hidup manusia sehari-hari, baik dalam urusan pribadi, maupun urusan bersama. Setiap individu yang mendapat amanah dari manusia untuk pemimpin mendapat beban amanah untuk mengurus, mengatur, memelihara dan melaksanakan kewajiban itu secara baik dan benar. Sebagaimana firman Allah SWT, "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu sedangkan kamu mengetahui (akibatnya)" (Qs. Al-Anfaal : 27-28), dan juga ayat-ayat lain yang bermakna sama.
12
c.        Prinspip Ilmu / Profesionalitas
      Prinsip ilmu maksudnya adalah semua pekerjaan itu harus dilakukan berdasarkan dengan ilmu pengetahuan, sebagaimana firman Allah : "Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan mengenainya "(Qs Al Israa': 36). Selain itu masih banyak ayat-ayat dalam Al Qu'an yang menggambar pentingnya ilmu, termasuk ayat yang pertama kali turun memerintahkan untuk ikra' (membaca).
     Nabi Muhammad SAW dalam salah satu hadist yang sudah sangat sering kita dengar mengatakan bahwa, "Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya (tidak memiliki kapasitas untuk mengembannya), maka tunggulah saat kehancurannya" (H. R. Bukhari bab Ilmu). Dan juga Imam Syafi'i yang merupakan salah satu ulama besar Islam mengatakan bahwa "barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang menginginkan akhirat maka hendaklah dengan ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan dua-duanya maka hendaklah dengan ilmu." (Al-Majmu' Imam An-Nawawi).
d.       Prinsip Keadilan
     Allah SWT adalah yang Maha Adil dan sangat mencintai keadilan, hal itu dapat kita lihat dengan banyaknya perintah untuk berbuat adil di dalam Al Qur;an. Beberapa diantaranya adalah : "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan atau enggan menjadi
saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan."(An Nisaa :135), dan juga "Katakanlah : Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan. Dan : Luruskanlah muka mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan keta'atanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan "(Al A'raaf : 29).

e.       Prinsip Etos Kerja / Kedisiplinan
     Islam adalah agama yang mengajarkan kerja keras dan usaha disamping berdoa untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Islam tidak pernah mengajarkan untuk hanya tinggal berharap dan berpangku tangan. Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT bahwa, "yang demikian itu karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (Qs Al Anfaal : 53).
f.       Pada ayat :"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung" (QS Al Jumu'ah : 10), Allah SWT memerintahkan kepada manusia untuk segera bekerja setelah beribadah dan tidak hanya pasrah dengan alasan zuhud atau tawakkal. Maha benar Allah SWT yang telah berfirman :" Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dari negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari duniawi… "(Qs Al Qashash : 77)
g.      Prinsip Akhlaqul Qarimah
 Sebagai seorang yang beriman sudah sepantasnya kita mencontoh Rasulullah SAW dalam seluruh aspek kehidupan terutama menyangkut masalah akhlak. Semua orang yang mengenal beliau, baik kawan maupun lawan pastilah akan memuji kemuliaan akhlak dan kepribadian beliau. Bahkan 'Aisyah istri beliau ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah, mengatakan bahwa seperti Al Qur'an. Allah SWT sendiri dalam salah satu ayat memuji beliau dengan mengatakan : "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung" (Qs Al Qalam : 4).
 Allah SWT juga telah menyampaikan kepada manusia apabila ingin memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat agar mencontoh dan meneladani akhlak beliau, sebagaimana tersirat dalam ayat berikut, "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu dan bagi orang yang mengharap Allah dan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah " (QS Al Ahzaab : 21).
B. Penutup dan Kesimpulan
     Para ilmuwan dan pemikir Islam seharusnya berusaha lebih keras dalam melakukan pengembangan psikologi Islam yang diharapkan nantinya dapat menjadi penyeimbang konsep psikologi modern yang cenderung sekularistik. Konsep dan rumusan prinsip mulia yang dimiliki Islam apabila dapat diintegrasikan secara tepat dan cermat dengan konsep psikologi dan manajemen modern akan menghasilkan suatu konsep baru dalam menciptakan model kepemimpinan dalam perusahaan yang ideal. Seorang pemimpin tidak hanya dapat membawa perusahaan yang dipimpinnya melesat maju, akan tetapi yang terpenting adalah bisa membawa kebaikan di dunia dan akhirat untuk dirinya dan orang lain.
     Dalam firman-Nya yang mengatakan bahwa manusia adalah seorang pemimpin di muka bumi, mengisyaratan bahwa dalam diri manusia memang sudah tertanam jiwa-jiwa pemimpin. Tinggal si manusianya yang menentukan, apakah ia mau atau tidak menggali potensi tersebut. Potensi itulah yang idealnya harus terus digali dan dimaksimalkan dalam kehidupan, yang dalam contoh kecilnya adalah dalam hal memimpin perusahaan.
     Keberhasilan suatu perusahaan/organisasi sangat tergantung pada kemampuan leadership sang pemimpin. Kemampuan leadership sang pemimpin tersebut juga sangat dipengaruhi oleh karakternya. Pembentukan karakter inilah yang menjadi poin penting dalam pengembangan skill leadership. Pemimpin perusahaan yang ideal dalam psikologi Islam, umumnya memiliki karakter yang tangguh dan memiliki prinsip kepemimpinan Islam, yang didalamnya terdapat prinsip ibadah, amanah, ilmu, keadilan, etos kerja, dan akhlaqul karimah.
     Dalam menghadapi tantangan bisnis diera globalisasi seperti sekarang, sangatlah dituntut peran pemimpin perusahaan yang ideal, yang mampu menyeimbangkan antara kemampuan intelegensia, emosional, serta spiritual, yang meskipun dalam konsep psikologi barat, kemampuan spiritual tidak ada hubungannya dengan kereligiusan seseorang. Namun, pada hakekatnya, konsep spiritual tersebut merupakan implementasi dari konsep penghambaan manusia terhadap Tuhannya, sehingga ia tidak melupakan hakikat mereka dimuka bumi ini yang pada akhirnya kepemimpinannya tersebut akan dimintai pertanggung jawaban.






15

C.Sumber:
  • 1. Al Qur'an dan Hadist Nabi Muhammad SAW
  • 2. Covey, Stephen R. 1989. The 7 Habits of Highly Effective Person. New York : Simon & Schuster
  • 3. Faqih HN, Ahmad. 2004. Menggagas Psikologi Islami:Mendayung di Antara Paradigma Kemoderenan dan Turats Islam.

101 Tip Kilat Kepemimpinan



A.   Karakter kuat Seorang Pemimpin

1.      Karismatik
“ Karisma adalah hasil dari kepemimpinan yang efektif, bukan sebaliknya “. (Warren Bennis)

Seorang Pemimpin yang Karismatik akan disegani lawan maupun kawannya. Karismatik bukan lah sikap yang dibuat-buat, tetapi lebih cenderung pada pancaran alami yang  muncul dari dalam diri.

2.      Memiliki Integritas
“ Bukan posisi yang menjadikan seorang dianggap sebagai pemimpin tetapi kepemimpinannya lah yang membuat posisi. “ (Stanley Huffty)

Pemimpin yang memiliki integritas akan lebih disegani teman ataupun lawannya. Integritas seorang pemimpin akan membawa perubahan baik, karena dengan integritas tersebut, campur tangan pihak lain bisa diminimalisasi. Jika terlalu banyak campur tangan dari pihak luar, maka semakin banyak pula keinginan dari banyak pihak yang berbenturan. Integritas berguna untuk menjaga agar pemimpin tetap pada jalurnya, sehingga apa yang ditergetkan dengan mudah terpenuhi.

3.      Gunakan Kekuasaan Sesuai Porsinya.
“ Karakter adalah kekuasaan ; itu membuat teman- teman, menarik patronase dan dukungan, serta membuka jalan menuju kejayaan, kehormatan, dan kebahagiaan. “ ( J.Howe )

Kekuasaan adalah hal penting dalam kepemimpinan. Dengan kekuasaan, kita tahu batas-batas dalam memimpin. Tetapi kekuasaan bukanlah inti dari kepemimpinan sebab jika kekuasaan digunakan secara sewenang-wenang tentu akan membuat orang lain / orang yang dipimpin akan lengah dan cenderung akan memberontak. Jika sudah memberontak tentu akan terjadi konflik yang bisa menghancurkan tujuan yang hendak dicapai.

4.      Komitmen Tinggi
“ Seseorang yang belum pernah belajar untuk taat maka tidak akan menjadi komandan yang baik. “ (Aristoteles)

Komitmen bisa diibaratkan seperti ikatan. Orang yang sudah merasa terikat pada komitmen tertentu akan sulit untuk pindah pada komitmen lain. Jika seorang pemimpin memiliki komitmen tinggi, maka akan sangat efektif kerana bisa menjadi contoh bagi anak buah / bawahan.

