Akhir-akhir ini, perhatian makin diberikan kepada suatu fenomena yang disebut burnout yang artinya “terbakar habis”. Kondisi ini menimpa sejumlah karyawan manajemen dan pengawasan, khususnya orang-orang yang berprestasi dan para pelaku mandiri. Alasannya karena orang ini mengetahui bagaimana cara menyembunyikan kelemahan mereka dengan baik, burnout tidak kelihatan pada masa awal. Namun hal ini terlihat jelas bagi orang disekitarnya begitu keadaan muncul.
Namun belum ada definisi umum yang diterima, burnout dapat digambarkan sebagai berkurangnya vitalitas, energi, sumber dari dalam serta kemampuan untuk berfungsi dari seseorang secara terus menerus. Fenomena ‘ burnout’ telah telah dianalisa sejak awal tahun 1970-an (Pastore & Judd, 1992 . Namun sampai sekarang agak sulit menemukan definisi operational yang konkrit tentang ‘ burnout’.
Freudenberger (1980:74) mendefinisikan ‘burnout’ sebagai : ”…a state of fatigue or frustration brought about by devotion to a cause, way of life, or relationship that failed to produce the expected reward.”
Sering kali banyak kekeliruan di kalangan penulis untuk menggunakan konsep yang sama antara ‘burnout’ dan tekanan (stress). dua istilah ini telah digunakan secara silih berganti dalam berbagai penulisan walaupun pada hakikatnya ada perbedaan di antara kedua-dua konsep tersebut, karena sangat sulit membedakan karena keduanya. Selain ada persamaan ciri-ciri dan simptoms-simptomps pada individu yang mengalami masalah-masalah tersebut.
Menurut Lazarus (1966) dan Selye (1976), ” burnout is usually a result of unmediated stress, and in several theories certain stress reactions are referred to in terms that are similar to those used to describe burnout. “( Friedman, 1995). Farber (1983:3) pula menyimpulkan bahawa ” in general burnout can be conceptualized as a function of the stresses engendered by individual, work-related and societal factors “
Maslach dan Pines telah mengkaji tentang ‘burnout’ dari perpektif sosial-psikologikal. Kajian mereka telah berhasil menciptakan teori yang dikenal sebagai Maslach Burnout Inventori. Inventori ini telah digunakan secara meluas untuk menentukan tiga faktor dalam mengukur ‘burnout’ terhadap individu. Faktor-faktor tersebut adalah dari segi keletihan emosi (emotion exhaustion), gangguan keperibadian sendiri (depersonalization), dan pencapaian pribadi (personal accomplishment). Di samping itu, Maslach dan Pines percaya bahwa kriteria kerja/job description/tugas dalam sebuah organisasi adalah faktor penyebab utama lahirnya ‘ burnout’ (Gold & Roth, 1993).
Maslach dan Pines(1981) ada tiga komponen kriteria seseorang mengalami ‘burnout’ yaitu , keletihan (exhaustion) fizikal, emosi dan mental. Sehubungan itu, daripada kajian Pines dan Aronson (1981), ‘ burnout’ dicirikan sebagai suatu keadaan yang dialami oleh mental-emosi dan Fisik individu seperti kelesuan, kemurungan, optimistik, perasaan terperangkap, perasaan tidak berguna, dan perasaan energetik (Fejgin et.al,1995).
Korban burnout merasa terjepit, kehabisan tenaga dan kosong. Dia merasa kecewa, sinis, mudah tersinggung dan tegang. Kepada orang lain dia terlihat marah atau depresi dan menarik diri. Setiap masalah kecil dapat menyulut rekasi kemarahan atau kehinaan. Saran-saran baik atau penawaran bantuan semuanya tidak didengar. Korban burnout merasa bahwa kehidupan dan pekerjaannya telah kehilangan arti. Apa yang dahulunya menggairahkan dan menantang sekarang menjadi membosankan. Hari kerja seakan urusan yang menyakitkan dan membuatnya frustasi. Terlalu banyak pekerjaan yang harus dilakukan, terlalu banyak gangguan yang tidak perlu yang harus ditahan, terlalu banyak masalah sepele yang harus diperhatikan dan tidak ada penghargaan yang dapat dibanggakan pada akhir hari kerja. Banyak orang yang menjadi korban burnout menjadi pengawas jam yang kronis, “santai”, Menghindari tanggungjawab atau orang yang sering mangkir atau mereka pergi kerja dengan cara seperti robot.
Bagan.1
Ujian kuosien “Burnout” Anda
(terlalu banyak jawaban “YA” merupakan tanda peringatan ) YA/TIDAK
2. ________ Apakah anda cepat lelah ? merasa letih dan tidak energik?
3. ________ Apakah anda perlu selalu mencari hiburan untuk menghindari perasaan bosan?
