Rabu, 04 Mei 2016

MENGENAL BALANCE SCORECARD


Definisi Balanced 
Konsep Balanced Scorecard selanjutnya akan disingkat BSC. BSC adalah pendekatan terhadap strategi manajemen yang dikembangkan oleh Drs.Robert Kaplan (Harvard Business School) and David Norton pada awal tahun 1990. BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan.

Mula-mula BSC digunakan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja eksekutif. Awal penggunaannya kinerja eksekutif diukur hanya dari segi keuangan. Kemudian berkembang menjadi luas yaitu empat perspektif, yang kemudian digunakan untuk mengukur kinerja organisasi secara utuh. Empat perspektif tersebut yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.
BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan. BSC adalah salah satu alat manajemen yang telah terbukti telah membantu banyak perusahaan dalam mengimplementasikan strategi bisnisnya.

Keunggulan Balanced Scorecard
Dalam perkembangannya BSC telah banyak membantu perusahaan untuk sukses mencapai tujuannya. BSC memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki sistem strategi manajemen tradisional. Strategi manajemen tradisional hanya mengukur kinerja organisasi dari sisi keuangan saja dan lebih menitik beratkan pengukuran pada hal-hal yang bersifat tangible, namun perkembangan bisnis menuntut untuk mengubah pandangan bahwa hal-hal intangible juga berperan dalam kemajuan organisasi. BSC menjawab kebutuhan tersebut melalui sistem manajemen strategi kontemporer, yang terdiri dari empat perspektif yaitu: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.

Keunggulan pendekatan BSC dalam sistem perencanaan strategis (Mulyadi, 2001, p.18) adalah mampu menghasilkan rencana strategis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut (1) komprehensif, (2) koheren, (3)seimbang dan (4) terukur

Perspektif dalam Balanced Scorecard
Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam BSC adalah sebagai berikut:
1. Perspektif Keuangan
BSC memakai tolak ukur kinerja keuangan seperti laba bersih dan ROI, karena tolak ukur tersebut secara umum digunakan dalam perusahaan untuk mengetahui laba. Tolak ukur keuangan saja tidak dapat menggambarkan penyebab yang menjadikan perubahan kekayaan yang diciptakan perusahaan atau organisasi (Mulyadi dan Johny Setyawan, 2000).

Balanced Scorecard adalah suatu metode pengukuran kinerja yang di dalamnya ada keseimbangan antara keuangan dan non-keuangan untuk mengarahkan kinerja perusahaan terhadap keberhasilan. BSC dapat menjelaskan lebih lanjut tentang pencapaian visi yang berperan di dalam mewujudkan pertambahan kekayaan tersebut (Mulyadi dan Johny Setyawan, 2000) sebagai berikut:

  1. Peningkatan customer 'yang puas sehingga meningkatkan laba (melalui peningkatan revenue).
  2. Peningkatan produktivitas dan komitmen karyawan sehingga meningkatkanlaba (melalui peningkatan cost effectiveness). 
  3. Peningkatan kemampuan perasahaan untuk menghasilkan financial returns dengan mengurangi modal yang digunakan atau melakukan investasi daiam proyek yang menghasilkan return yang tinggi.

Di dalam Balanced Scorecard, pengukuran finansial mempunyai dua peranan penting, di mana yang pertama adalah semua perspektif tergantung pada pengukuran finansial yang menunjukkan implementasi dari strategi yang sudah direncanakan dan yang kedua adalah akan memberi dorongan kepada 3 perspektif yang lainnya tentang target yang harus dicapai dalam mencapai tujuan organisasi.

Menurut Kaplan dan Norton, siklus bisnis terbagi 3 tahap, yaitu: bertumbuh (growth), bertahan (sustain), dan menuai (harvest), di mana setiap tahap dalam siklus tersebut mempunyai tujuan fmansial yang berbeda. Growth merupakan tahap awal dalam siklus suatu bisnis. Pada tahap ini diharapkan suatu bisnis memiliki produk baru yang dirasa sangat potensial bagi bisnis tersebut.