5.      Memiliki Ketenangan
“ Jangan pernah mengungkapkan selluruh diri anda untuk orang lain ; menahan sesuatu dalam cadangan sehingga orang tidak pernah yakin jika mereka benar-benar tahu anda.” (Michael Korda)

Disaat sedang tegang dan genting, yang diperlukan bukanlah ketergesa-gesaan, tetapi suatu ketenangan. Ketenangan diperlukan untuk menata pikiran serta mengendalikan ketegangan dan kegentingan. Ketenangan dalam menghadapi masalah merupakan ciri seorang pemimpin yang berfikiran matang dan dewasa. Melihat para pemimpin dunia, kebanyakan dari mereka memiliki ketenangan dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan atau memerintah sesuatu.

6.      Bersikap Adil
Ingat bahwa seni besar dalam memrintah adalah untuk mengambil bagian yang adil dari sebuah pekerjaan.” (Nuh Porter)

Sikap adalah sikap mutlak yang harus dimiliki seorang pemimpin. Keadilan harus dimulai dari diri sendiri karena jika sudah mampu bersikap adil terhadap diri sendiri, maka akan lebih mudah adil terhadap terhadap orang lain. Dalam menangani masalah terhadap bawahan juga harus adil, jangan mentolerir kesalahan secara berlabihan sebab bisa membentuk semacam kebiasaan.

7.      Beretika
“ Hal utama dan kemenangan terbaik adalah menaklukkan diri sendiri.” (Plato)

Etika adalah hal penting dalam hubungannya dengan orang lain. Pemimpin yang beretika akan mampu menyesuaikan diri dimana pun dan kapan pun ia berada. Etika seorang pemimpin akan mencerminkan bagaimana kemampuan seorang pemimpin dan bagaimana dalam memimpin.

8.      Penuh Tanggung Jawab
“ Tanggung jawab pertama seorang pemimpin adalah mendefinisikan realitas dan yang terakhir  adalah mengucapkan terimakasih.” ( Max de Pree )

Semua keputusan dan tindakan selalu membawa pada banyak kemungkinan, disamping itu, juga memiliki konsekuensi tertentu yang bisa berakibat baik dan buruk. Seorang pemimpin pun harus memiliki rasa tanggung jawab apabila terjadi kesalahan yang dilakukan dirinya maupun yang dipimpinnya. Yang membedakan pemimpn dan yang dipmpin adalah tanggung jawabnya.

9.      Kepercayaan Diri Tinggi
“Optimisme dan kepercayaan diri adalh kekuatan pengganda.” (Colin Powell)

Percaya diri adalah hal peting dalam setiap melakukan tindakan . tanpa adanya rasa percaya diri, maka semua tindakan akan menjadi ragu-ragu. Pemimpin yang memiliki kepercayaan diri tinggi bisa diibaratkan sudah melangkah setengah jalan sebelum tujuan tercapai.Sikap percaya diri mutlak ada didalam jiwa seorang pemimipin, Percaya diri adalah salah satu modal dalam melakukan tindakan sebagai pemimpin.

10.  Tidak Tkut Perubahan
“Anda harus menjadi perubahan yang ingin anda lihat di dunia.” (M.K. Gandhi)

Perbahan dari seorang pemiimpin bukanlah untuk ditakuti, tetapi utnuk dikelola dengan baik. Perubahan adalah dinamika yang tidak bisa dihindarkan dalam sendi kehidupan. Adanya perubahan juga menuntut seorang pemimpin mau untuk dikoreksi dan belajar sesuatu yang baru

11.  Berani Berkorban
“Pengorbanan adalah proses berkelanjutan, bukan sesuatu pengorbanan suatu pengorbanan sekali bayar.” (John C. Maxwell)

Sifat sesungguhnya dari seorang pemimpin adalah pengorbanan. Semakin tinggi kepemimpinan maka akan semakin tinggi pula pengorbanannya. Pemimpin ideal adalah pemimpin yang tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga anak buah/ karyawannya. Dengan sikap seperti itu maka loyalitas akan terbangun dengan sendirinya.

12.  Menjunjung Tingi Kejujuran
“ Kejujuran adalah bab pertama dalam buku kebijaksanaan.” (Thomas Jefferson)

Kejujuran adalah hal mutlak dalam rangka menccapai tujuan. Tanpa adanya kejujuran, maka akan banyak hambatan yang berujung pada kegagalan pencapaian.

13.  Disiplin
“Bakat tanpa disiplin, seperti gurita dalam sepatu roda. Ada banyak gerakan, tetapi anda tidak pernah tahu apakah akan maju, mundur atau kesamping.” (H.Jackson Brown Junior)

Disiplin merupakan salah satu kunci utama keberhasilan. Banyak kegagalan yang diakibatkan karena tidak disiplin. Disiplin harus dimulai dari awal pengonsepan hingga sampai pelaksanaannya, sehingga dalam menjalankan tugas akan terarah dan tidak mengalami  hambatan.

14.  Memandang dari Sudut Lain
“ Riwayat seseorang belum selesai ketika ia kalah, riwayatnya selesai ketika ia menyerah.” (Richad Nixon)

Kemampuan memandang dari sudut lain merupakan kemampuan yang harus dimiliki setiap pemimpin. Seorang pemimpin harus pandai menempatkan diri dan harus mampu memahami berbagai sudut pandang  yang berbeda. Jika mampu memandang dari sudut yang berbeda dengan baik, maka tujuan akan mudah tercapai

15.  Berwibawa
“Wibawa adalah kilau pada orang dan tidak dapat dibeli dengan uang. Wibawa adalah energi tidak terlihat dengan efek terlihat.” (Marianne Williamson)

Berwibawa adalah salah satu syarat seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang berwibawa akan membuat orang segan padanya. Akan tetapi, jika seorang pemimpin tidak memiliki wibawa maka akan diremehkan oleh lawannya, bahkan diremehkan pula oleh anak buahnya. Dengan wibawa pula, seorang pemimpin akan dengan mudah mempengaruhi anak buah

16.  Keinginan untuk Memimpin
“seorang pemimpin ibarat seorang pedagang di harapan.” (Napoleon Bonaparte)

Keinginan memimpin adalah hal penting yang harus dimiliki seorang pemimpin. Jika tidak memiliki keinginan memimpin, maka yang ada hanyalah persaan terpaksa dan akan menemui kegagalan. Persaan terpaksa tersebut akan berpengaruh pada kinerja karena dengan keterpaksaan akan membuat kerja tidak sepenuh hati dan tidak memiliki gairah untuk memimpin. Pemimpin yang baik akan menganggap sebuah kepercayaan sebagai tanggung jawab bukan keterpaksaan.

17.  Proaktif
“Ketepatan kata-kata yang anda gunakan adalah jauh lebih penting dibandingkan dengan energi, intensitas, dan keyakinan anda menggunakannya.” (Jules Rose)

Sikap proaktif bisa diartikan sebagai sikap menahan diri terhadap situasi, namun dengan toleransi tertentu. Seorang pemimpin juga harus memiliki sikap proaktif karena dengan proaktif, maka akan dicintai bawahannya.

18.  Objektif Dalam Menilai
“ Yang paling menarik informasi berasal dari anak-anak karena mereka mengatakan semua yang mereka tahu dan kemudian berhenti.” (Mark Twain)

Kemampuan menilai segala hal secara objektif sangatlah diperlukan agar mampu melihat sesuat secara jujur dan menyeluruh.  Jika memiliki kemampuan menilai secara objektif tentu tidak ada yang namanya kolusi dan nepotisme, pemimipin yang memiliki kemapuan demikian maka akan mampu membentuk tim yang solid, sehingga akan memudahkan dalam mencapai tujuan. Penilian secara objectif akan berpengaruh pada keutuhan tim dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Jika mampu menilai secara objektif maka tidak ada lagi pihak yang merasa iri atau dianaktirikan


B.   Memiliki Visi dan Misi yang jelas

19.             Fokus terhadap Tujuan
“jika akan mengalihkan pandangan tujuan anda, maka sebuah hambatan akan menjadi hal yang sangat menakutkan.” (Hendry Ford)

Tanpa adanya fokus maka akan berpindah-pindah sesuai mood. Jika sudah tidak fokus maka bisa ditebak bahwa anda akan terombang-ambing dalam ketidakpastian yang mengkibatkan tujuan tidak tercapai.

