Senin, 15 November 2010

Tutup mulut rapat-rapat, buka mata lebar-lebar, nasehat Al Capone

RESENSI BUKU
Buku: Manager Mafia: Bimbingan Machiavellis untuk Dunia Usaha oleh “V"Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, cetakan ke tujuh, Maret 2005.
Alih Bahasa Bern Hidayat Jumlah halaman 192 halaman, 18,5cm

Tutup mulut rapat-rapat, buka mata lebar-lebar, nasehat Al Capone (1) Dalam buku saduran dari The Mafia Manager: a guide to the corporate machiavelli, penulis seorang mentor Mafia yang masih aktif, pada dasarnya resep tim sukses Mafia dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu mempersiapkan dan mengelola diri sendiri agar terampil menjalankan tugas dan saat mengelola atau mempekerjakan orang lain.
Ada setumpuk buku yang menjelaskan teknik-teknik manajemen dari para eksekutif perusahaan raksasa bisnis yang sukses. Tetapi kebanyakan buku-buku tersebut hanya mengulang-ulang teori yang dipercaya masyarakat luas dan para akademisi sebagai bagian dari kurikulum MBA.

Tetapi yang tidak pernah dibicarakan dalam buku-buku teks adalah endapan kebijaksanaan dari orang yang pernah mengelola salah satu kartel besar di dunia, paling menguntungkan, paling panjang dalam sejarah kapitalisme dan kejahatan terorganisasi yang dijuluki Mafia, La Cosa Nostra, The Syndicate, The Mob, The Outfit dan setengah lusin julukan lainnya.

Yang berbeda dalam sistem pengelolaan usaha ala mafia, mereka tidak mengobral kata-kata. Semua berdasarkan pragmatisme dan irit kata sehingga sering dijuluki Kekaisaran Bisu.

Seorang anggota Mafia kawakan biasa disebut “capo” yang artinya mentor – menyoba menuliskan seluk beluk manajemen dalam organisasi Mafia. Ia hanya dikenal dengan nama samaran Mr “V” bahkan lokasi kediamannyapun dirahasiakan.

Kedudukan mentor dalam organisasi Mafia sangat dihargai sebab nasihatnya sekalipun kadang bertentangan dengan cara pemikiran yang konvensional, namun sejujurnya mereka adalah sumber ilmu dan pengetahuan hidup organisasi sehingga dipercaya melebihi teman dekat atau bahkan pasangan hidup sekalipun.
Kehidupan Mafioso sebutan anggota Mafia umumnya sangat tertutup bagi orang luar sehingga merupakan masukan berharga tatkala salah satu pentolan mereka memberanikan diri mengungkapkan seluk beluk organisasi rahasia asal Sisilia yang terkenal sangat disegani para lawan maupun hamba wet sendiri.

Mr “V mengutip salah satu tulisan Machiavelly dalam buku Il Principe. Dikatakan bahwa kadang manusia baik akan menjadi kecewa ketika mereka berada di tengah orang tidak baik. Oleh sebab itu, perlu belajar menjadi orang tidak baik sehingga pada saatnya kita dihadapkan pada pilihan untuk menggunakan atau tidak menggunakan kemampuan kita.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering kecewa mengapa tokoh penjahat Mafia selain selalu dilukiskan kaya raya hidup bergelimang harta juga organisasi mereka bisa besar, mampu berekspansi namun tangan hukum seperti kesulitan untuk menyentuhnya. Sementara usaha dagang yang “lurus” lebih banyak yang setengah jalan lantaran lebih banyak dibumbui intrik perebutan kekuasaan, penghianatan dan korupsi.

Selanjutnya V menulis bahwa orang yang sukses menuju puncak kepemimpinan dalam Mafia biasanya orang yang mampu mengelola orang lain. Tak salah ia menyitir pepatah bahwa hawa dipuncak gunung kadang memang lebih hangat daripada di lembah. Sayangnya di puncak gunung tidak tersedia banyak ruang lapang sehingga harus diperebutkan.

