RESENSI BUKU
·
Author
: The Drucker Foundation
·
Editor
: Frances Hesselbein and Rob Johnton
·
Publisher
: Jossey-Bass
·
Published
Year : 2002
·
Pages
: 200 pages
On Mission and Leadership adalah buku karya Frances Hesselbein dan Rob Johnton yang secara khusus menggali
tentang peran vital misi dalam kepemimpinan. Sebagai bagian dari Leader to Leader Guide, yang merupakan
inspirasi dan informasi dari para pemikir terkenal, buku ini menghadirkan para
pemikir top tentang kepemimpinan yang memberi inspirasi, visi dan manajemen
yang fokus pada misi.
Menurut Hesselbein
(2002), saat ini para pemimpin, baik di bidang bisnis, sektor nirlaba, maupun
pemerintahan, belajar untuk berbicara dengan istilah yang dapat diketahui
secara umum. Istilah ini adalah istilah yang terkait dengan visi (VISION),
nilai (VALUS) dan misi (MISSION) organisasi, tentang strategi yang berdasarkan
ketiga hal tersebut, tentang pelayanan kebutuhan konsumen; apapun tujuan,
produk atau pelayanan yang diberikan oleh organisasi tersebut.
Keunggulan
Dari Kepemimpinan (Warren Bennis)
Modal intelektual adalah asset suatu
organisasi. Seorang pekerja yang berpengetahuan akan mencari arti dan tujuan,
iklim kepercayaan, ras optimis dan hasil dari apa yang dikerjakannya. Untuk
mempertahankan dan memberi motivasi kepada pekerja senacam ini, tidak hanya
diperlukan kemampuan teknis, pemikiran strategis dan kecakapan dari seorang
pemimpin; tetapi juga diperlukan kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengolah
bakat. Selain itu juga diperlukan pertimbangan dan karakter yang baik dari
seorang pimpinan.
Atribut
Seorang Pemimpin Yang Berkualitas;
1.
Kecakapan
Teknis, yaitu mengerti tentang bisnis dan memahami salah satu bidang.
2.
Kecakapan
Konseptual, kemampuan untuk berpikir abstrak atau strategis.
3.
Track
Record, mengetahui secara pasti mengenai hasil yang dicapai.
4.
Keterampilan
Pribadi, mencakup pada kemampuan untuk berkomunikasi, memotivasi dan
mendelegasikan.
5.
Citarasa,
kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengoleh bakat.
6.
Pertimbangan,
kemampuan untuk mengambil keputusan yang sulit berdasarkan data yang tidak
lengkap dalam waktu singkat.
7.
Karakter,
kualitas yang menyatakan siapa diri kita.
Karakter seorang pemimpin yang efektif harus
dapat memenuhi harapan karyawannya. Oleh sebab itu pemimpin harus mempunyai ;
1.
Tujuan
yang jelas, pemimpin yang efektif akan memberikan semangat, pandangan ke depan
dan arti dalam proses menentukan tujuan perusahaan.
2.
Membangkitkan
dan mempertahankan kepercayaan, faktor-faktor yang membangun kepercayaan, baik
dalam pekerjaan, kerjasama, maupun pertemanan adalah : kompetensi, kesetiaan,
perhatian, keterusterangan dan harmoni.
3.
Mengembangkan
harapan, harapan memadukan keteguhan seseorang dan kemampuan untuk menggunakan
perangkat yang dimiliki untuk mencapai tujuannya. Optimisme yang sangat besar,
yang membantu membangkitkan kekuatan dan komitmen yang diperlukan untuk
mencapai tujuan organisasi. Pemimpin yang penuh harapan akan memiliki
pernyataan seperti :
·
Saya
berpikir bagaimana caranya untuk keluar dari kemacetan.
·
Saya
bekerja denga penuh semangat untuk mencapai tujuan.
·
Pengalaman
memimpin yang saya peroleh telah mempersiapkan untuk mampu menghadapi masa
depan. Banyak
cara untuk menyelesaikan masalah tetapi tidak meninggalkannya.
4.
Memperoleh hasil, seorang pemimpin yang realistis akan menggunakan waktu dan
sumber daya yang dimiliki untuk mendapatkan hasil.
Pemimpin yang berorientasi kepada hasil,
berharap dapat mencapai sesuatu yang besar, dan menyadari bahwa mereka
membutuhkan bantuan orang lain. Mereka akan membawa semangat, kekuatan besar,
toleransi terhadap resiko. Dan pemimpin yang baik percaya bahwa mereka memiliki
tanggung jawab untuk memberikan kesempatan bagi seseorang untuk tumbuh dan
menciptakan lingkungan yang membuat orang tetap belajar.
Kecerdasan
Emosional Seorang Pemimpin (Daniel Goleman)
Bagi seorang pemimpin yang sukses, kecerdasan
emosional merupakan hal yang penting dari pada IQ atau keterampilan teknik.