20.  Orientasi untuk Melayani
“Hal pertama untuk menajadi seorang pemimpin adalah dengan menjadi pelayan.” ( John C. Maxwell)

Seorang pemimpin pada dasarnya ada kerana diangkat oleh yang dipimpin. Dengan kata lain ada beban yang harus dipikul oleh seorang pemimpindan harus dipertanggungjawabkan  bersama. Orintasi untuk melayani berhubungan dengan apa yang harus diberikan seorang pemimpin terhadap yang dipimpin  dan juga tanggung jawab moral. Seorang pemimin tidak hanya dinilai dari kemampuan intelektual saja, namun juga kemampuan berhubungan dengan orang lain. Jadi, pemimpin yang baik harus memiliki orientasi untuk melayani bukan dilayani.


21.  Berorientasi pada Pengembangan
“hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.” (Pepatah)

Sesuatu itu butuh pengembangan guna menyesuaikan dengan perubahan. Hal itu juga berlaku dalam mengembangkan cara kerja dan keutuhan tim. Oleh karena itu, diperlukan adanya pengembangan, mencari ide baru, dan eksperimen yang berguna untuk tim. Dan jangan lupa menginplementasikan pengembangan, ide, dan eksperimen yang dlakukan.

22.  Pemimpin bukan Majikan
“ Ciri pemimpin adalah mereka tidak memulai dengan pertanyaan (apa yang saya inginkan?), mereka memulai dengan bertanya (apa yang perlu dilakukan?).” (Peter Drucker)

Pemimpin sangat berbeda dengan majikan. Pemimpin ada karena ada yang dipimpin. Memimpin sama saja mamanggul amanat yang berguna demi kemaslahatan bersama. Jadi, seorang pemimpin harus membuang jauh-jauh pemikiran terus-menerus dilayani.

23.  Rencana kerja yang Matang
“Aku memimpikan oran-orang yang mengambil langkah berikutnya, bukannya mencemaskan ribuan langkah berikutnya.” (Theodore Roosevelt)

Rencana kerja yang matang dan tidak terburu-buru, akan membawa hasil lebih baik dibandingkan dengan renana yang dibuat terburu-buru dan asal-asalan. Kunci penyusunan rencana yang matang adalah adanya kesiapan untuk melaksanakan dan kemampuan yang sesuai dengan rencana-rencana kedepan.
Kemampuan lebih merujuk pada tingkat kemampuan sumber daya manusia untuk merealisasikan rencana

24.   Penuh denga Inovasi Brilian
“Inovasi membedakan antara pemimpin dan pengikut.” (Steve Jobs)

Inovasi bisa dikatakan sebagai sebuah pembaruan. Dalam memimpin diperlukan sebuah pembaruan yang akan membuat tim semakin solid karena adanya pembaruan akan membuat penyegaran, sehingga tidak membosankan. Pembaruan tidak harus dilakukan secara radikal, namun ada tahap-tahap tertentu sehingga tidak menimbulkan kekagetan tim. Mulailah pembaruan tersebut dari hal-hal kecil yang kadang terabaikan.

25.  Teruslah Melangkah walaupun setapak
“Sukses itu tergantung usaha.” (Sophocles)

Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mangarahkan diri sendiri dan bawahannya untuk selalu tetap melanngkah dalam rangka mencapai tuk=juan, meskipun langkah tersebut setapak demi setapak. Yang dibutuhkan bukan langkah cepat atau tidak beraturan, tetapi langkah yang konsisten. Adanya konsistensi tersebut tidak akan membuat Stagnan. Jadi melangkah secara konsisten walaupun setapak.

26.  Mampu Mengagendakan sesuatu
“ Kunci Sukses adalah turun langsung kebawah dan mendengarkan apa yaang dikatakan oleh teman. Keterlibatan semua orang adalah penting. Ide-ide terbaik kami datang dari karyawan pada tingkat bawah.” ( sam Walton)

Kemampuan mengagendakan sesuatu akan berpengaruh pada kinerja secara kontinu. Mengagendakan sesuatu bisa diwujudkan dalam bentuk mencatat semua aktivitas dan pelaksanaan tugas. Perjanjian-perjanjian dengan pihaktertentu yang berhubungan dengan dengan tim juga perlu diagendakan supaya tidak terjadi kekacauan jadwal. Dan perlu diperhatikan untuk mengagendakan pertemuan dengan anak buah. Dengan pertemuan dengan anak buah akan diketahui kesulitan dan saran dari bawahan secara langsung. Hal ini merupakan hal penting karena yang melaksanakan dilapangan adalah bawahnanya, sedangkan pemimpin cenderung sebagai konseptor.

27.  Pertumbuhan Eksplosif
“ untuk menambahkan pertumbuhan, pemimpinlah para pengikut. Untuk melipatgandakan pertumbuhan maka pimpinlah para pemimpin.” (John C. Maxwell)

Untuk memperoleh pertumbuhan yang eksplosif diperlukan adanya semangat ekstra dan konsisten dengan apa yang akan dicapai. Bahkan, harus senang dan fokus pada target. Bukan tingkat pendidikan, kemampuan intelektual, dan keberuntungan semata faktor yang membuat sesorang sukses, tetapi semangan juga berperann sangat penting. Jika menginginkan pertumbuhan yang eksplosif makan harus memimpin para pemimpin. Hal itu dengan pertimbangan bahwa jika memimpin para pemimpin maka pertumbuhan berlipat akan mudah dicapai.


C.   Menggiring tanpa Paksaan

28.  Memiliki pengaruh
“ Kepemimpinan adalah Pengaruh.” (John C. Maxwell)

Syarat utama untuk memimpin adalah mempunyai pengaruh. Kunci memiliki pengaruh adalah kemampuan menggiring orang lain untuk mengikuti. Jika sudah mampu mempengaruhi orang lain, maka akan lebih mudah mewujudkan apa yang akan dicanangkan.

29.  Menggiring tanpa paksaan
“Jika orang menghormati seseorang sebagai individu, mereka akan mengaguminya. Jika mereka menghormatinya sebagai sahabat, mereka akan mengasihinya. Jika menghormatinya sebagai pemimpin, mereka akan mengikutinya.” (John C. Maxwell)

Pengaruh dalam kepemimpinan adalah hal vital, namun hal lain yang cukup vital adalah menggiring tanpa paksaan. Memimpin orang lain dengan elegan. Elegan bisa diartikan membuat orang lain mengikuti kemuan anda dengan sukarela tanpa terbebani oleh rasa takut ataupun terpaksa. Dengan demikian tujuan akan lebih cepat terwujud.

30.  Kemampuan Memotivasi Siri Sendiri dan Orang Lain
“ Jika tindakan anda mengilhami orang lain untuk bermimpi lebih, belajar lebih, dan menjadi lebih baik maka anda adalh seorang pemimpin.” (John Q.Adam)

Seorang pemimpin harus memiliki motivasi kuat karana dengan motivasi yang kuat, pemimpin akan sanggup untuk memotivasi yang dipimpinnya. Kamampuan untuk memotivasi orang lain akan sangat berguna manakala orang lain terpuruk. Disaat orang lain terpuruk, tentunya memerlukan motivasi untuk bangkit. Jika seorang pemimipin mampu memotivasi  orang yang di pimpin, jika orang tersebut sudah bangkit, tentu loyalitas terhadap pemimpin akan semakin kuat karena adanya ikatan emosional. Ikatan emosinal tersebut muncul karena pemimpin seolah menjadi pencerah terhadap orang tersebut.

31.  Mampu membuat ketergantungan
“anda telah mecapai kesempurnaan sebagai seorang pemimpin jika orang mengikuti anda ke mana-mana walaupun hanya karena ingin tahu.” (Colin Powell)

Jika memiliki kemampuan membuat orang lain ketergantungan terhadapa anda, maka anda memiliki ciri seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah orang yang memilliki kelebihan tertentu. Kelebihan itulah yang membuat orang lain sangat bergantung pada anda. Seorang pemimpin adalah sosok pemersatu yang mampu membuat massa yang dipimpinya merasa tergantung padanya. Pada dasarnya, seorang pemimpin pun tergantung pada massa yang dipimpinnya dalam rangka mencapai tujuan.

32.  Memiliki Daya Tarik
“Seorang pemimpin memiliki visi dan keyakinan bahwa mimpi dapat dicapai. Ia menginspirasi kekuatan dan energi untuk menyelesaikannya.” ( Ralph Lauren)

Pemimpin harus memiliki daya tarik agar disenangiorang lain. Daya tarik seorang pemimpin akan memikat anak buah atau lawan sekalipun. Daya tarik bisa ditunjukan dari perkataan, gesture, ataupun tindakan nyata. Daya tarik seorang pemimpin bisa diibaratkan sebuah magnet, orang lain akan mendekat dengan sendirinya tanpa disuruh manakala pemimpin memiliki daya tarik yang baik. Daya tarik juga bisa mengubah lawan menjadi kawan.