Sejarah Mafia
Mafia berasal dari bahasa Sisilia kuno, Mafiusu, yang diduga mengambil kata Arab mahyusu  yang artinya tempat perlindungan atau pertapaan. Setelah revolusi pada 1848, keadaan pulau Sisilia morat-marit sehingga mereka perlu membentuk ikatan suci yang melindungi mereka dari serangan bangsa lain dalam hal ini bangsa Spanyol. Nama mafia mulai terkenal setelah sandiwara dimainkan pada 1863 dengan judul I mafiusi di la Vicaria “Cantiknya rakyat Vicaria),  yang menceritakan tentang kehidupan pada gang penjahat di penjara Palermo.

Sekalipun tidak jelas siapa yang mendirikannya, namun pendirian organisasi ini mula-mula berdasarkan ikatan persaudaraan diantara sesama warga keturunan pulau Sisilia. Dalam perjalanan sejarah, kelompok yang semula kecil menjadi besar dan membutuhkan dukungan keuangan yang lebih banyak sehingga misi pendirian organisasi mulai bergeser menjadi mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan tidak mengindahkan tata aturan masyarakat yang lain. Yang mengherankan para anggotanya merasa tidak melakukan tindakan kriminal sebab di mata mereka, apa yang dilakukannya adalah sekedar memberikan proteksi atau perlindungan terhadap kelompok lain yang mengalami tekanan atau pemerasan. Sehingga pelaku merasa bangga dan terhormat dapat “menolong” seseorang dari kesusahan. Sejak itulah kata Mafiusu berubah arti menjadi orang atau organisasi “terhormat.”

Nama lain dari Mafia adalah Cosa Nostra, anggotanya selalu menulis kata ini dengan penuh hormat yaitu ditulis dengan awal huruf besar. Pengertian Cosa Nostra sendiri adalah “our thing” atau sama-sama satu bangsa, satu pemikiran atau “orang kita.” Namun dalam buku terjemahan Mafia Manager oleh Bern Hidayat disebut bahwa terjemahan Cosa Nostra adalah “urusan kita.”

Ketika beberapa pentolan Mafia seperti Johnny “si rubah” Torrio berimigrasi ke lahan yang lebih menjanjikan yaitu Amerika sekitar 1930, maka dunia kejahatan Amerika mulai diwarnai darah yang dihasilkan oleh orang berdarah Italia. Apalagi Johnny merasa perlu membawa seorang tangan kanannya yang dikenal licin dan kejam terhadap musuh-musuhnya yang kelak akan merepotkan pemerintah Amerika, Al Capone.

Penyaringan menjadi anggota Mafia.
Untuk menjadi anggota Mafia secara turun temurun dibutuhkan seseorang yang memang berdarah Sicilia. Bila syarat ini dipenuhi, maka ujian lainnya adalah apakah masih merupakan pimpinan kelompok gang tangguh diwilayah anda. Proses selanjutnya adalah melampirkan daftar referensi dari gembong Mafia yang menyatakan mereka mengenal calon anggota tersebut dan lampu hijau baginya untuk diterima.
 
Bila seseorang telah resmi diterima, maka para plonco ini akan berada dibawah pengawasan seorang mentor yang mereka sebut “capo”– pelajaran pertama tentunya selain taat pada perintah sang Capo, para plonco harus menjaga mulut rapat-rapat, namun membuka mata dan otak lebar-lebar. Kalau para Capo tertawa, maka anak didikannya harus tertawa. Kalau Capo membentak, maka diwajibkan bagi anak didiknya untuk terbungkuk-bungkuk seakan baru dilanda angin puting beliung. Tidak ada perintah yang bersifat kelewat bengis atau tidak manusiawi, semua harus diterima sebagai perintah yang masuk akal. Perintah Capo adalah perintah Dewa dalam arti tidak boleh ditolak, dan harus dikerjakan serta diselesaikan dengan sempurna, rapi dan jangan meninggalkan jejak.
Ada pepatah dikalangan para siswa yaitu “bergaulah dengan orang diatasmu, dan lunasilah semua ongkosnya.”– menjelaskan bagaimana hubungan siswa dengan pelatih.