Yang termasuk dalam kecerdasan emosional adalah kepedulian terhadap diri
sendiri, kemampuan untuk mengelola emosi dan desakan hati, kemampuan untuk
memotivasi orang lain, kemampuan untuk memperlihatkan empati dan kemampuan
untuk menjaga hubungan. Seorang pemimpin yang sukses memilih untuk memberi
penghargan terhadap karyawannya berdasarkan kecerdasan emosi yang mereka
miliki. Mereka juga berusaha untuk mengembangkan kecerdasan emosional karyawan
dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam pengambilan keputusan, kemampuan
untuk melihat jangka panjang dan serangkaian perilaku produktif lainnya.
Ada lima demensi kecerdasan emosional yang
merupakan dasar kecakapan kepemimpinan :
- Kesadaran terhadap diri sendiri, yaitu kemampuan kepemimpinan yang didasari oleh kesadaran terhadap diri sendiri adalah kepercayaan diri, sehingga dapat memimpin dengan tegas, dengan kekuatan dimana hal itu merupakan sumber keberanian dalam kepemimpinan
- Mengelola emosi, pemimpin yang efektif belajar bagaimana mengatasi perasaan, terutama tiga perasaan besar yaitu kemarahan, kegelisahan, kesedihan dan merasa tidak memiliki kemampuan. Mengelola emosi adalah persoalan pengendalian dorongan hati seseorang, dan hal itu merupakan ketrampilan hidup.
- Memberi motivasi, mempunyai kemampuan memberikan motivasi berupa optimisme dengan melihat kebelakang sebagai kekuatan untuk melakukan perubahan dan selalu mencoba lagi.
- Menunjukkan empati, empati merupakan dasar untuk mengatasi perbedaan yang ada di dalam tenaga kerja. Empati juga merupakan hal yang sangat diperlukan dalam memberi latihan yang efektif dalam mengembangkan orang lain. Empati adalah salah satu kunci dari ketrampilan kepemimpinan.
- Menjaga hubungan, berpikir positif, menyelesaikan konflik, memahami arti hubungan, dengan kata lain, terampil dalam berhubungan dengan orang lain merupakan sesuatu yang memiliki kekuatan besar dalam memaksakan potensi dari sebuah tim.
Permasalahan
Dengan Kerendahan Hati (Patrick Lencioni)
Seorang pemimpin yang tidak mampu menyatakan dirinya
dan kurang memiliki karisma dapat mengalami kegagalan dalam menghasilkan
kepercayaan. Seorang pemimpin berkarisma yang yakin bahwa dirinya lebih penting
dari orang ain, secara perlahan akan kehilangan pengikut. Untuk menghasilkan
kesetiaan dan kegairahan, seorang pemimpin perlu merangkaiakan hati dengan
karisma. Kedua hal itu dapat dikembangkan melalui refleksi, umpan balik dan
penekanan pada ketulusan.
Pemimpin yang karismatik yang mau duduk
bersama masyarakatnya dan berdiskusi tentang naik-turunnya gaya kepemimpinan
mereka, kemungkinan besar akan menjadi rendah hati oleh
pengalamanpengalamannya. Tetapi karena mereka terbuk dan memasyarakat mereka
akan lebih suka untuk mempertahankan sisi karismatiknya. Proses untuk menjadi
rendah hati yang diketahui public dapat meningkatkan kemampuan seorang pemimpin
untuk menjadi pemimpin yang karismatik karena hal itu menunjukkan keinginan
untuk ketulusan.
Misi
Sebagai Prinsip Dalam Organisasi (C. William Pollard)
Seorang pemimpin harus mampu
mengkomunikasikan misi organisasinya kepada semua bagian yang ada dalam
organisasinya. Misi merupakan titik referensi, pedoman dan sumber pengharapan
pada masamasa perubahan. Jika dihubungkan dengan nilai-nilai manusia, akan
memberikan tujuan dan arti kepada mereka yang memenuhi misi dan memberikan
dorongan bagi kreativitas, produktivitas dan kualitas dalam pekerjaan serta
pengembangan pribadi.
Banyak yang mengatakan bahwa pemimpin saat
ini harus belajar untuk memprakarsai dengan cepat dan melakukan perubahan terus
menerus melalui tindakan nyata. Perubahan semacam ini adalah kenyataan dalam
hidup. Masalahnya orang yang memperbaiki organisasi tidak dipersiapkan untuk
menghadapi perubahan yang cepat dan terus menerus. Dalam ketiadaan misi yang
berarti dan tujuan yang melebihi perubahan dan memasukkan unsur perhatian serta
memberdayakan orang, perubahan dapat membawa ketidaksinambungan, ketidaktepatan
dan kemerosotan akhlak.