33.  Perkataan dan tindakan beriringan
“ Tanyakanlah pada diri sendiri apakah perkataan anda cocok dengan perbuatan anda.” (John C. Maxwell)

Banyak kasus ketidakpercayaan, ketidakpatuhan, hingga ketidaknyamanan karena kepemimpinan yang tidak sesuai antara ucapan dan tindakan. Pemimpin adalah panutan yang dipimpin. Oleh karena itu, setiap tindak tanduk pemimpin akan selalu diperhatikan bawahannya. Jika pemimpin berbuat baik, tentu saja ada kecendurungan bawahannya akan berlaku demikian.

34.  Sentuh Hati dan Orang akan mengikutinya
“ untuk memimpin diri sendiri gunakanlah rasio anda dan untuk memimpin orang lain gunakanlah hati anda.” (Anonim)

Memahami karakter setiap orang agar mudah diterima dan jangan sekali-kali menyamaratakan bahwa orang harus sesuai keinginan pemimpin. Pendekatan dari hati ke hati itu lebih penting daripada mengedepankan akal dalam menghadapi orang lain. Ikatan emosional seseorang kadang lebih besar dibandingkan rasionalnya. Oleh karena itu, sentuh hati orang lain dan orang lain akan dengan sukarela mengikuti.

35.  Pencitraan diri yang kuat
“ Sebuah nama baik akan bersinar selamanya.” (Anonim)

Setiap pemimpin harus memiliki pencitraan diri positif yang kuat sebab dari pencitraan tersebut akan membuat yakin pihak lawan maupun kawan. Pencitraan diri luar bisa dilihat dari penampilan fisik, bahasa tubuh, dan suara. Penampilan fisik yang rapih akan membawa kesan berwibawa. Bahasa tubuh pun demikian harus mencerminkan seorang pemimpin dan jangan sampai selengekan. Bahasa tubuh yang selengekan akan menurunkan wibawa sebagai seorang pemimpin. Sedangkan pencitraan diri dari dalam erat hubungannya dengan kebiasaan yang tercermin dari karakter pribadi. Jika pencitraan bagus, baik dilihat dari luar ataupun dalam, maka anda adalah ciri pemimpin sejati.

36.  Banyak Memiliki Prestasi
“Keteladanan adalah kepemimpinan.” (A. Schweitzer)

Orang yang berprestasi tentu lebih memiliki karisma lebih dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki prestasi sama sekali. Prestasi bukan hanya kemampuan dalam intelektual semata, namun juga dalam pergaulan dan memimpin keluarga.  Prestasi bisa diwujudkan dalam bentuk apapun. Semakin memiliki banyak prestasi, maka semakin disegani dan dihormati pula oleh bawahan atau anak buah.


D.    Efektif dan Efisien dalam berkomunikasi

37.  Komunikasi Efektif
“ Mengembangkan kemampuan komunikasi yang baik adalah sangat penting untuk kepemimpinan yang efektif. Pemimpin harus dapat berbagi pengetahuan dan ide-ide untuk mengirimkan rasa urgensi dan antusiasme pada orang lain.” ( Gilbert Amelio)

Jika sebagai seoarang pemimpin, maka komunikasi dengan orang yang dipimpin harus intens dan berkelanjutan. Tidak pernah berkomunikasi dengan bawahan adalah kesalahan fatal seoarang pemimpin. Dengan bekomunikasi bisa diketahui segala hanbatan dan berbagai masalah. Bukan berarti sebagai seorang pemimpin harus menunggu laporan dari bawahan, tetapi juga harus aktif bertanya pada bawahan agar informasi tetap up to date. Adanya komunikasi juga diharapkan akan menambah kekuatan emosional antara pimpinan dan bawahan. Disamping itu, adanya komunikasi yang efektif juga membuat anak buah merasa dipehatikan oleh pemimpinnya.

38.  Menghargai bawahan
“Hal yang terbaik dari para pemimpin adalah ketika pekerjaan telah selesai dan tugas pun selesai, kemudian akan mengatakan bahwa kami telah melakukannya.” (Lao Tzu)

Tidak hanya pemimpin saja yang butuh dihargai, bawahan pun membutuhkan penghargaan karena pada dasarnya antara pemimpin dan bawahan adalah manusia biasa. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang menghargai bawahannya. Pemimpin tidak pernah ada jika tidak ada yang dipimpin. Pemimpin dan bawahan adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hal yang terpenting adalah sikap saling mengerti dan menghargai batas-batas antara pimpinan dan bawahan.

39.  Memiliki Fleksibilitas
“ ada orang yang dapat terus memimpin ketika laut tenang.” (Pabililius Syrus)

Seorang pemimpin juga harus fleksibel tehadap keadaan tertentu. Pemimpin yang kaku cenderung akan menemui banyak kesulitan. Usahaknlah membuat anakbuah nyaman dan memahaimi masalah yang dialaminya. 

40.  Koordinasi Intens
“ Akal sehat adalah bakat melihat hal-hal sebagaiman adanya dan melakukan hal-hal sebagaimana seharusnya dilakukan.” (Harriet Beecher Stowe)

Salah satu tugas pemimpin adalah mengoordinasi anak buah atau bawahannya. Tanpa adanya koordinasi yang baik, maka mustahil tugas-tugas yang diberikan pada bawahan akan terlaksana. Banyak kegagalan diakibatkan karena tidak ada pengoorganisasian  tugas dan wewenang dengan baik.  Koordinasi harus dilakukan secara intens atau pun secara bekala karena dari koordinasi tersebut dapat dilihat sejauh mana pelaksanaan tugas dan kemampuan setiap anggota.

41.  Pendengar yang baik
“ Pengetahuan berbicara, tetapi kebijaksanaan  mendengarkan.” (Jimi Hendrix)

Seorang pemimpin juga harus menjadi pendengar yang aktif. Pendengar yang aktif disini bisa diartikan sebagai pendengar yang mampu menganalisis setiap informasi yang berasal dari mana pun. Kepekaan terhadap permasalahan dan isu  yang sedang berkembang mutlak diperlukan. Kemampuan sebagai pendengar yang aktif perlu diasah setiap hari dengan cara memahami permasalahan dan isu secara menyeluruh dan tidak sepotong –sepotong untuk menghindari salah penafsiran dan salah pemahaman.

42.  Kemampuan berbicara dengan tepat
“ Karakter mannusia dapat dipelajari dari kata sifat yang biasa digunakan dalam percakapan.” (Mark Twain)

Hal ini berkaitan dengan kecepatan dan tekanan intonasidalam berbicara. Banyak sekali kegagalan diakibatkan oleh ketidakmampuan dalam berbicara secara tepat. Kecepatan dalam mengucapkan sesuatu itu sangat berpengaruh pada penangkapan si anak buah. 

43.  Berikan Perintah secara halus
“Hidup adalah pelajaran panjang dalam kerendahan hari.” (James M. Barrie)

Sifat orang pada dasarnya adalah ingin dihargai orang lain. Setidaknya ada kata kunci dalam memberikan perintah, yaitu ‘Maaf’, ‘Tolong,’ dan ‘terimakasih’. Ketiga kata tersebut adalah kata ampuh dalam melakukan perintah terhadap bawahan. Pemimpin yang memiliki sopan santun lebih akan dicintai anak buah atau bawahannya.

44.  Kemampuan Membangun Fondasi hubungan
“ Bahan paling penting untuk membangun kesuksesan adalah mengetahui bagaimana bergaul dengan banyak orang.” (Theodore Roosevelt)

Hal penting yang tidak boleh dilupakan seorang pemimpin adalah kemampuannya dalam membangun fondasi hubungan dengan orang lain. Adanya hubungan dengan pihak lain berguna dalam rangka mencapai tujuan. Semakin banyak berhubungan dengan orang lain, maka semakin banyak pula relasi. Dari banyaknya relasi tersebut bisa dipelajari kekurangan dan kelebihannya, sehingga bisa bermanfaat. Fondasi hubungan yang kuat dengan relasi akan embuat ikatan emosional tersendiri, sehingga ketika membutuhkan bantuan , maka akan dengan mudah relasi kita akan mengulurkan bantuan.

45.  Kecerdasan Diplomasi
“ Seni Komunikasi adalah bahasa kepemimpinan.” (James humes)

Kecerdasan berdiplomasi akan sangat berguna manakala menghadapi masalah pelik dengan menghasilkan kemenangan yang elegan. Seorang pemimpin akan lebih memilih berdiplomasi terlebih dahulu dibandingkan dengan langsung menyerang lawan. Dari diplomasi tentu bisa didapatkan mengapa pihak lawan bertindak demikian. Kecerdasan diplomasi seorang pemimpin akan mencerminkan seberapa hebat kemampuannya dalam memimpin.