Namun jangan coba menjilat mentor ini secara berlebihan sebab bukan tidak mungkin para penjilat diberi ciuman kematian oleh sang Capo. Bilamana Capo memberi tugas, maka anggota wajib melakukan dengan benar sehingga diperlukan seni bertanya kepada para Capo yang tentunya tidak mudah. Beberapa anggota baru sering mengalami kesulitan akan “seni bertanya” kepada mentor mereka, namun hal ini sangat penting dilakukan. Sebab apa jadinya kalau gara-gara tidak paham perintah, seseorang menyikat anggota mafia lain yang memang ditanam dalam organisasi lain, atau menaruh bom di tempat yang salah.
Resep lain jangan pernah bermain cinta dengan kenalannya, atau orang-orang yang berada di bawah perlindungan sang Capo.

Jangan cepat tergoda jika gundik-gundiknya, sekretarisnya, isterinya, keponakan, anak, bahkan babu sekalipun menggoda anda dengan lirikannya. Pendeknya apapun miliknya jangan sekali-sekali disentuh. Kalaupun kelak ada yang dijadikan menantu oleh sang Capo, tentu saja atas ijinnya, maka sebutlah ini sebagai “karunia Tuhan atas manusia pilihan.

Mereka menyebut larangan ini dengan “jangan ambil daging ditempat Capo mengambil roti.” Hukuman bagi pelanggar komitmen hanya satu yaitu mati.

Kalau ada yang memiliki bakat wartawan, para Capo akan tidak mengendurkan pengawasan terhadap mahluk aneh satu ini. Pasalnya mereka tidak suka pada kegiatan menulis termasuk menulis nama pelanggan, alamat-alamat, jumlah hutang, persetujuan rahasia. Dokumen ini nantinya akan menjadi kendaraan yang cepat menjebloskan penulisnya kedalam penjara.

Lalu bagaimana setelah bertahun-tahun berada dalam organisasi tetapi sang Capo masih ingin duduk di karier tersebut?.

Tidak ada larangan tertulis bahwa bawahan boleh menyingkirkan sang Capo tua. Bukankah mereka sudah lama menikmati kenyamanan kariernya.

Setelah siswa dinyatakan lulus dalam pendidikan, maka pendidikan selanjutnya adalah memasuki dunia nyata yaitu dunia politik para anggota Mafia. Nasehat singkat jangan selalu mengikuti nasehat teman, sebab bukan tidak mungkin mulut manis menyembunyikan maksud ingin melihat kita jeblok.

Bisnis dalam mafia bukanlah sekedar mencungkil mata, mematahkan jempol atau meremukkan tulang tempurung.

Berbisnis dengan Mafia berarti memberikan uang berlebihan kepada para pelanggan. Jika pelanggan paham dengan cara berbisnis Mafia, maka terjadilah win-win-solution, namun apabila mencoba bermain-main dengan mafia, maka tidak akan ada obatnya kelak di pengadilan, polisi, anggota DPR maupun MPR.

Mungkin anak-anak suka sekali akan toko besar Toys “R” Us, sementara para mafioso lebih suka memelesetkan istilah Government “R” Us.

Betul anggota Mafia atau paling tidak suporter Mafia ada dimana-mana. Kalaupun ada pertanyaan bagaimana mungkin suap bisa menembus sisi pemerintahan, maka jawabannya sederhana. Dengan metode kuno yang sudah dipahami oleh setiap orang, namun masih terbukti ampuh.

Orang bekerja dengan dan untuk suatu nilai yang mapan terus menerus. Maka sifat manusia bila mereka ingin sesuatu yang lebih. Maka mafia akan memberikan iming-iming dan insentif sehingga bila umpan ini ditelan, nilai kemapanan suporter kami adalah keserakahan namun sekaligus ketakutan bilamana rahasianya dibocorkan.
Kesulitan dalam berbisnis adalah bilamana pihak keluarga ikut terlibat?. Maka nasihat para mentor yang patut didengarkan adalah, berbisnislah dengan orang lain seperti dengan saudaramu sendiri, namun berbisnislah dengan saudaramu sendiri seperti pada orang lain.

