Pengarang : Jim
Collins
Publication : October
16, 2001
Peneribit : William
Collin
Halaman : 320 lembar
Good to Great karya
Jim Collins bukan sekadar buku yang berbicara tentang kemajuan dalam
organisasi, namun tentang bagaimana bertumbuh menjadi luar biasa. Sejak di
bagian awal buku, Jim Collins menekankan bahwa "good is the enemy of
great". Kata-kata ini akan terus diulang di dalam buku, sehingga pembaca
akan terdorong untuk "melepaskan" diri dari bayang-bayang pencapaian
yang sudah diraih organisasinya untuk fokus agar terus bertumbuh menjadi luar
biasa.
Prinsip-prinsip dalam
Good to Great adalah sari pati dari riset yang dilakukan secara menyeluruh dan
dalam waktu lama. Jim menganalisis perusahaan-perusahaan yang harga sahamnya
naik minimal 3 kali lipat lebih banyak dari kenaikan rata-rata nilai saham
keseluruhan dalam rentang waktu 15 tahun.
Jim juga memisahkan
kondisi keseluruhan dari industri dan perusahaan yang diteliti agar bisa
membedakan mana yang didorong oleh kemajuan di industri, dan mana yang
benar-benar bertumbuh tanpa terpengaruh kondisi industrinya. Ia kemudian
menganalisis berbagai faktor dalam perusahaan, mulai dari teknologi, sistem
renumerasi, gaya kepemimpinan, strategi merger dan akuisisi perusahaan, serta
berbagai variabel lainnya untuk melihat apa yang membuat sebuah perusahaan bisa
berubah dari sekadar baik menjadi luar biasa.
Hasilnya, Jim Collins
menemukan bahwa ada beberapa prinsip yang dapat dilakukan untuk mendorong
terciptanya sebuah "flywheel". Flywheel adalah istilah untuk tindakan
yang saling terkait satu sama lain, yang pada akhirnya mendorong momentum
perubahan sebuah organisasi menjadi luar biasa.
Dalam flywheel, satu
tindakan mendorong tindakan lainnya, dan di saat yang sama, sebuah tindakan
merupakan hasil dari tindakan sebelumnya. Semuanya menjadi seperti roda yang
bergerak semakin lama semakin cepat, dan menggerakkan organisasi untuk lebih
unggul dari organisasi lainnya. Dalam flywheel tersebut, ada 3 hal besar yang
harus diperhatikan, yakni disciplined people, disciplined thought, dan
disciplined action. Berikut ini sekilas mengenai ketiga hal tersebut.
Tahap pertama ini
terdiri atas 2 hal, yaitu "Level 5 leadership" dan "First who,
then what". Dalam "Level 5 leadership", Jim menjelaskan
pentingnya kepemimpinan dengan kapasitas "level 5". Hampir semua dari
perusahaan yang berubah dari sekadar baik menjadi luar biasa dipimpin oleh
pemimpin jenis ini. Hal utama yang membedakan mereka dengan pemimpin lain
adalah, bahwa para pemimpin level 5 ini mempunyai karakter yang paradoks dalam
hal kesederhanaan sebagai individu dan ambisi sebagai seorang professional.
Pemimpin level 5
adalah orang yang rendah hati, tidak menonjolkan diri, dan banyak memberikan
kredit atas kontribusi pihak lain. Namun di saat yang sama, dia juga mempunyai
determinasi, kapasitas, dan ambisi yang kuat sebagai seorang professional.
Dalam "First
who, then what", Jim menjelaskan perlunya merekrut orang-orang terbaik
dalam bidangnya masing-masing. Dengan modal ini, barulah sebuah organisasi
memutuskan tujuan apa yang ingin dicapai, sesuai dengan rekomendasi dan
kesepakatan tim yang solid ini. Hal ini membuat semua orang dalam organisasi
dapat berkontribusi maksimal.
Menurut Jim, jika
organisasi memutuskan kebalikannya (first what, then who), maka organisasi akan
bergantung pada 1-2 orang yang "jenius" saja, dan anggota tim yang
lain hanya berfokus membantu tanpa berbuat lebih jauh.
Disciplined Thought
Di tahap kedua,
perusahaan bergerak dari kondisi "build up" menjadi
"breakthrough". Ini berarti pada tahap ini, sudah ada peningkatan
yang terjadi sebagai hasil penerapan prinsip-prinsip sebelumnya. Di tahap ini,
ada 2 hal penting yang harus diperhatikan, yaitu "Confront the brutal
fact" dan "Hedgehog concept".