Untuk itu, maka pada tahap growth perlu dipertimbangkan mengenai sumber daya untuk mengembangkan produk baru dan meningkatkan layanan, membangun serta mengembangkan fasilitas yang menunjang produksi, investasi pada sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung terbentuknya hubungan kerja secara menyeluruh dalam mengembangkan hubungan yang baik dengan pelanggan. Secara keseluruhan tujuan fmansial pada tahap ini adalah mengukur persentase tingkat pertumbuhan pendapatan, dan tingkat pertumbuhan penjualan di pasar sasaran.

Tahap selanjutnya adalah sustain (bertahan), di mana pada tahap ini timbul pertanyaan mengenai akan ditariknya investasi atau melakukan investasi kembali dengan mempertimbangkan tingkat pengembalian yang mereka investasikan. Pada tahap ini tujuan fmansial yang hendak dicapai adalah untuk memperoleh keuntungan. Berikutnya suatu usaha akan mengalami suatu tahap yang dinamakan harvest (menuai), di mana suatu organisasi atau badan usaha akan berusaha untuk mempertahankan bisnisnya. Tujuan finansial dari tahap ini adalah untuk untuk meningkatkan aliran kas dan mengurangi aliran dana.

2. Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terlebih dahulu menentukan segmen pasar dan pelanggan yang menjadi target bagi organisasi atau badan usaha. Selanjutnya, manajer harus menentukan alat ukur yang terbaik untuk mengukur kinerja dari tiap unit opetasi dalam upaya mencapai target finansialnya. Selanjutnya apabila suatu unit bisnis ingin mencapai kinerja keuangan yang superior dalam jangka panjang, mereka harus menciptakan dan menyajikan suatu produk baru/jasa yang bernilai lebih baik kepada pelanggan mereka (Kaplan, dan Norton, 1996).
 
Produk dikatakan bernilai apabila manfaat yang diterima produk lebih tinggi daripada biaya perolehan (bila kinerja produk semakin mendekati atau bahkan melebihi dari apa yang diharapkan dan dipersepsikan pelanggan). Perusahaan terbatas untuk memuaskan potential customer sehingga perlu melakukan segmentasi pasar untuk melayani dengan cara terbaik berdasarkan kemampuan dan sumber daya yang ada. Ada 2 kelompok pengukuran dalam    perspektif pelanggan,yaitu:

1. Kelompok pengukuran inti (core measurement group).
Kelompok pengukuran ini digunakan untuk mengukur bagaimana perusahaan memenuhi kebutuhan pelanggan dalam mencapai kepuasan, mempertahankan, memperoleh, dan merebut pangsa pasar yang telah ditargetkan. Dalam kelompok pengukuran inti, kita mengenal lima tolak ukur, yaitu: pangsa pasar, akuisisi pelanggan (perolehan pelanggan), retensi pelanggan (pelanggan yang dipertahankan), kepuasan pelanggan, dan profitabilitas pelanggan.

2. Kelompok pengukuran nilai pelanggan {customer value proposition)
Kelompok pengukuran ini digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mengukur nilai pasar yang mereka kuasai dan pasar yang potensial yang mungkin bisa mereka masuki. Kelompok pengukuran ini juga dapat menggambarkan pemacu kinerja yang menyangkut apa yang harus disajikan perusahaan untuk mencapai tingkat kepuasan, loyalitas, retensi, dan akuisisi pelanggan yang tinggi. Value proposition menggambarkan atribut yang disajikan perusahaan dalam produk/jasa yang dijual untuk menciptakan loyalitas dan kepuasan pelanggan. Kelompok pengukuran nilai pelanggan terdiri dari:
a.   Atribut produk/jasa, yang meliputi: fungsi, harga, dan kualitas produk.
b. Hubungan dengan pelanggan, yang meliputi: distribusi produk kepada pelanggan, termasuk respon dari perusahaan, waktu pengiriman, serta bagaimana perasaan pelanggan setelah membeli produk/jasa dari perusahaan yang bersangkutan.
c. Citra dan reputasi, yang menggambarkan faktor intangible bagi perusahaan untuk menarik pelanggan untuk berhubungan dengan perusahaan, atau membeli produk.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang memungkinkan unit bisnis untuk memberi value proposition yang mampu menarik dan mempertahankan pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan dan memuaskan harapan para pemegang saham melalui financial retums (Simon, 1999).
 