46.  Selalu mengucapkan kata-kata baik
“ Hidup adalah pelajaran panjang dalam kerendahan hari.” (James M. Barrie)

Kata –kata baik yang diucapkan seorang pemmimpin akan memberikan dorongan kuat bagi anak buahnya. Kata-kata baik juga akan berpengaruh pada teman dan orang lain disekitar anda. Baik dan buruknya kata akan memengaruhi penilaian terhadap terhadap diri kita. Sangat tidak pantas seorang pemimpin sering mengucaapkannn kata-kata kotor.

47.  Hindari permusuhan Pribadi
“Teman bisa datang dan pergi, tetapi musuh menumpuk.” (Thomas jones)

Sekecil apapun permusuhan antara pemimpin dan bawahan atau antara bawahan dengan bawahan, maka akan berefek terhadap kinerja tim secara keseluruhan. Pemimpin dengan bawahan adalah sebuah tim yang tidak bisa dipisahkan. Jadi, seorang pemimpin jangan sampai menuai permusuhan dengan bawahannya. Pemimpin juga harus bisa menjadi penengah jika terjadi permusuhan antara bawahan dengan bawahan.

48.  Adakalanya Diam
“Diam adalah argumen yang dilakukann dengan cara lain.” (Ernesto “Che” Guevara)

Adakalanya pemimpin bersikap diam. Diam disini dalam konteks ketika orang lain atau bawahan sedang berbicara atau mengemukankan sesuatu. Pemimpin yang baik adalah pendengar yang baik. Diamnya seorang pemimpin bisa diartikan sedang berfikir atau menelaah sesuatu yang mungkin bisa berguna dalam hubungannya dengan tujuan yang hendak dicapai. Diam juga berarti fokus terhadap apa yang diingikan atau diungkapkan orang lain.

49.  Biasakan Tersenyum
“ Senyuman adalah sebuah pelukan verbal.” (Anonim)

Senyum adalah kekuatna ampuh yang terkadang dilalaikan. Senyum bisa mengubah keadaan tegang menadi lebih cair dan bersahabat. Satu senyum bisa mewujudkan banyak harapan. Seorang pemimpin tentunya akan berhubungan dengan banyak orang, termasuk anak buahnya. Orang yang diberikan senyuman akan merasa dihargai dibandingkan tatapan yang seakan mengejek.

50.  Kecerdasan Toleransi
“Tidak adanya toleransi adalah salah satu penyebab ketiadaan imam.” ( M. K. Gandhi)

Kecerdasan toleransi yang dimaksud disini adalah kemampuan untuk menoleransi tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain. Kemampuan seperti inilah yang sangat penting. Namun, untuk hal yang sangat penting dan menimbulkan dampak sistematik, jangan gunakan toleransi secara berlebihan karena akan membawa pada kerugian.sebagai seorang pemimpin, maka harus tahu mana yang boleh ditoleransi dan mana yang tidak boleh ditoleransi.


E.   Pimpinan yang Antisipatif terhadap Masalah

51.  Antisipatif terhadap Permasalahan
“ Salah satu ujian kepemimpinan adalah kemampuan dalam mengenali masalah sebelum masalah itu menjadi berat.” (Arnold H. Glasow)

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang selalu bersifat antisipatif terhadap permasalahan. Dengan kata lain bahwa tidak menunggu berbagai masalah baru muncul, tetapi mengatisipasi sebelum masalah baru muncul. Jika seorang pemimpin bersikap demikian, maka bisa diminimalisasi masalah yang muncul.  Masalah yang berlarut dan telat diantisipasi akan membuat permasalahan dan guncangan besar terhadap keberadaan sebuah tim. Oleh karena itu, sekecil apapun masalah, hendaknya segeralah diselesaikan sebelum semakin membesar.

52.  Selalu Konstruktif
“ cara untuk maju adalah dengan mempebaiki diri dalam segala hal, tanpa pernah mencurigai siapa pun yang ingin menghalanginya.”  (Abraham Lincoln)

Ciri khas Pemimipin jempolan adalah selalu konstruktif terhadap yang dipinpinnya. Konstruktif disini bisa diartikan dengan selalu memberikan dorongan positif pada bawahan, dan tidak membuat bawahan berkecil hati. Konstruktif akan lebih efektif dalam memberikan semangat, dibandingkan sikap yang destrutif. Sikap konstruktif akan menmbuhkan rasa percaya diri pada orang lain, sedangkan destrutif lebih bersifat menghancurkan, menghakimi, dan cenderung menyalahkan.

53.  Menerima Kritik dengan Elegan
“ Kritikus harus mendidik publik ; seniman harus mendidik kritikus.” (Oscar Wilde)

Kritik tidak selamanya bersifat destruktif / merusak, tetapi jika ditanggapi dengan baik, maka kritik akan bersifat konstruktif. Adanya kritik tentu ada sesuatu yang kurang dan yang mengetahui kekurangan kita adalah orang lain. Sejelek apapun kritik, bisa dijadikan bahan evaluasi guna memperbaiki diri.

54.  Membuat keputusan tepat
“ Dia yang ragu-ragu adalah tolol.” (Mae West)

Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk membuat sebuah keputusan tepat, sekalipun keputusan tersebut diambil secara cepat. Mengambil keputusan tepatdiperlukan pertimabangan matang karena sebuah keputusan tentu akan berdampak bagi banyak pihak. Oleh karena itu seorang pemimpin harus terus melatih diri dalam membuat keputusan tepat. Hal tersebut bisa dilakukan dengan belajar dari pengalaman siri sendiri ataupun pengalaman orang lain yang relevan.

55.  Menarik kesimpulan secara akurat
“ ukuran akhir seorang manusia bukanlah saat ia berdiri saat nyaman, melainkan berdiri saat ada tantangan dan kontroversi.” (martin Luther King Jr.)

Pemimpin kadang dihadapkan pada pengambilan kesimpulan pada kejadian atau kasus tertentu. Kemampuan untuk menarik kesimpulan secara akurat merupakan hal penting karena kesimpulan yang diambil secara akurat akan berpengaruh banyak pada kelangsungan tim. Untuk mengambil kesimpulan secara akurat, maka diperlukan pertimbangan matang antar manfaat dan mudharatnya.

56.  Efektif dan Efisien
“ Kepemimpinan yang efektif adlahan meletakan hal pertama ditempat pertama.” ( Stephen Covey)

Efektif dan efeisien akan mejadi dasar untuk mencapai tujuan. Dan mempertahankan tujuan tersebut bila telah dicapai. Tujua yang bisa dicapai dengan mudah jangan sampai dipersulit dalam mencapainya. Jia hal mudah dipersulit maka seorang pemimpin yang berlaku demikian, dikatakan sebagai pemimpin yang bertindak tidak efektif dan efisien.

57.  Menjauhakan Masalah Pribadi dengan Tim
“ Bersikaplah sopan pada semua, tapi intim dengan sedikit.” (thomas Jeferson)

Profesionalitas seorang pemimpin bisa dilihat dari kemampuannya dalam memisahkan antara masalah pribadi dengan tim. Jika masalah pribadi sudah dicampuradukan dengan tim, maka  akan rugi dua kali, yaitu pribadi dan tim. Baiknya selesaikan masalah pribadi terlebih dahulu kemudian baru mengurus tim. Tahan emosi dan jangan tunjukan kepada tim agar tidak mempengaruhi kinerja tim.

58.  Memperbaiki diri
“ Pemimpin adalah orang yang belajar.” ( John C. Maxweel)

Seorang pemimpin bukan berarti selalu lepas dari kesalahan. Namun, kesalahan yang pernah dilakukan bisa dijadikan sebuah pengalaman berharga untuk perbaikan selanjutnya. Memperbaiki diri adalah sikap yang harus dilakukan seorang pemimpin, sehingga dapat menjadi contoh teladan anak buahnya. Memperbaiki diri dilakukan bukan hanya dilakukan disaat melakukan kesalahan, tetapi dilakukan setiap saat agar semakin menjadi baik.

59.  Reaktif Positif
“ Perbuatan adalah indikasi karakter yang sesungguhnya.” ( John C.  Maxwell)

Yang dimaksud dengan reaktif positif disini adalah menanggapi sesuatu dengan cepat dan selalu berfikir dari sisi positif dahulu. Misalkan ada orang mengatakan perusahaan yang anda pimpin kurang cepat dalam menanggapi komplain. Untuk mengetahui kebenaran tersebut maka anda tidak perlu marah menanggapinya, tetapi menyelidiki kebenarannya. Jika terbukti benar maka berikanlah reward pada orang yang komplain tadi. Namun jika tidak terbukti kenyataannya maka hal itu bisa dijadikan pelajaran bahwa karakter orang itu bermacam-macam, sehingga lebih antiipatif terhadap berbagai kemungkinan.