Confront the brutal
fact berarti sebuah organisasi harus mempunyai budaya keterbukaan dalam hal
komunikasi. Keterbukaan ini bukan dalam semangat ingin menjatuhkan, namun dalam
semangat perbaikan. Pemimpin mendorong keterbukaan dengan lebih banyak
mengajukan pertanyaan daripada jawaban.
Sedangkan para staf
di level bawah dan menengah mendorong keterbukaan. Di antaranya dengan
menganalisis kondisi perusahaan secara jujur, melihat kesalahan secara apa
adanya tanpa ditutupi, atau apapun dalam kaitannya dengan keterbukaan untuk
menerima fakta secara apa adanya.
Sedangkan Hedgehog
concept adalah analisis organisasi yang didasarkan atas 3 pertanyaan besar:
- Aktivitas apa yang paling menarik bagi organisasi untuk dilakukan?
- Aktivitas apa yang bisa dilakukan organisasi dengan lebih baik dibandingkan pesaing?
- Aktivitas apa yang paling menguntungkan secara ekonomi bagi organisasi?
Disciplined Action
Pada tahap ini, fokus
perusahaan bukan lagi untuk bertumbuh, tetapi bagaimana mempertahankan
pertumbuhan secara berkelanjutan. Di tahap ini ada 2 hal utama, yaitu "A
culture of discipline" dan "Technology accelerator". A culture
of discipline adalah pentingnya perusahaan mempunyai sebuah sistem kerja yang
bisa menjamin budaya kerja tanpa adanya pengawasan, sehingga pertumbuhan bisa terus
dialami.
Technology
accelerator adalah pentingnya perusahaan mengaplikasi kemajuan teknologi
sebagai alat untuk mempercepat pertumbuhan, bukan sebagai fokus dari
pertumbuhan. Segala kemajuan yang bisa mempercepat gerak perusahaan, perlu
diadaptasi. Sebaliknya, teknologi yang tidak relevan terhadap pertumbuhan
perusahaan tidak perlu diadaptasi. Ini dilakukan agar perusahaan tetap efisien
dalam pengeluaran sumber daya uang dan waktu.
Disciplined People
Yang menjadi ukuran
bahwa suatu perusahaan dapat disebut dengan perusahaan yang hebat adalah :
- Harga saham kumulatif perusahaan hebat tersebut minimal 3 kali diatas harga pasar.
- Perusahaan sebagaimana tersebut diatas harus dapat bertahan minimal 15 tahun di kondisi tersebut.
- Pola perusahaan tersebut tidak tergantung pada jenis industri, namun berlaku universal.
Dalam melakukan
penelitiannya, Jim Collins menggunakan beberapa cara sebagai berikut :
* Mengumpulkan
berbagai informasi & data mengenai perusahaan-perusahaan yang ada di
Amerika, termasuk di dalamnya informasi mengenai harga saham tersebut di pasar
dan operasional perusahaan tersebut sehari-hari.
* Mengklasifikasikan
perusahaan-perusahaan tersebut ke dalam golongan : Kelompok perusahaan dengan
industri sejenis. Kelompok perusahaan yang memiliki harga saham kumulatif
minimal 3 kali diatas harga pasar, dan dapat bertahan minimal 15 tahun, yang
kemudian disebut kelompok perusahaan baik-menjadi-hebat.
Kelompol perusahaan
pembanding, yaitu perusahaan yang pernah memiliki harga saham kumulatif minimal
3 kali diatas harga pasar, namun gagal mempertahankannya.
* Membandingkan
perusahaan baik-menjadi-hebat dengan perusahaan pesaing langsung (perusahaan
industri sejenis) dengan perusahaan yang gagal melakukan lompatan dari hasil
baik menjadi hebat (atau bila berhasil mencapai hebat, namun gagal
mempertahankannya), dan juga dengan perusahaan yang biasa saja, à untuk
menemukan faktor penting yang membedakan perusahaan baik-menjadi-hebat dengan
perusahaan lainnya.
Dari hasil
membandingkan tersebut didapatkanlah informasi sebagai berikut :
Didapatkan hasil 11
perusahaan masuk dalam kategori perusahaan baikmenjadi-hebat. Perusahaan
baik-menjadi-hebat, jika diinvestasikan uang senilai $1 pada tahun x (tahun
transisi), maka 15 tahun kemudian setelah masa transisi perusahaan tersebut,
rata-rata nilai kumulatif harga saham hasil investasi tersebut (dengan asumsi :
deviden hasil saham tersebut diinvestasikan kembali, sesuai dengan semua
pemisahan saham) pada tahun ke-15 adalah 6,9 x harga pasar (atau nilai uang awal
$1 tersebut menjadi 471x, sedangkan dalam pasar nilainya 56x). 10 dari 11 Dirut
perusahaan baik-menjadi-hebat berasal dari dalam perusahaan tersebut, dan hanya
1 perusahaan yang Dirutnya berasal dari luar perusahaan tersebut, dimana
perusahaan pembanding melakukan pergantian Dirut dari luar perusahaan mereka 6x
lebih sering.