Kecerdikan mafia dalam berbisnis mudah dipelajari. Orang berkuasa adalah pemilik peraturan dan emas. Bilamana ketelnya mendidih dan menggelegak, gunakan sendok panjang untuk mengambil buburnya. Namun jika rumahnya terbakar, hangatkan dirimu sendiri.

Jika pernah mendengar aquisisi perusahaan, bisa jadi Mafia bermain dibelakang semua ini. Pencuri besar menggantung pencuri teri, mereka menyebutnya demikian.
Layaknya orang berbisnis, akan menemui kendala. Sebelum mengurai kendala, perlu memahami watak manusia.

Di dunia ini Mafia hanya mengenal dua kelompok, pemberi sogokan dan yang menerima sogok. Pilih salah satu yaitu pemberi. Maka akan mudah mendapat teman, sekutu, serdadu dan letnan. Sementara musuh akan didapatkan dengan gratis dan berlimpah.

Namun masih banyak kekeliruan dilakukan para pendiri dan bos-bos mafia, yaitu bilamana menyangkut harga diri, orang menjadi tersandung batu, bukan gunung.

Orang berbisnis harus mewaspadai tetangga yang bangun pagi sebab kita harus bangun lebih pagi lagi. Pepatah Jepang mengatakan, mustahil mengalahkan kekuatan ekonomi orang Barat jika orang Jepang hanya bekerja keras. Mereka harus bekerja lebih keras lagi dan lebih cerdik.

Tukang pukul Mafia lebih suka duduk mengobrol sambil main catur, kartu, membual tentang cewek-cewek, tentang hasil memalak. Padahal jika waktu menunggu diisi oleh membaca sesuatu yang berguna, bukannya memelototi teka-teki silang.

Bekerja dengan lebih cerdik, bukan asal bekerja keras. Untuk itu mulai menjadualkan tugas-tugas. Pilih melakukan tugas berat pada saat enerji sedang mencapai puncaknya. Delegasikan tugas kalau perlu kepada bawahan. Delegasikan lebih banyak lagi sehingga ada waktu terluang untuk mempelajari sesuatu yang baru

Mengelola orang lain
Setelah semua pendidikan dilalui, saat tanggung jawab mulai menumpuk maka sesuai nasehat para mentor diperlukan pendelegasian tugas. Makin banyak yang didelegasikan makin baik. Maka perlahan mafioso harus mempekerjakan orang lain.

Dan ini berarti mulai berhadapan pada kenyataan bahwa kebanyakan orang tidak berkompeten daripada yang kita harapkan, setidak-tidaknya dari surat lamaran ataupun wawancara dengan mereka.
Sebelum Bill Gates dari Microsoft mencanangkan kampanye seorang cerdas lebih baik daripada seratus orang dungu, maka para bos Mafia sudah melakukannya terlebih dahulu lima abad lalu. Terlalu banyak karyawan dungu selain akan melahirkan pengkhianat, juga overhead yang tinggi.

Calon karyawan lulusan segar dari universitas, setinggi apapun nilai dalam diplomanya, tidak akan mampu menyelesaikan pekerjaan yang bersifat kritis. Lebih baik berikan pekerjaan penting kepada seseorang yang sudah terbukti mampu memperlihatkan kemampuannya dalam memimpin dan bekerja sama dalam sebuah tim. Sebaliknya bilamana pekerjaan sangat teramat vital, maka jangan mempercayakan penuh kepada pakar yang bersemangat tinggi, seperti halnya dalam militer, orang bersemangat dengan jajaran tanda penghargaan di pundaknya akan berbahaya.

Orang semacam ini lebih mementingkan tanda jasa di atas segalanya. Jangan ada lebih dari dua kakak beradik, jangan mempekerjakan kekasih, suami atau istri dalam organisasi.

Saat melakukan wawancara dianjurkan untuk duduk berdampingan sehingga reaksi-reaksi pelamar dapat diketahui dengan pasti. Ajukan pertanyaan secara spesifik, lalu susul dengan pertanyaan “mengapa?” dan “bagaimana?” Karyawan yang diterima tentu harus memiliki loyalitas, para Capo mengatakan orang yang sangat loyal hanyalah dirimu sendiri.