4. ________ Apakah orangorang mengjengkelkan anda dengan berkata : “Anda tidak kelihatan begitu sehat akhir-akhir ini”?
5. ________ Apakah anda bekerja makin keras tetapi menghasilkan makin sedikit?
6. ________Apakah satu bidang kehidupan anda secara tidak seimbang menjadi penting bagi anda?
7.________ Apakah anda semakin sinis dan kecewa?
8.________ Apakah anda tidak dapat bersantai?
9.________ Apakah anda tidak luwes ketika memutuskan sesuatu?
10. ________Apakah anda sering terserang oleh kesedihan yang tidak dapat anda jelaskan?
11.________ Apakah anda melupakan perjanjian, batas akhir atau milik-milik pribadi?
12.________Apakah anda makin mudah tersinggung?makin mudah marah? makin kecewa dengan orang-orang disekitar anda?
13. ________ Apakah anda begitu menyatu dengan kegaitan-kegiatan anda, sehingga bila mereka gagal, anda juga merasa gagal?
14. ________ Apakah anda selalu khawatir dalam menjaga citra anda?
15. ________ Apakah anda terlalu sibuk untuk melakukan sesuatu bahkan hal-hal rutin seperti menelpon seseorang dan membaca laporan?
16. ________ Apakah anda tidak mampu tertawa dengan lelucon-lelucon tentang diri anda sendiri?
17. ________ Apakah anda tidak dapat berbicara dengan orang lain ?
18. ________ Apakah anda merasa terputus ketika kegiatan dalam hari kerja habis?
19. ________ Apakah sasaran anda tidak jelas, berubah-rubah antara jangka panjang dan jangka pendek?
20. ________ Apakah kesenangan anda sukar dipahami? ————————————————————————————————————————————-
Apa penyebab burnout?
Para pakar belum mencapai kesepakatan tentang apa yang persis menyebabkan burnout. Beberapa orang menghubungkannya dengan ” kelahiran masyarakat yang gila serta waktu kapan kita hidup”, yang ditandai dengan tekanan yang berlebihan, perubahan mobilitas, birokrasi serta mekanisasi. Yang lainya merasa bahwa faktor situasi dan disposisi yang harus dipersalahkan.
Tanda umum dari sebagian korban burnout tanpaknya berbentuk suatu pola usaha keras untuk mencapai harapan atau sasaran yang tidak realistis ditambah dengan tidak menyadari kemampuan mereka sendiri atau situasi.Mereka nampaknya tidak menyadari bahwa ketika puncak ambisi mereka terlalu tinggi, kekecewaan dan frustasi selalu selalu akan menunggu diakhirnya. Korban burnout selalu mulai dengan harapan-harapan yang tinggi, mendorong diri mereka sendiri terlalu keras… berupaya keras terlalu lama.
Akhirnya ketidaksesuaian antara upaya dan hasil terlihat jelas, mereka menjadi kecewa.Mereka kehilangan penyulut utama yang digambarkan Joseph C. Yeager (2000:205) adanya kemunduran “tiga E” yaitu enthuasm (antusiasme), excitement (kegairahan), dan energy (energi) menjadi “tiga D”, drudgery (kebosanan), dullness (tidak ada variasi) dan demotivation (hilangnya motivasi)
Penanggulangan
Penanggulangan
Apa yang harus dilakukan dengan korban burnout ?untungnya, terdapat banyak orang yang akan terhentak dari apatis dan stagnasi menjadi antusisme dan energi tanpa intervensi dan bantuan dari luar. Yang lain-lainnya dapat diselamatkan dengan intervensi terapi. Tetapi ada juga dari korban burnout yang keadaanya tanpak kronis dan yang tidak dapat dibantu dengan mudah. Beberapa juru bicara di industri menunjukan bahwa bila dihadapkan dengan keadaan ekonom yang sulit, bisnis dan industri lebih baik menerapkan prosedur triage yang digunakan oleh unit-unit medis lapangan selama waktu perang. Dalam triage, para korban diamsukan kedalam satu dari tiga kelompok :
- kelompok pertama terdiri dari orang-orang yang kemungkinan hidupnya ha[pir tidak ada, apakah ada bantuan atau tidak.
- kelompok kedua bukan hanya dapat hidup tetapi juga akan sembuh, apakah ada bantuan atau tidak.
- yang dimasukan kedalam kelompok ketiga adalah orang-orang yang dapat diselamatkan, asalkan mereka mendapatkan perhatian segera. Biasanya mereka dirawat terlebih dahulu.