Tiap-tiap perasahaan mempunyai seperangkat proses penciptaan nilai yang unik bagi pelanggannya. Secara umum, Kaplan dan Norton (1996) membaginya dalam 3 prinsip dasar, yaitu:
1. Proses inovasi.
Proses inovasi adalah bagian terpenting dalam keseluruhan proses produksi. Tetapi ada juga perusahaan yang menempatkan inovasi di luar proses produksi. Di dalam proses inovasi itu sendiri terdiri atas dua komponen, yaitu: identifikasi keinginan pelanggan, dan melakukan proses perancangan produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Bila hasil inovasi dari perusahaan tidak sesuai dengan keinginan pelanggan, maka produk tidak akan mendapat tanggapan positif dari pelanggan, sehingga tidak memberi tambahan pendapatan bagi perasahaan bahkan perasahaan haras mengeluarkan biaya investasi pada proses penelitian dan pengembangan.
2. Proses operasi.
Proses operasi adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan, mulai dari saat penerimaan order dari pelanggan sampai produk dikirim ke pelanggan. Proses operasi menekankan kepada penyampaian produk kepada pelanggan secara efisien, dan tepat waktu. Proses ini, berdasarkan fakta menjadi fokus utama dari sistem pengukuran kinerja sebagian besar organisasi.
3. Pelayanan pumajual.
Adapun pelayanan purna jual yang dimaksud di sini, dapat berupa garansi, penggantian untuk produk yang rusak, dll.

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini menyediakan infrastruktur bagi tercapainya ketiga perspektif sebelumnya, dan untuk menghasilkan pertumbuhan dan perbaikan jangka panjang.

Penting bagi suatu badan usaha saat melakukan investasi tidak hanya pada peralatan untuk menghasilkan produk/jasa, tetapi juga melakukan investasi pada infrastruktur, yaitu: sumber daya manusia, sistem dan prosedur. Tolak ukur kinerja keuangan, pelanggan, dan proses bisnis internal dapat mengungkapkan kesenjangan yang besar antara kemampuan yang ada dari manusia, sistem, dan prosedur. Untuk memperkecil kesenjangan itu, maka suatu badan usaha harus melakukan investasi dalam bentuk reskilling karyawan, yaitu: meningkatkan kemampuan sistem dan teknologi informasi, serta menata ulang prosedur yang ada.

Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mencakup 3 prinsip kapabilitas yang terkait dengan kondisi intemal perusahaan, yaitu:

1. Kapabilitas pekerja.
KapabiLitas pekerja adalah merupakan bagian kontribusi pekerja pada perusahaan. Sehubungan dengan kapabilitas pekerja, ada 3 hal yang harus diperhatikan oleh manajemen :

a. Kepuasan pekerja.
Kepuasan pekerja merupakan prakondisi untuk meningkatkan produktivitas, tanggungjawab, kualitas, dan pelayanan kepada konsumen. Unsur yang dapat diukur dalam kepuasan pekerja adalah keterlibatan pekerja dalam mengambil keputusan, pengakuan, akses untuk mendapatkan informasi, dorongan untuk bekerja kreatif, dan menggunakan inisiatif, serta dukungan dari atasan.

b. Retensi pekerja.
Retensi pekerja adalah kemampuan imtuk mempertahankan pekerja terbaik dalam perusahaan. Di mana kita mengetahui pekerja merupakan investasi jangka panjang bagi perusahaan. Jadi, keluamya seorang pekerja yang bukan karena keinginan perusahaan merupakan loss pada intellectual capital dari perusahaan. Retensi pekerja diukur dengan persentase turnover di perusahaan.

c. Produktivitas pekerja.
Produktivitas pekerja merupakan hasil dari pengaruh keseluruhan dari peningkatan keahlian dan moral, inovasi, proses internal, dan kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah untuk menghubungkan output yang dihasilkan oleh pekerja dengan jumlah pekerja yang seharusnya untuk menghasilkan output tersebut.