Tempat kedua setelah loyalitas adalah kemampuan, ketrampilan dan kompetensi. Promosikan orang yang handal dan kadang badut. Ujilah mereka lalu perkuat tulang belulangnya dengan menangani pekerjaan kasar seperti juru masak, tukang kebun.

Bilamana karyawan ini lulus dalam ujian, mereka siap dengan tugas berat selanjutnya.
Orang lain yang perlu diperhitungkan adalah sekretaris. Dia mengetahui hampir semua rahasia, memiliki kemampuan juru runding, penjaga pintu. Sering-sering beri hadiah menarik bagi sekretaris, namun jangan sekali-sekali bercinta dengannya.


Berbeda dengan usaha lainnya, dalam organisasi Mafia tidak dikenal Direktur Sumber Daya Manusia. Semua keputusan penerimaan atau penolakan pegawai langsung ditangani bos dalam hal ini anda sendiri. Dilarang memasang iklan di media massa soal penerimaan pegawai baru.

Sebaliknya seorang akuntan yang handal adalah Dewa di dunia nyata para Mafioso. Disadari para mafioso adalah orang yang cerdik dalam melakukan tugas bersifat pragmatis dan memerlukan insting, namun menjadi badut tatkala berbicara mengenai pembukuan sehingga memerlukan bantuan orang yang handal dalam mengelola keuangan. Maka tidaklah mengherankan jika para mafioso kerap memberikan hadiah, dan kemewahan lain kepada para akuntan mereka.

Untuk memperkuat rasa solidaritas dan kebanggaan akan organisasi, para Mafioso gemar mengobral gelar dan kepangkatan. Mereka  akan menamakan tukang pembersih WC sebagai “Staf Ahli Janitor,” sehingga penyandang gelar tidak merasa direndahkan.

Alasan lainnya, dalam bisnis pelanggan biasanya hanya ingin dilayani oleh pihak yang “memiliki otoritas,” bukan dengan kroco atau bawahan. Untuk itu gelar semacam “vice presiden,” akan diobral agar menyenangkan pelanggan. Namun ini tidak berarti bahwa ada pangkat Bos segala Bos, sebab ini hanya akan menimbulkan bibit dengki dan bibit perpecahan. Karena itu para bos dari masing keluarga diberi pangkat sederajat.

Setiap tahunnya dengan bantuan akuntan dilakukan evaluasi untuk kenaikan gaji. Inilah satu-satunya cara meningkatkan spirit para karyawan. Karyawan yang menonjol prestasinya diberikan insentif berupa kenaikan gaji yang lebih dari sewajarnya, namun jangan lupa untuk memanggilnya empat mata dalam ruang tertutup dan katakan kepada mereka betapa pimpinan harus melanggar norma penggajian demi untuk memberikan apresiasi terhadap karyawan khusus. Sementara kepada karyawan yang selalu mengeluh kekurangan uang, berikan kesempatan untuk menjalankan usaha sampingan di luar usaha resmi. Tentunya setelah melalui persetujuan dari atasan.

Berapa banyak kebijakan pemerintahan yang seharusnya dilakukan secara rahasia ternyata malahan menjadi barang edaran di kalangan para pemburu berita. Para mafioso pun menyadari pentingnya kerahasiaan tersebut. Rahasia pasti bocor, orang bicara di kafe, di tempat tidur, warung, saat dalam pesawat, menunggu giliran panggilan di dokter, di arisan. Kadang tanpa disadari rahasia justru dibuka blak-blakan di papan pengumuman, kertas fotocopy yang tidak terpakai di tong-tong sampah.

Resep cespleng menekan rahasia bocor adalah jangan bicara kepada isteri atau suamimu lebih dari yang mereka perlu. Dalam kehidupan keluarga mafia, satu dari tiga perkawinan mafia berakhir dengan perceraian. Bukan tidak mungkin rahasia yang semula dipendam akan dikupas habis sebagai usaha balas dendam. Juga berhati-hati terhadap mulut anak-anak. Singkatnya harus mencurigai semua orang termasuk pengantar susu, koran atau tukang ledeng. Jika rahasia masih bocor juga, sebarkan informasi palsu namun jangan lupa sewa detektif untuk memastikan bahwa si pembocor rahasia cepat ketangkap basah.