60.  Mampu bertahan Ekstra
“ Kekalahan bukanlah kegagalan yang buruk. Tidak mencoba adalah kegagalan sejati.” ( George Edward Woodberry)

Pemimipin terkadang dihadapkan pada situasi yang dilamatis  dan tidak mengenakkan. Namun, seorang Pemimpin harus mampu bertahan dalam berbagai kemungkinan situasi dan kondisi. Tidak selamanya sesuatu dilakukan sendirian dan tidak selamanya pula sesuatu bisa dilakukan secara besama-sama. Jika sudah memiliki pertahanan ekstra tentu saja akan lebih kebal dan lebih siap dalam menghadapi berbagai kemungkinan.

61.  Berani mengambil resiko
“ Tanpa masuk sarang harimau, bagaimana dapat menangkap menangkap anak harimau.” ( Peribahasa Cina)

Dalam setiap keputusan dan tujuan tentu ada resiko yang dihadapi. Seorang pemipin yang baik harus berani mengambil resiko. Namun demikian, adanya resiko-resiko yang akan menghambat tentu harus dipikirkan secar matang dan tidak asal-asalan dalam mengambil keputusan. Perimbangan baik buruk yang akan dihadapi harus diperhitungkan secara matang. Resiko hanya mengenal dua kemungkinan,  yaitu keberhasilan dan kegagalan.

62.  Mengerti Medan
“ Layang – layang terbang tinggi karena menentang angin, bukan terbaawa angin.” (Winston Churcill)

Sebagai seorang pemimpin tentu tidak ingin terjerumus pada medan yang tidak jelas sebab banyak resiko yang akan dihadapinya. Proses mengerti medan bisa dilakukan dengan cara melakukan pengamatan atau bisa saja langsung turun ke lapangan. Mengerti medan tidak bisa disepelekan begitu saja sebab dengan mengerti medan, maka akan mengetahui karakter-karakter dari hulu hingga hilir.

63.  Mampu mengelola amarah
“ Ketika marah, maka pikirkanlah konsekuensinya.” (Konfusius)

Suatu kemarahan bisa mengakibatkan banyak kemungkinan negatif yang ditimbulkan. Bentuk kemarahan yang tidak terkendali akan membuat hubungan antara pemimpin dan yang dipimpin menjadi renggang. Jika selalu marah-marah, maka konsekuensinya adalah hubungan sosial dengan orang-orang disekitar akan terganggu dan akan menujukan kelemahan anda dalam megontrol emosi.

64.  Kemampuan Observasi
“Pemimpin-pemimpin efektif bukanlah pengkhotbah, Mereka adalah pelaku.” (Peter Drucker)

Sebelum melakukan tindakan, alangkah lebih baiknya melakukan observasi terlebih dahulu. Dengan melakukan observasi, maka diperoleh gambaran secara umum mengenai objek yang hendak menjadi tujuan. Kemampuan seorang pemimpin untuk memfokuskan hal tertentu untuk diobservasi untuk menghindari informasi atau objek yang tidak valid dan tidak layak dijadikan pertimbangan.

65.  Pandai memonitoring
“ Buat masa depan anda dari masa depan, bukan masa lalu.” (Werner Erhard)

Memonitoring berguna untuk mengetahui kinerja anak buah dilapangan. Memonitoring juga berguna sebagai tindakan langsung melihat kendala dilapangan. Adanya monitoring dari pimpinan akan membuat anak buah meras diperhatikan. Namun, monitoring jangan samai menganggu pelaksanaan kerja dilapangan dan jangan sampai membebani anak buah.

66.  Realistis
“ Kalau anda melakukan perkerjaan anda 51% anda akan menjadi pahlawan.” (Alferd P. Sloan)

Adakalanya seoranng pemimpin harus bersikap realistis. Misalkan, seorang jendral dalam peperangan hanya memiliki 100 orang prajurit dan musuh mimiliki 10 ribu unit prajurit, tentu kemungkinan menang sangat kecil. Hal paling relaistis adalah lebih baik menyingkir dan membangun kekuatan yang lebih besar untuk mengimbangi musuh. Intinya seoarang pemimpin harus realistis terhadap kemampuan dan keadaan, setelah mumpuni barulah siap untuk bertempur.

67.  Selektif
“ Asumsi keliru bisa menjai bencana.” (Peter Drucker)

Sebagai seorang pemimpin haruslah menerapkan sifat dan sikap selektif agar terhindar dari barbagai kemungkinan yag tidak diinginkan. Selektivitas dalam mimilih anggota tim akan berpengaruh besar terhadap knerja pelaksanaan program dan tujuan. Jika tim yang dipilih tepat, maka akan dengan mudah mencapai tujuan.

68.  Penuh Keseimbangan
“ sebagian besar kepemimpinan adalah menemukan keseimbangan antara dua kegiatan yang sering bertentangan, yaitu menegaskan wewenang dan menanggapi orang lain.” (Belle Linda Halpern dan Kathy Lubar)

Adanya keseimbangan pada diri seorang pemimpin akan sangat berpengaruh pada gaya kepemimpinannya. Pemimpin harus pandai memilah hal yang penting dan tidak penting. Kemampuan mengendalikan emosi juga merupakan bentuk keseimbangan. Hindari juga fanatisme berlebihan sebab akan menggangu keseimbangan. Jika seorang pemimpin penuh dengan keseimbangan, maka akan berani melihat bahwa sebuah keberhasilan tentu berdampingan dengan kegagalan.

69.  Kemapanan
“ Tidak ada hambatan yang lebih besar dalam menjalin hubungan baik dengan sesama ketimbang tidak menerima diri sendiri.” ( Honore de Balzac)

Kemapanan disini bisa diartikan sebagai sebuah pendirian kuat dengan dasar yang kuat pula. Menurut John C. Maxwell, ada empat ciri pemimpin yang tidak memiliki kemapanan
1.      Mereka tidak memberikan kemapanan pada orang lain
2.      Mereka lebih banyak mengambil daripada memberi
3.      Mereka terus mambatasi orang-orang yang terbaik
4.      Mereka terus membatasi organisasinya

Adapun untuk meningkatkan kemampuan seorang pemimpin maka yang  diperlukan  adalah
1.      Mengenali diri sendiri
2.      Bagilah kredit atas suatu prestasi
3.      Mencari bantuan para profesional untuk mengatasi rasa ketidakmapanan tersebut.

70.  Berikan Alternatif
“ Tentukanlah hal yang dapat dan harus dilakukan dan kemudian kita akan menemukan jalan.” (Abraham Lincoln)

Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan antisipatif dengan banyak memiliki alternatif dalam setiap kebijakan. Semakin banyak alternatif, maka semakin banyak pula cara yang bisa dilakukan guna mencapai tujuan. Tentunya alternatif harus disesuaikan dengan misi dan visi yang dicanangkan. Dari sekian banyak alternatif, harus disesuaikan pula dengan kemampuan tim, sehingga tidak terjadi kesalahan. 

71.  Mengevaluasi hasil
“ tidak semua yang dapat dihitung itu diperhitungkan dan tidak semua yang diperhitungkan dapat dihitung.” ( Albert Einstein)

Setiap kegiatan atau pelaksanaan tentu diperlukan adanya evaluasi. Dari evaluasi tersebut dapat diketahui kemajuan, keberhasilan, atau kegagalan dalam pelaksanaan tujuan. Jika mengalami kemajuan, maka perlu ada peningkaan supaya tujuan dengan mudah tercapai. Jika mengalami keberhasilan, tentu hal itu bisa dijadikan pijakan dalam menentukan arah tujuan berikutnya. Akan tetapi, jika mengalami kegagalan, maka dengan adanya evaluasi bisa dicarikan solusi dari permasalahan yang dihadapi.


F.   Sukses Memberdayakan Tim

72.  Mampu memberdayakan tim
“ Jangan pernah memberi tahu orang bagaimana melakukan sesuatu. Katakan pada mereka apa yang harus dilakukan.” ( Goerge S. Patton)

Memberdayakan tim disini diartikan sebagai pengondisian terhadap tim untuk mengeluarkan segala kemampuan dan potensi yang dimiliki guna mencapai tujuan yang ditetapkan. Hal ini bukan sebagai bentuk eksploitasi besar-besaran terhadap anak buah, namun lebih diartikan sebagai ajang kemampuan.

73.  Mampu mengidentifikasi kebutuhan tim
“ pemimpin tidak menunggu. Mereka membentuk batas mereka sendiri. Semakin besar tantangan, semakin besar kesempatan.” (Anonim)

Sebagai pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan tim. Jangan sampai salah mengidentifiksaikan kebutuhan. Jangan sekali-kali menyamaratakan kebutuhan tim karena  tugas –tugas mereka berbeda. Identifikasi kebutuhan dengan baik akan memperlancar dan mempernyaman jalannya pelaksanaan tugas.