2. Kapabilitas sistem informasi.
Adapun yang menjadi tolak ukur untuk kapabilitas sistem inforaiasi adalah tingkat ketersediaan informasi, tingkat ketepatan informasi yang tersedia, serta jangka waktu untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

3. Iklim organisasi yang mendorong timbulnya motivasi, dan pemberdayaan adalah penting untuk menciptakan pekerja yang berinisiatif. Adapun yang menjadi tolak ukur hal tersebut di atas adalah jumlah saran yang diberikan pekerja.

MENJADI MANAJER YANG LEBIH BAIK



SESUATU yang sulit bagi seorang manajer adalah memutuskan apa yang harus dilakukan dan lalu melaksanakannya melalui orang-orang yang ada dibawah wewenangnya. Artinya manusia dianggap sebagai sumber daya terpenting yang tersedia bagi para manajer. Kemudian melalui sumber daya inilah semua sumber daya lainnya diberdayakan seperti pengetahuan, keuangan, material, pabrik, peralatan,dan sebagainya. Harapan tertinggi agar proses yang dikerjakannya dapat memperoleh hasil dengan sebaik-baiknya dengan memanfaatkan sumber daya manusia, keuangan, material yang tersedia untuk organisasi dan para manajer pribadi.

Teori manajemen klasik, fungsi manajerial : planning, organizing, motivating, controlling tidak begitu sempurna dalam tataran pelaksanaanya. sehingga Teori ini di tentang oleh beberapa kaum empiris, seperti Rosemary Stewart dan Henry Minzberg yang mempelajari bagaimana para manajer pada kenyataanya menggunakan waktu mereka, mengamati bahwa pekerjaan mereka terpecah-pecah, bervariasi, dikenakan penyesuaian yang terus menerus dan diatur sampai tingkat tertinggi oleh kejadian kejadian yang terhadapnya para manajer tersebut hanya memiliki sedikit pengendalian dan oleh dinamika jaringan antar hubungan dengan orang lain. Mungkin Francis Bacon memberikan jawaban terbaik untuk pertanyaan”apa yang dapat anda lakukan” ini ketika ia menulis “belajar menyempurnakan alam dan disempurnakan oleh pengalaman.

Bisa dikatakan untuk menjadi manajer yang lebih baik membutuhkan adalanya keahlian yang disempurnakan oleh pengalaman dan pembelajaran. Lahirlah definisi manajemen bukan sekedar ilmu tapi sebagai Seni dan manajemen sungguh sebuah seni cukup penting untuk di pelajari. Sasaran untuk tiap pelajaran haruslah untuk membantu kita memanfaatkan lebih baik atribut alamiah kita, kepribadian dan kecerdasan serta memastikan bahwa pengalaman di masa lalu di interprestasikan lebih baik lagi dan lebih sepenuhnya di gunakan dan pengalaman masa mendatang di serap lebih cepat dan lebih manfaat.

Untuk menjadi manajer yang lebih baik membutuhkan adanya pola fikir, kreatifitas, pengelolaan budaya, memahami pola kepemimpinan, efektifitas dan efisiensi kerja, inovasi, kebijakan positif, manajemen strategis dan kepemimpinan efektif. 

Berpikir jernih
Berpikir jernih adalah berpikir logis. Artinya berpikir logis adalah proses penalaran ketika satu penilaian diturunkan dari penilaian lainnya dan kesimpulan yang tepat di tarik dari bukti yang ada. Sehingga berpikir jernih bersifat analitis: menyaring informasi, memilih apa yang relevan, menetapkan dan membuktikan hubungan.

Berpikir jernih pendekatan logis terhadap pemecahan masalah, pengambilan keputusan,dan prensentasi kasus merupakan sifat penting dari seorang manajer yang efektif. Hal ini tidak berarti bahwa ini merupakan satu-satunya cara berpikir, Edward de Bono tanpa dapat di bantah lagi telah menyatakan akan pentingnya berpikir lateral atau kreatif, sebagai proses yang diperlukan untuk di gunakan oleh para manajer  yang inovatif secara bersamaan dengan pola pemikiran vertikal atau logis yang lebih tradisional.