Tokoh panutan dalam mafia adalah Johnny Torio yang kerap dipanggil si rubah sebab ia adalah perwujudan master mind langka yang pernah dihasilkan oleh organisasi. Johnny memiliki doktrin uomo di panza– manusia perut, yang arti luasnya menyimpan semua rahasia hanya di perutnya. Doktrin keda adalah uomo segreto– alias manusia penuh rahasia, susah ditebak. Tetapi diatas segalanya si rubah terkenal akan kesabarannya uomo di pazienza. Manusia sabar di sini adalah mampu memegang kendali dalam segala situasi. Dia tegas, tidak bergeming dalam segala hal, menjaga jarak dengan dunia luar. Konon dia memiliki kekuatan batin yang mampu membuat kedatangannya selalu diperhitungkan.
Johnny mampu menunggu, merencanakan dan menyerang persis rubah pada saat yang diperhitungkan dan sukses.

Membayangkan seorang bocah usia tujuh tahun masih memandikan babi buta milik ayah tirinya di Brooklyn, Amerika. Masih sulit dipercaya bahwa setengah abad kemudian menjadi orang kaya dan paling diperhitungkan di jaringan kejahatan skala besar Mafia Amerika. Dalam hingar bingar pemberitaan media nama si Rubah tidak setenar tokoh flamboyan Al Capone, padahal sebagai seorang manager, Johnny lebih efektif dan sukses.

Memecat karyawan
Di manapun juga ada masanya seorang karyawan tidak dibutuhkan lagi. Sebelum memecat mereka, dokumentasikan beberapa kegagalan karyawan lalu buat memo ke berbagai bagian. Kemudian lakukan tindakan skorsing sehingga memperkuat catatan keburukannya sehingga jika karyawan melakukan banding di pengadilan, data kelemahan mereka sudah dimiliki disertai bukti penguat bahwa tindakan peringatan berupa skorsing telah dijatuhkan.

Kesimpulan:
Banyak orang mengira bahwa semua yang berbau mafia adalah kejahatan adalah buruk untuk ditiru. Apalagi kalau mengutip kata mutiara keajahatan Al Capone “untuk mendapatkan keuntungan banyak, selain bahasa dengan kata manis, juga bahasa senjata.

Mungkin itulah sebabnya jarang orang berusaha menggali rahasia dibalik manajemen mafia. Apalagi novel dan filem lebih banyak mendramatisir tinju, asap mesiu dan darah muncrat.

Pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar sebab pada kenyataannya membangun sebuah organisasi besar sejak lima abad dan masih berdiri kuat sampai sekarang, sekalipun tidak terang-terangan, adalah bukti bahwa organsisasi Mafia dikelola secara profesional. Padahal kenyataannya para mafioso, cosa nostra, the Mob, dan sederet panjang nama lainnya lebih memilih tutup mulut dan membenci sesuatu yang bersifat dokumentasi, maka buku “The Mafia Manager: a guide to the corporate machiavelli.” merupakan sumber untuk mengetahui seluk beluk kehidupan para mafia dan organisasinya.

Memang buku ini berbau kriminal murni, namun dalam kehidupan sehari-hari, kita hampir selalu bersentuhan dengan para kriminal baik yang berleher kasar (rough neck) maupun berkerah putih (white collar).

Kalaupun ada yang dirasa kurang dari buku ini adalah bagaimana para mafioso yang begitu taat beragama sehingga sering dijuluki “kongregasi Bunda Teresa,” namun begitu enteng menarik pelatuk saat menembak mati musuhnya lalu mencium salib yang dipercayai mereka ajaran pembawa kedamaian tanpa kekerasan.
Tetapi sekali lagi, betapa banyaknya pemboman, pembunuhan mengatasnamakan Tuhan. Dan dalam hal ini mr "V" menulis secara pragmatis.

Sumber :http://www.wikimu.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan masukan komentar Anda

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...