Ditemukan tidak ada
pola sistematis yang menghubungkan bentuk spesifik dari kompensasi eksekutif
terhadap proses beranjaknya perusahaan dari status baik menjadi status hebat.
Pendapat yang mengutarakan bahwa struktur kompensasi eksekutif merupakan
penggerak utama dalam kinerja perusahaan tidak didukung oleh data yang ada.
Strategi saja tidak
memisahkan perusahaan baik-menjadi-hebat dari perusahaan pembanding. Kedua
kelompok perusahaan mempunyai strategi yang ditetapkan dengan baik, dan tidak
ada bukti bahwa perusahaan baikmenjadi-hebat meluangkan waktu lebih banyak
untuk membuat rencana strategi jangka panjang ketimbang perusahaan pembanding.
Perusahaan
baik-menjadi-hebat secara prinsip tidak memfokuskan pada apa yang harus
dilakukan untuk menjadi hebat, mereka juga memfokuskan dengan perhatian yang
sama besar pada apa yang tidak boleh dilakukan dan tindakan apa yang harus
dihentikan.
Teknologi dan
perubahan yang digerakkan oleh teknologi praktis tidak mempunyai kaitan dengan
memulai transformasi dari baik menjadi hebat. Teknologi dapat mempercepat
transformasi, namun teknologi tidak dapat menyebabkan terjadinya transformasi.
Merger dan akuisisi
praktis tidak mempunyai peran dalam memulai transformasi dari baik menjadi
hebat. 2 perusahaan besar dengan prestasi sedang yang bergabung menjadi 1 tidak
pernah menjadi satu perusahaan yang hebat.
Perusahaan
baik-menjadi-hebat kurang memberi perhatian untuk mengelola perubahan,
memotivasi orang, atau menciptakan penyesuaian. Dengan kondisi yang tepat,
sebagian besar masalah komitmen, penyesuaian, motivasi dan perubahan akan
hilang dengan sendirinya.
Perusahaan
baik-menjadi-hebat tidak mempunyai nama, batas tanggal tertentu, peresmian peristiwa,
atau program untuk menandai transformasi mereka. Sekalipun demikian, beberapa
melaporkan tidak menyadari mengenai besarnya transformasi pada waktu itu.
Barulah kemudian, ketika melakukan introspeksi, hal ini menjadi jelas. Benar,
mereka benar-benar membuahkan lompatan revolusioner dalam hasil, tetapi tidak
dengan proses revolusioner.
Perusahaan
baik-menjadi-hebat, secara umum, tidak berkecimpung dalam industri yang hebat,
dan beberapa berada dalam industri yang buruk sekali. Kami belum pernah bertemu
dengan kasus perusahaan yang sudah berada dalam posisi mantap ketika tinggal
landas. Kehebatan bukan fungsi keadaan. Kehebatan, ternyata, pada dasarnya
adalah masalah pilihan yang dibuat secara sadar.
The reason why we have to read “good to great”
Pertama, buku ini
adalah penjabaran hasil riset yang menganalisis berbagai dimensi dan dari
berbagai sumber informasi dalam jangka waktu lama. Buku ini bukan sekadar versi
panjang dari ilham penulis yang ditambah-tambahkan dengan data-data untuk
memperkuat argumen.
Kedua, buku ini
berhasil menyajikan prinsip yang berlaku universal, sehingga isinya dapat
diterapkan dalam berbagai kondisi, termasuk dalam momen perubahan ICT dan
perubahan sosial saat ini.
Ketiga, buku ini
ditulis dengan gaya bahasa bercerita yang enak dibaca. Dalam buku ini, pembaca
akan membayangkan Jim Collins seolah sedang bercerita mengenai hasil risetnya.
Ketiga hal itulah yang menjadi alasan mengapa buku ini menarik untuk dibaca
oleh siapapun yang tertarik untuk berubah dari sekadar baik menjadi luar biasa.
Semoga makin berkah ilmunya,,,
BalasHapusAlhamdulillah mantab, inspiratif.
BalasHapus