Sifat lebih lanjut adalah kemampuan untuk berargumentasi secara persuasif dan mendeteksi kelemahan dalam argumentasi orang lain. Untuk berpikir jernih dan berargumentasi dengan baik,anda harus memahami: bagaimana mengembangkan proposisi atau kasus kasus dari prinsif-prinsif dasar, bagaimana menguji proposisi tersebut ,dan bagaimana menghindari argument-argumen  yang keliru serta bagaimana memperlihat jalur pemikiran yang di lakukan oleh orang lain.

Berpikir kreatif

Walter  Bagehot menulis” sering di  bahwa manusia sering diatur oleh imajinasi mereka, tetapi lebih benar untuk mengatakan bahwa manusia di perintah oleh kelemahan imajinasi mereka.”
Manajemen yang tidak imajinatif cara pasti untuk mencapai kegagalan berpikir kreatif bertujuan untuk mengatasi bahaya di atur oleh kelemahan ini. 

 Berpikir kreatif adalah berpikir imajinatif cara berpikir ini menghasilkan gagasan-gagasan baru ,cara-cara baru untuk melihat hal hal atau gagasan yang sebelumnya tidak berkaitan. Edward de Bono menemukan cara berpikir lateral yaitu menyiratkan lompatan lompatan samping dalam imajinasi dan bukan kemajuan yang kontinyu di sepanjang rantai penalaran yang logis.  

De Bono meringkas perbedaan antara berpikir lateral dan berpikir vertikal sebagai berikut:

Berpikir lateral
  • Mengubah
  • Melihat pada apa yang berbeda
  • Membuat lompatan lompatan  secara sengaja
  • Menerima kemungkinan gangguan
  • Mendalami yang paling tidak mungkin
Berpikir vertikal
  • Memilih
  • Melihat pada apa yang benar
  • Satu hal harus mengikuti secara langsung dari hal lainnya
  • Berkonsentrasi pada relevansi
  • Bergerak  pada arah yang paling mungkin
Proses kreativitas
Dalam “The act of the creation , Arthur Koestler menjabarkan proses kreatifitas sebagai sebuah “bisosiasi” ,menempatkan dua fakta atau gagasan yang tidak berhubungan untuk membentuk satu gagasan. Penetapan hubungan atau bisosiasi biasanya disertai dengan pelepasan ketegangan.

Jika kita mengasumsikan bahwa meningkatnya kemampuan kita untuk berpikir kreatif merupakan sesuatu yang di inginkan, terdapat tiga hal yang harus di lakukan:
  • Memahami hambatan terhadap berpikir kreatif
  • Mengembang kemampuan individual
  • Menggunakan kemampuan kolektif sekelompok orang untuk menggunakan gagasan gagasan baru dengan brainstorming. Brainstroming adalah suatu cara untuk memperoleh sejumlah gagasan besar dari sekelompok orang dalam waktu singkat.
Budaya Perusahaan Dan Bagaimana Mengelolahnya
Budaya perusahaan adalah pola, sikap, keyakinan asumsi, dan harapan yang di miliki bersama yang mungkin tidak di catat, tetapi membentuk cara bagaimana orang orang bertindak dan berinteraksi dalam berorganisasi dan mendukung bagaimana hal hal di lakukan. Budaya organisasi meliputi ideologi yang dominan dalam organisasi dan dapat di ekpresikan melalui mitos, pahlawan, cerita, istilah, ritual, atau legenda. Budaya perusahaan memanifestasikan dirinya sendiri dalam perilaku organisasi bagaimana para manajer dan karyawan individual atau kelompok berprilaku dalam konteks organisasi.Dengan kata lain budaya menjadi cara “ bagaimana hal-hal di lakukan di sini “

Budaya diekpresikan dalam lima bidang:
1.     Norma
2.     Nilai perusahaan
3.     Iklim organisasai
4.     Gaya manajemen
5.     Struktur dan sistem