74.  Mampu melatih
“ Kepemimpinan dan belajar  adalah hal yang sangat diperlukan satu sama lain.” ( John F. Kennedy )

Pemimpin biasanya merupakan orang pilihan yang sudah terlatih dibidangnya. Seorang pemimpin yang sudah terlatih, baik otodidak atau belajar dari orang lain, dapat menurunkan kemampuan itu pada anak buahnya. Namun demikian, tidak semua pemmimpin mampu melatih anak buahnya dengan baik. Jika pemimpin mampu melatih anak buahnya dengan baik, maka pekerjaan seorang pemimpin akan lebih ringan sebab dengan sedikit perintah saja anak buah akan cepat tanggap untuk melaksanakan perintah.

75.  Pendamping yang Baik
“ Reputasi adalah apa yang pria dan wanita pikirkan tentang kita.” ( Thomas Paine)

Seorang pemimpin harus menjadi pendamping yang baik bagi anak buahnya. Pendampingan akan sangat berguna karan dengan pendampingan, anak buah akan lebih memahami instruksi yang diberikan. Dalam pendampingan biasanya ada pengarahan – pengarahan dan dukungan yang berguna dalam mencapai tujuan

76.  Belajarlah saat ini dan Esok anda menjadi pemimpin
“ Kesenangan dan tindakan membuatjam tampak pendek.” (William Shakespeare)

Menurut John C. Maxwell, kepemimpinan itu berkembang setiap harinya dan bukan dalam satu hari saja. Pernyataan tersebut berhubungan erat dengan hukum proses. Semua memerlukan proses dan tidak diperoleh secara instan. Jika menginginkan menjadi pemimpin yang baik, tentu segeralah untuk memulainya. Semakin menunda, maka semakin lama keinginan itu terwujud.

77.  Mampu Memanajemen Waktu
“ Ketepatan waktu adalah satu kebajikan utama dalam segala hal.” ( Don Marquis)

Kemampuan lain yang harus dimiliki seorang pemimin adalah memanajemen waktu. Jika sudah merencanakan tujuan secara matang, tentu ada dealine waktu yang harus dipatuhi. Setiap rencana tentu ada tenggat waktu yang berguna untuk mengatur dan mengukur tercapai tidaknya tujuan / target.

78.  Etos Kerja Sama
“Anda harus berfikir tentang hal – hal besar saat anda sedang melakukan hal-hal kecil sehingga semua hal-hal kecil menuju ke arah yang benar.” (Alvin Toffler)

Semangat kerja sama harus diutamakan karena dengan kerja sama kekuatan menajadi lebih besar.  Sebagai seorang pemimpin, maka harus mamahami bawahan, kawan, bahkan lawan yang hendak bekerja sama. Dari sudut pandang sosiologis, menurut soerjono soekanto (Sosiolog) menyatakan pelaksanaan kerja sama anteeer kelompok masyarakat ada tiga bentuk, antara lain

79.  Pemberi Dukungan
“ Pemimpin adalah seorang pembagi harapan.” (Napoleon Nonaparte)

Dukungan seorang pemimpin terhadap anak buah, bawahan atau tim sangat besar  karena akan memacu kinerja menjadi lebih baik. Pemimpin yang mampu memberikan dukungan disaat anak buah sedang bersemangat, tentu akan membuat anak buah lebih semangat lagi. Jika memberikan dukungan disaat anak buah terpuruk, maka dukungan tersebut akan sangat berguna untuk membuatnya bangkit  kembali.

80.  Mempunyai Loyalitas
“Barangsiapa yang mematuhi pemimpin, dia mentaati aku dan barangsiapa yang medurhakai pemimpin, ia mendurhakaiku.” (HR Muslim)

Loyalitasakan membuat eksistensi seseorang diperhitungkan dimana pun dan kapan pun berbeda. Loyalitas adalah barang mahal yang tidak semua orang memilikinya. Anak buah harus memiliki loyalitas pada pimpinannya, sedangkan seorang pemimpin harus memiliki loyalitas pada tujuan yang hendak dicapai.

81.  Mampu mengarahkan
“Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mendapatkan prestasi yang luar biasa dari orang biasa.” (Brian Tracy)

Mengarahkan disini berarti seorang pemimpin harus mampu menerjemahkan dan memberikan arahan mengenai sasaran dan peran setiap anak buah. Apalagi jika anak buah merupakan orang baru, tentu memerlukan arahan yang intens. Pemimpin juga jangan sampai lepas tangan dalam pelaksanaan, tetapi mengikuti kinerja anak buahnya. Hal tersebut untuk memberikan respons dan masukan dari pencapaian yang telah ditentukan.

82.  Saatnya Mendelegasikan Tugas
“Pendelegasian tugas dapat berjalan jika orang yang mendelegasikan tugas tugas juga menjalankannya.” (Robert Half)

Seorang pemimipin tidak selamanya mampu berada ditengah-tengah massa yang dipimpinnya. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya pendelegasian tugas. Dengan pendelegasian tugas sesuai kemampuan tentu akan lebih efektif jika dijalankan dengan benar. Untuk mendelegasikan tugas dibutuhkan oran yang benar-benar dapat dipercaya dan memiliki kemampuan mumpuni dalam pelaksanaan tugas.

83.  Regenerasi Berkelanjutan
“Nilai Seorang pemimpin yang langgeng akan diukur oleh suksesi.” (John C. Maxwell)

Dalam sebuah institusi mutlak dibutuhkan adanya regenerasi. Hal itu dimaksudkan agar pada saat tertentu, terutama ketika seorang pemimpin sedang tidak ada, maka dapat menggantikannya sebagai pemimpin baru. Regenerasi tidak bisa dilakukan secara instan, tetapi setahap demi setahap. Tahapan tersebut dilalui guna pemetangan pada calon pemimpin baru. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menghasilkan pemimpin-pemimpin yang siap menggantikannya.


G.   Menggapai Kesuksesan Berikutnya

84.  Kreaktif dalam segala Hal
“setelah anda membuat keputusan, alam semesta bersekongkol untuk mewujudkannya.” (Ralph Waldo Emerson)

Kreatifitas adalah hal yang harus dimiliki seorang pemimpin. Kreatifitas disini adalah kemampuan untuk merencanakan tujuan, melaksanakan tujuan, dan mengatasi hambatan dengan baik. Perencenaan juga memerlukan kreatifitas karena dalam perencanaan biasanya tersusun strategi yang hendak digunakan. Kreatifitas juga dibutuhkan dalam memecahkan masalah. Pemimpin yang kreaktif adalah pemimpin yang memiliki 1001 cara untuk menyelesaikan masalah. Jadi jika ingin menjadi seorang pemimpin teladan,maka harus kreaktif dalam segala al.

85.  Penuh dengan Ide dan Gagasan baru
“Tanpa petumbuhan yang berkelanjutan dan kemajuan, kata-kata seperti perbaikan, prestasi, dan kesuksesan tidak ada artinya.” (Benjamin Franklin)

Pemimipin yang penuh ide atau gagasan baru akan lebih dihargai anak buahnya. Semakin banyak ide, maka semakin banyak pula kemungkinan. Yang terpenting adalah ide atau gagasan tersebut cukup aplikatif. Perlu di ingat bahwa ide atau gagasan jangan sekali-kali bertentangan ataupun banyak merugikan orang lain. Jika bertentangan dan merugikan, tentu jika tetap dilaksanakan akan berjalan dengan berat hati dan akhirnya tujuan tidak tercapai.

86.  Memegang Teguh Kepercayaan
“ Mendapatkan kepercayaan adalah pujian yang lebih besar daripada dicintai.” (George McDonald)

Kepercayaan adalah modal terpenting ketika oranglain mengangkat anda sebagai pemmimpin. Para pemimpin sejati tidak pernah menganggap bahwa suatu jabatan adalah suatu kehormaatan yang patut disyukuri, tetapi jabatan dianggap sebagai suatu amatnat yang harus dijalani sebaik-baiknya guna menyejahterakan orang yang dipimpinnya. Memegang teguh kepercayaan adalah citi pemimpin sejati yang akan berjuang dengan sekuat tenaga demi kebaikan bersama.

