Rizal, sebut Foreign Policy pada edisi untuk Desember 2009, adalah teoritisi terkemuka dalam soal hubungan Islam dan negara, serta mendorng peran global negerinya Indonesia, negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.

Rizal, lanjut Foreign Policy, baru-baru ini telah menerbitkan buku berjudul "Islam in Indonesian Foreign Policy" yang memotret pergulatan antara identitas rakyat Indonesia dengan lembaga-lembaga negara yang hampir seluruhnya sekuler sejak kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.

Rizal yang menamatkan kesarjanaannya dari Jurusan Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran, Bandung, ini ditempatkan Foreign Policy sebagai pemikir ke 92 dari 100 pemikir global utama dunia.

"Dengan Indonesia yang masih bergulat dengan warisan kekuasaan diktatur Suharto selama 32 tahun, pemikiran-pemikiran Sukma membantu memetakan satu arah yang dengan kuat mengintegrasikan Indonesia dalam dunia, dan akhirnya mencampakkan omong kosong bahwa Islam dan demokrasi tidak bisa menyatu," demikian Foreign Policy.

Dalam daftar ini, Gubernur Federal Reserve Ben Bernanke ditempatkan pada urutan pertama pemikir global paling berpengaruh, disusul Presiden AS Barack Obama di posisi dua, dan Zahra Rahnavard, istri pemimpin oposisi Iran, Mir Hossein Mousavi, sekaligus tokoh utama dibalik Revolusi Hijau di Iran, pada posisi tiga.

Tokoh-tokoh besar dunia lainnya yang masuk ke jajaran 100 pemikir global ini diantaranya adalah suami istri Bill dan Hillary Clinton, ulama Mesir Sayyid Imam al-Sharif yang adalah mantan pemimpin organisasi garis keras Al Jihad dan eks teman seperjuangan dari orang nomor dua di Alqaeda (Ayman Al-Zawahiri).

Nama-nama kondang lain yang bisa disebut diantaranya adalah Bill Gates, Paus Benediktus XVI, sosiobilogis dan evolusionis darwinian Richard Dawkins, sastrawan Vaclav Havel, ekonom Joseph Stiglitz, dan pejuang HAM Aung San Suu Kyi.

Kemudian mantan sekjen PBB Kofi Annan, tokoh oposisi Malaysia Anwar Ibrahim, George Soros, pakar keuangan mikro Muhammad Yunus, Henry Kissinger, sosiolog Francis Fukuyama, PM Inggris Gordon Brown, pakar perbandingan agama Karen Armstrong dan sejarawan Paul Kennedy. (*)


Jafar Sidik dari Foreign Policy dan sumber lainnya.