Dalam mengelola budaya perusahaan Howard Schwartz dan Stanley Davies melakukan Pendekatan-pendekatan yaitu:
  1. Abaikan budaya
  2.  Kelolah disekitarnya
  3. Berusaha untuk mengubah unsur-unsur budaya agar sesuai dengan strategi
  4. Mengubah strategi
Menganalisis gaya manajemen
Ada beberapa pertanyaan yang harus dipertanyakan untuk menganalisis gaya manajemen:
  • Apakah gaya manajemen cenderung otokratis, yaitu menggunakan kewenangan untuk memaksa orang lain ikut serta dan melibatkan diri mereka sendiri dalam pengambilan keputusan?
  • Apakah gaya manajemen cenderung berorientasi pada tugas atau berorientasi pada manusia?
  • Apakah para manajer cenderung jauh dan dingin atau dapat didekati dan ramah?
  • Apakah para manajer cenderung keras atau lunak kepada orang-orang?

Efektivitas organisasi
Efektivitas sebuah organisasi tergantung pada:
  • Kepemimpinan visioner yang kuat dari atas
  • Kelompok manajemen yang kuat
  • Tenaga kerja yang termotivasi dengan baik, memiliki komitmen, berketerampilan dan luwes.
  • Kerja kelompok yang baik di seluruh organisasi
  • Tekanan yang berkelanjutan untuk berinovasi yang digandakan dengan kemampuan untuk mengolah dan bertumbuh dalam perubahan
  • Sasaran yang di definisikan dengan jelas dan strategi untuk mencapainya
  • Budaya perusahaan yang positif
  • Sistem nilai yang menekankan kinerja, mutu, dan tanggung jawab organisasi kepada para pemegang kepentingannya para pemegang saham, manajer, pemasok, pelanggan dan masyarakat.
  • Kemampuan untuk bertindak cepat.
  •   Memperbaiki efektifitas organisasi
  • Menganalisis situasi yang ada dalam kaitannya dengan setiap butir dalam sepuluh topik yang terdapat di atas.
  • Melakukan audit manajemen.

Efisiensi dan efektivitas
Dalam Summer Lighting , P.G.Wodehouse menjuluki sekretaris Lord Emsworth sebagai” baxter yang efisien”. Ia menjelaskan: "Kami menyebut Rupert Baxter efisien dan memang ia efisien. kata tersebut memang seperti yang kami artikan, menyiratkan bukan hanya kemampuan untuk melakukan tugas tugas kehidupan biasa dengan keteguhan sentuhan yang halus, tetapi juga dengan kewaspadaan pnkiran tertentu, kegeniusan akan peluang, kegeniusan untuk melihat dengan jelas, berpikir dengan cepat dan melakukannya sekarang".

Efisiensi,sebagaimana didefinisikan diatas ,jelas merupakan karakteristik yang sangat baik, karakteristik ini mencakup gagasan tentang efektivitas yang sering kali kurang ditekankan daripada seharusnya dalam usaha mencapai efisiensi.

 Inovasi
Inovasi adalah darah   kehidupan sebuah organisasi, tidak ada yang begitu melumpuhkan sebuah perusahaan atau orang orang di dalamnya seperti keyakinan bahwa cara cara lama merupakan cara cara yang terbaik. sebuah organisasi yang mencoba  untuk berdiri diam tidak akan bertahan.

Inovasi merupakan gabungan antara kreatifitas, pemikiran yang jernih dan kemampuan untuk menyelesaikan hal-hal. Inovasi memerlukan pemikir dan pelaku untuk bekerja sama secara erat.manajemen puncak harus menciptakan iklim yang memungkinkan para manajer memeliki ruang lingkup untuk mengembangkan gagasan gagasan baru dan sumber daya untuk  mengimplementasikan gagasan gagasan tersebut. Keberhasilan proyek-proyek yang inovatif dapat dilihat dari dua hal yaitu karakteristik manajer individual yang bersangkutan dan iklim organisasi.