87.  Memberikan reward dan Punishment
“ Kualitas seorang pemimpin dapat dilihat dari cara memberikan alasan dan penilaian.” (Tacitus)

Dalam tindakan tentu ada dua kemungkinan berhasil atau gagal. Jika mencapai keberhasilan tentu layak diberikan penghargaan (Reward) sebagai pemacu untuk lebih meningkatkan atau pun mencapai keberhasilan berikutnya. Namun, jika terjadi  kegagalan, sebagai pemimpin harus mengevaluasi kegagalan tersebut. Bila dalam evaluasi disimpulkan bahwa kegagalan diakibatkan karena kecerobohan, maka layak diberikan sanksi (Punishment)

88.  Demokratis
“ Kebebasan bukan semata-mata melepaskan rantai dari tangan seseorang. Kebebesan adalah hidup dengan cara yang saling menghormati dan saling membantu kebebasan orang lain.” (nelson Mandela)

Pemimpin ideal adalah pemimpin yang tidak terlalu otoriter. Bersikap demokratis akan menjadikan tim lebih hidup karena anggota tim tidak merasa diperlakukan seperti robot. Dengan bersikap demokratis pula akan banyak muncul ide atau gagasan yang berfariatif. Bersikap demmokratis bukam berarti harus melaksanakan semua ide atau gagasan, tetapi harus pandai memilah-milah

89.  Pola pikir positif
“ Anda akan memiliki hasil yang positif jika mengganti pikiran negatif menjadi pikiran positif.” ( Willie Nelson )

Pola pokir positif akan membentuk kepribadian yang sabar,  rendah hati, dan percaya diri. Dengan pikiran positif, maka akan memudahkan dalam menggapai harapan dan cita-cita. Sebiknya, Pola pikir negatif akan membentuk perilaku yang pesimis, tidak sabaran dan selalu dalam keraguan. Seorang pemimpin yang berfikir positif akan selalu memiliki harapan positif bagi dirinya dan orang lain.

90.  Hindari Kebiasaan Menunda
“ Kesempatan idak boleh dilewatkan karena waktu tidak dapat diputar balik.” (Peribahasa Cina)

Banyak alasan menunda pekerjaan, menunda pekerjaan bisa kerana takut salah, tidak tahu, malas. Jika hanya takut salah atau tidak tahu mungkin anda bisa mencari solusi dengan bertanya pada orang yang mampu dan telah banyak pengalaman. Tidak ada kata sungkan atau pun malu jika anda ingin tahu dan pekerjaan akan berjalan lancar. Namun, jika anda menunda pekerjaan hanya karena malas, itu akan bersifat fatal. Sebagai seorang pemimpin harus menghilangkan sikap kebiasaan menunda.

91.  Mengutamakan Prioritas
“Periksalah kehidupan pemimpin besar mana pun maka anda akan menemukan dia menentukan prioritasnya.” (John C. Maxwell)

Sebagai pemimpin harus pandai memilah-milah prioritas mana yang menjadi prioritas dan mana yang bukan. Biasanya terdapat prioritas jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Dari ketiga prioritas tersebut harus berjalan berurutan sebab jika sampai lompat-lompat akan menghambat dan membuat tidak fokus pada tujuan. Pemimpin harus mendelegasikan prioritas tersebut pada anak buahnya secara gamblang supaya tidak terjadi kekeliruan.

92.  Kaya akan Referensi
“Pengetahuan itu adalah kekuasaan.” (Fancois Bacon)

Pemimpin yang baik tidak akan menggunakan satu referensi saja dalam mengambil kebijakan yang dianggap penting. Semakin banyak referensi, maka akan semakin baik dalam proses pengambilan kebijakan. Jika salah memilih referensi, maka akan berakibat pada gagalnya tim dalam mencapai tujuan, bila pun berhasil makan dalam pelaksanaannya akan terseok-seok. Jadi pahamilah karakter tim dan sesuaikan dengan referensi yang sesuai dengan tim anda.

93.  Memiliki Antusiasme
“Menurut saya antusiasme itu berada diatas keterampilan professional” (Edward Appleton)

Antusiasme seorang pemimpin terhadap ide cemerlang dari anak buahnya merupakan salah satu penghargaan yang bisa meningkatkan kinerja anak buah. Tapi jangan sekali-kali sikap antusiasme ditunjukan secara berlebihan sebab bisa saja orang menyalahartikannya sebagai bentuk ejekan atau penghinaan. Sika antusiasme harus ditunjukan secara wajar dan proposional sehingga tidak disalah artikan.

94.  Peka terhadap Momentum
“ Momentum adalah sahabat paling baik seorang pemimpin.” (John C. Maxwell)

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mengetahui mementum secara tepat. Ketepatan menangkap mementum akan sangat berguna karena disaat lawan sedang lengah bisa kita manfaatka situasi tersebut. Dengan kemampuan memahami momentum, maka tim akan selalu berada didepan lawan-lawan kita.

95.  Hindari Keraguan
“Semua kehidupan adalah percobaan. Percobaan banyak anda membuat lebih baik.” (Ralph Waldo Emerson)

Pemimpin yang peragu cenderung akan mengikuti arus yang sedang gencar tanpa memperhatikan dengan matang. Keraguan sudah saatnya ditinggalkan karena dengan keraguan, maka segala sesuatu menjadi tidak fokus dan menjadi setengah-setengah. Untuk mengatasi rasa ragu, maka yang diperlukan adalah keyakinan yang berdasarkan pertimbangan matang.

96.  Pembelajar yang ulung
“Anda bisa belajar dari siapa pun, bahkan musuh anda.” (Ovid)

Pemimpin itu tidak selamanya sempurna, namun juga memiliki kekurangan. Oleh karena itu, bersikap selalu belajar dan belajar adalah ciri pemimpin yang baik. Hidup adalah proses belajar dari sejak lahir sampai menginggal. Pentingnya belajar adalah untuk selalu mengembangkan lingkaran pengetahuan yang akan berguna didalam kehidupan. Pada dasarnya ilmu tidak akan hilang jika dibandingkan dengan harta benda yang bisa saja hilang.

97.  Keterbukaan
“Berfikir besar mendahului prestasi besar.” (Wilferd Paterson)

Keterbukan berhubungan dengan kejujuran, sikap, dan tindakan. Adanya keterbukaan seorang pemimping akan membuat anak buah mengetahui bagaimana arah dan tujuan yang hendak dicapai, sehingga anak buah tidak merasa sebagai pelaksana saja, tetapi merasa ikut andil dalam mencapai tujuan.

98.  Lincahkan Pikiran
“ Berfikirlah positif dan visualisasikan kelebihanmu.” (Vic Braden)

Lincahkan pikiran yang dimaksudkan disini adalah kemampuan berfikir menjadi yang terbaik diantara yang terbaik. Melincahkan sama saja membiarkan ide-ide baru muncul dan kemudian mewujudkan ide tersebut. Melincahkan pikiran juga membuat seorang pemimpin tidak terkukung seperti katak dalam tempurung. 

99.  Intuisi Tajam
“Yang nyata satu-satunya hal yang berharga adalah intuisi.” (Albert Einstein)

Intuisi yang dimiliki seorang pemimpin bisa diperoleh secara alami maupun dengan belajar. Jika diperoleh dengan cara belajar, tentunya harus dilatih secara kontinu agar meningkat kemampuan intuisinya. Menurut John C. Maxwell, ada tiga tingkatan intuisi kepemimpinanan, yaitu (1) Mereka yang secara alami melihatnya, (2) Mereka yang dilatih untuk melihatnya, dan (3) Mereka yang tidak akan melihatnya. Untuk kepemimpinan yang melihatnya secara alami dan yang dilatih, kemungkinan menjadi pemimpin yang berhasil cukup terbuka lebar. Namun, untuk yang tidak melihat ada kepemimpinan, maka ia tidak akan menjadi seorang pemimpin yang berhasil.

100.          Penuh Inisiatif
“ Kata tidak mungkin, tidak ada dalam kamus saya.” (Napoleon Bonaparte)

Para pemimipin memiliki tanggung jawab untuk menginisiatifkan hubungan dengan pengikutnya. Selain itu, pemimipin harus selalu mencari peluan dan mengambil sebuah tindakan. Untuk itu, diperlukan kualitas dalam memimpin, yaitu dengan cara (1) Mengetahui apa yang diinginkan, (2) memotivasi diri sendiri bahwa anda sanggup melakukannya, (3) Berani mengambil Resiko, dan (4) Mengubah cara pikir anda bahwa persoalan yang ada itu timbul dari dalam diri, bukan dari orang lain, serta (5) Carilah peluang dengan menyesuaikan kemampuan dan sumber daya yang dimiliki.

101.          Tidak Cepat Puas Diri
“ Jangan berbicara tentang apa yang telah anda lakukan atau apa yang akan anda lakukan.” (Thomas jafferson)

Banyak pemimpin besar yang merasa bahwa pencapaian yang diperolehnya tidak berhenti pada satu titik saja. Namun, semakin banyak pencapaian yang diraih maka semakin haus akan pencapaian berikutnya. Pemimipin harus memiliki sikap untuk menjadi selalu yang terbaik dan membuat sesuatu semakin baik. Dengan seperti itu maka ada semacam tantangan-tantangan baru yang akan membawa pada pencapaian-pencapaian yang akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.     
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...