Meskipun mungkin tanpak tidak berperasaan dan tidak manusiawi, konsep triage barangkali harus diterapkan didalam organisasi bisnis. Psikolog Herbert J. Freudenberger menciptakan sebuah kuis yang akan memungkinkan anda atau bawahan anda dapat menentukan apakah ada pola sikap dan prilaku yag akan menuju burnout. Banyaknya jawaban “YA” terhadap pertanyaan dalam kuis diatas dapat menjadi tanda peringatan bahwa sasaran seseorang harus dipertimbangkan kembali dan pola-pola prilaku dibentuk kembali.
Referensi dan sumber
Timpe, A. Dale, The Art and science of business management perfomance, terj. sofyan cikmat, Facts on file, Inc., New york, 2000.
Austin, D.A. (1981). ‘Teachers Burnout Issue’ . Journal of Physical Education Recreation and Dance, 52(9), 35-36.
Campbell,J.P., Dunnette,M.D., Lawler,E.E., & Weick, K.E. ( 1970 ). Managerial Behavior, Performance, and Effectiveness. New York : McGraw-Hill.
Depaepe, J., French, R., & Laray, B. (1985). Burnout Symptoms experienced among special physical educators : A descriptive longitudinal study. Adapted Physical Activity Quarterly, 2, 189-196.
Farber, B.A. (1983). Stress and Burnout in the Human Services Profession. New York : Pergamon Press.
Fejgin, N, Ephraty,N, k Ben-sira, D. (1995). Work Environment and Burnout of Physical Education Teachers. Journal of Teaching Physial Education . 15. 64-78.
Freedman, 1. (1991). ‘High and Low Burnout Schools: School Culture Aspects of Teacher Burnout’. The Journal of Educational Research, 84, 325-333.
Freudenberger, H. (1980). Staff burnout . Journal of Social Issues, 34 (4), 111 – 123
Freudenberger, H.J., & Richelson, G. (1980), Burnout the High cost & High achievement. New York : Anchor Press.
Friedman, I.A. ( May – June, 1995 ). Student Behaviour Patterns Contributing to Teacher Burnout. The Journal of Educational Research. 88(5), 281-288.
Gay, L.R. ( 1996 ). Educational Research : Competencies for Analysis and Application ( 5th.ed ). New Jersey : Prentice Hall, Inc.
Girdano, A.A, Everly, G.S, & Dusek, D.E, (1993) Controlling Stress & Tension – A Holistic Approah. New Jersey : Englewood Cliffs
Gold, Y., & Roth, R.A. ( 1993 ). Teachers Managing Stress and Preventing Burnout : The Professional Health Solution. Washington, D.C : The Falmer Press.
Horton , L. (1984). ‘What do we know about teachers burnout? Journal of Physical Education, Recreation and Dance. 55 ( 3 ), 69 –71.
Isaac, S., & Micheal, W.B. (1984). Handbook In Research and Evaluation ( 4th.ed ). San Diego, Califonia : EdiTs Publishers.
Johnson, B.C., & Nelson, J.K. (1986). Practical Measurement For Evaluation in PhysicalEducation ( 4th.ed ). USA: Burgess Publishing.
Mancini,V.A.,Wuest,D.A.,Valentine,K.W., & Clark,E.K. ( 1984 ). The use of instruction and supervision in interaction analysis on burned out teachers : Its effects on teaching behaviors, levels of burnout and academic learning time. Journal of Teaching in Physical Education. 3 ( 2 ), 29 – 46.
Maslach, C., & Jackson, S. (1986). Maslach Burnout Inventory Manual. Palo Alto, CA : Consulting Psychological Press, Inc.
Pastore, D.C., & Judd, M.R. ( May-June,1992 ). Burnout in Coaches of Women’s Team Sports. JOPERD. 74 – 79.
Pines, A. (1982). Changing organizations : Is work environment without burnout an impossible goal ? In W. Paine (ed), Job stress and burnout (PP . 274 – 281). Beverly Hills, CA : Sage.
Pines, A., & Aronson, E. ( 1981 ). Burnout : From tedium to personal growth. New York : Free Press Schwab, R.L Ivanicki , E.F (1982). Perceived role conflict, role ambiguity and teacher burnout. Educational Administrative Quarterly 18, 60 – 74.
Sisley, B.L., Capel, S.A, & Desertrain G.S. (1987). ‘Preventing & Burnout in teacher coaches. Journal of Physical Education, Recreation and Dance, 58 (2), 71 – 75.
Smith, J.C. ( !993 ). Understading Stress and Coping, New York: MacMillan Publishing Company.
Yukl, G.A., & Wexley, K.N.C. (1984 ). Organization Behavior and Personnel Psychology. Illinois: IRWIN.
Sangat membantu... mohon ijin mengutip beberapa isi artikel ini. Trims.
BalasHapusmenarik, dan mesti d kembangkan. sbelumnya juga mohon ijinnya untuk mengutip beberapa bagian artikelnya. trimakasih
BalasHapus