Karakteristik organisasi yang mendorong inovasi adalah
  1. Arus informasi yang bebas dan memungkinkan para eksekutif untuk menemukan gagasan –gagasan di tempat yang tidak di perkirakan dan mendorong gagasan tersebut untuk bergabung untuk membentuk kepingan kepingan informasi.
  2. Kontak yang erat dan sering di antara departemen,dan penekanan pada hubungan lateral ,yang menyediakan sumber daya ,informasi, dan dukungan,di samping hubungan vertikal.
  3.   Tradisi bekerja dalam kelompok dan berbagi kredit
  4. Para eksekutif senior yang percaya pada inovasi dan menyediakan sumber daya yang di perlukan
  5. Para mana dengan kemampuan dan keinginan untuk meeraih peluang dan menyediakan waktu untuk inovasi.
Kebijakan
Segala sesuatu yang menunjukan apa yang dapat anda lakukan dan apa yang tidak dapat anda lakukan dalam situasi  tertentu adalah sebuah kebijakan. kebijakan tidak perlu tidak perlu tertulis.bahkan kebijakan tidak harus di nyatakan secara eksplisit, tetapi jika terdapat pemahaman “ bahwa demikianlah cara kami melakukan hal hal di sini..” maka terdapat kebijakan .

Sebuah kebijakan yang di definisikan dengan jelas, hampir hampir kaku yang mengutip bagian atas adalah baik  jika orang orang menemukan beberapa bagian atasan itu dan berusaha sebaik baiknya untuk menyesuaikannya, jika tidak kebijakan itu tidak berguna.sebuah kebijakan untuk membayar di atas tingkat yang berlaku adalah baik jika itu yang terjadi,dan selama penerapan kebijakan ini konsisten antara pekerjaan yang berbeda dan bagian bagian yang berbeda dalam perusahaan.

Inkonsistensi tentu saja merupakan bahaya dari kebijakan  yang di definisikan dengan buruk,seperti batasan yang tidak pada tempatnya terhadap penilaian dan inisiatif merupakan bahaya dari kebijakan yang terlalu kaku.

Kebijakan harus dirumuskan sebagai tanggapan terhadap kebutuhan orang orang memerlukan tuntunan tentang apa yang harus dan jangan di lakukan; rencana hanya dapat direalisasikan jika jalur yang akan di ambil di definisikan; butir butir rujukan diperlukan dalam bidang bidang pengambilan keputusan yang tidak di kenal.

Kekeliruan  dan bagaimana memperbaikinya
Theodore Roosevelt pernah mengatakan : ”Lakukan apa yang dapat anda lakukan,dengan apa yang anda miliki, dimana anda  berada,” kesulitannya adalah orang orang tidak selalu menerapkan saran-saran ini. Hal hal menjadi keliru karena orang orang melakukan kurang dari apa yang mampu mereka lakukan,salah menggunakan sumber daya mereka atau memilih waktu atau tempat yang tidak sesuai untuk melakukannya. Situasi yang salah di nilai dan keputusan yang salah diambil

Terdapat dua analisis yang menarik tentang ketidakmampuan yang jika di pelajari akan memberi anda beberapa petunjuk tentang bagaimana menghindari atau setidaknya meminimumkan kesalahan. Yang pertama adalah  The Peter Principle oleh Dr.Lawrence J.Peter; yang kedua adalah On The Psychology of Military Incompetence oleh Norman F.Dixon. Dalam The Peter Principle, Dr. Lawrence menyarankan bahwa dalam sebuah hirarki, para indivindu cenderung sampai ketingkat ketidakmampuan mereka sendiri.Seperti dikatakan peter.” Masalahnya ketika anda menemukan sesuatu yang tidak dapat anda lakukan dengan sangat baik, disanalah anda tinggal, lalai dalam pekerjaan, membuat rekan kerja anda prustasi,dan mengikis efektifitas organisasi,”ketidakmampuan meliter.

Unsur- unsur ketidakmampuan militer  didaftarkan oleh Norman Dixon  sebagai:
  1.  Penyia-nyian serius terhadap sumber daya manusia
  2. Konservatisme fundamental dan kesetiaan pada tradisi using atau pada keberhasilan masa lalu
  3. Kecenderungan untuk menolak atau mengabaikan  informasi yang tidak nyaman atau yang bertentangan  dengan pandangan sebelumnya
  4. Kecenderungan untuk meremehkan lawan
  5. Ketidaktegasan atau kecenderungan untuk turun dari peran sebagai pengambil keputusan
  6. Keteguhan yang keras kepala dalam sebuah tugas tertentu  walaupun terdapat bukti yang kuat yang bertentangan
  7. Kegagalan untuk memanfaatkan situasi  yang diperoleh  dan kecenderungan untuk menarik pukulan
  8. Kegagalan untuk membuat peninjauan yang memadai
  9.  Kegemaran akan serangan frontal
  10. Keyakinan pada kekuatan yang kejam  dan bukan pada titi yang cerdik
  11. Kegagalan untuk memanfaatkan kejutan atau tipuan
  12. Kesiapan yang tidak pada tempatnya untuk menemukan kambing hitam
  13. Penekanan atau distorsi berita dari medan pertempuran,yang biasanya di pandang di perlukan untuk semangat dan keamanan
  14. Keyakinan pada kekuatan mistik, takdir, nasib buruk, dll.
Manajemen  strategis

Maksud perencanaan strategi adalah mengaitkan perusahaan dengan lingkungan eksternal menyesuaikan kekuatan, kelemahan dan nilai nilai dasar perusahaan dengan  peluang dan ancaman yang terdapat dalam lingkungan eksternal  dalam usaha mengejar keuntungan kompetitif yang dapat dipertahankan.

Sasaran perencanaan strategis adalah:
  1. Mendefinisikan dan merencanakan masa depan  jangka panjang dari bisnis
  2. Meningkatkan laju pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang
  3. Memastikan bahwa organisasi dapat memenuhi tantangan perubahan  dan memperoleh laba dari peluang peluang baru.
Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah melakukan hal hal melalui orang lain, kepemimpinan terjadi ketika terdapat tujuan untuk dicapai ,atau tugas untuk dilaksanakan ,dan ketika diperlukan lebih dari satu orang untuk melakukannya. Semua manajer pada dasarnya adalah pemimpin dalam arti bahwa mereka hanya melakukan apa yang harus mereka lakukan dengan dukungan kelompok mereka. Kepemimpinan adalah tentang mendorong dan memberikan inspirasi kepada para individu dan kelompok untuk berusaha sebaik baiknya dalam mencapai hasil  yang diinginkannya.

Kepemimpinan diperlukan karena  seseorang harus  menunjukkan jalan dan bahwa orang yang sama harus bahwa setiap orang yang berkepentingan tiba disana. Efektifitas organisasi bergantung pada kualitas kepemimpinan. Untuk memenuhi sasaran keseluruhan tugas ini, pemimpin memiliki tugas tujuan utama:
  1. Membuat komitmen dan kerja sama dari kelompoknya
  2. Membuat kelompoknya bertindak untuk mencapai tujuan –tujuan yang disepakati 
  3. Memanfaatkan sebaik baiknya keterampilan,energi dan bakat kelompoknya.
Peran –peran kepemimpinan

Fungsi utama
  • Pemimpin sebagai visioner
  • Pemimpin sebagi eksekutif
  • Perencana
  • Pembuat kebijakann
  • Ahli
  • Pengendali hubungan dalam kelompok
  • Pemberi imbal jasa dan hukuman
Fungsi pelengkap
  • Teladan
  •   Figur bapak
  • Kambing hitam.
Jadi untuk menjadi manajer yang baik sangat diperlukan pemahaman seorang manajer terhadap faktor-faktor diatas. sehingga bukan sekedar manajer tapi harus melangkah lebih luas lagi sebagai seorang pemimpin, artinya jadilah manajer yang juga bertindak dan berperilaku menjadi seorang pemimpin dengan belajar mengelola organisasi pembelajar dan meningkatkan efikasi diri yang kuat. dan ternyata butuh proses lama.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...