Dapatkah organisasi menjadi komunitas moral
untuk membantu pembentukan karakter manusia dan perilaku masyarakat? Dapatkah
misi menjadi prinsip dalam pengelolaan organisasi? seorang pemimpin harus mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, merupakan tugas pertama. Tugas pokok
adalah menomorsatukan misi perubahan dan yang lebih penting adalah menghidupkan
misi tersebut.
Seni
Kepemimpinan Chaordic (Dee Hock)
Tanggung jawab utama seorang pemimpin adalah
mengatur karakter, integritas, kerendahan hati, pengetahuan, kata-kata dan
tindakan yang dimilikinya. Menyangkal pemikiran bahwa manajemen adalah suatu
latihan bagi kekuasaan atas bawahan, kepemimpinan chaordic didasari atas
dukungan yaitu, suatu respons yang bersifat suka rela terhadap tujuan yang
jelas dan membangun dan memaksakan penerapan prinsip-prinsip etika.
Seorang pemimpin yang choardic memusatkan perhatiannya
keatas, kesamping dan kebawah dengan sama baik. Mereka tidak mendekte; mereka
mengubah kondisi-kondisi yang menghalangi munculnya sinergi dan penyempurnaan.
Kepemimpinan sejati dan perilaku yang
membesarkan hati memiliki kecenderungan kearah yang lebih baik sedangkan tirani
atau manajemen yang mendominasi dan perilaku yang memaksa memeliki
kecenderungan kearah yang buruk.
Manusia bukanlah sesuatu untuk dimanipulasi,
dimasukkan kedalam kotak dan diberi label kemudian dibeli dan terjual. Mereka
bukanlah sumber daya manusia. Mereka adalah manusia yang mengisi keutuhan dunia
yang berputar, tidak terbatas sampai kita mempelajari konsep pemimpin dan
pengikut dengan kacamata baru. Kita harus mempelajari konsep tentang atasan dan
bawahan dengan rasa skiptis yang lebih besar. Kita harus mempelajari keadaan
organisasi yang membutuhkan perbedaan-perbedaan semacam itu dengan kesadaran
yang benar-benar berbeda. Itulah sebenarnya yang dimaksud kepemimpinan yang
dilakukan oleh setiap orang. Kepemimpnan choardic yang berada didalam, diatas,
disekitar dan dibawah, yang sangat diperlukan oleh dunia ini dan yang tidak
dapat diberikan oleh era indusri dan manajemen yang mendominasi.
Pengelolaan
Yang Hati -Hati (Henry Mintzberg)
Pengelolaan yang hati-hati mengandung
pemahaman bahwa seorang pemimpin bukanlah merupakan jumlah total dari
organisasi. Pengelolaan yang hati-hati melibatkan tindakan yang memberikan
inspiraasi, mendorong dan memampukan orang lain dengan membangun budaya
keterbukaan, kepercayaan, kebersatuan dan daya. Pemimpin yang hati-hati tidak
menonol, tetapi menarik dan interaktif. Mereka memelihara organisasinya dan
menghabiskan waktu lebih banyak untuk mencegah timbulnya masalah dari pada
mengatasi masalah. Merekamemasukkan nilainilai dan secara perlahan membawa
perubahan yang sangat besar dimana semua orang ikut bertanggungjawab dan pada
saat yang sama menjaga agar semuanya berjalan lancar, suatu peningkatan alami
berjalan terus.
Mempertahankan
Misi Organisasi (David M. Lawrence)
Dalam menghadapi tantangan persaingan dengan
tetap mempertahankan misi sosialnya, ada 8 pelajaran yang diperoleh Kaiser
Permante untuk organisasinya yang berdasarkan misi yaitu :
1.
Menerapkan
prinsip bisnis agar memperoleh kondisi yang baik;
2.
Menurunkan
biaya dengan cara meningkatkan kualitas secara terus menerus;
3.
Menyusun
arah strategis berdasarkan misi organisasi;
4.
Melibatkan
tenaga kerja dan bersikap terbuka terhada ide-ode baru;
5.
Meluruskan
struktur dan jalur perintah;
6.
Mendorong
inovasi dan fleksibilitas;
7.
Bekerja
sama dengan pihak-pihak terkait;
8.
Mengintegrasikan
pelayanan.
Menutup
Jurang Pemisah Strategi Antargenerasi (Christopher Barlett)
Model manajemen lama yang dibangun disekitar
strategi, struktur dan sistem harus diganti dengan model manajemen baru yang
didasarkan pada tujuan, proses dan manusia. Sumber daya yang langka saat ini
adalah pengetahuan dan keahlian dibandingkan dengan kelangkaan sumber dana
dimasa lalu. Salah satu tugas dari seorang pemimpin adalah mendekati,
memotivasi dan memelihara orang-orang yang ingin melakukan sesuatu yang
berarti.
Daripada mendasarkan organisasi pada hierarki penugasan dan
tanggungjawab, akan lebih baik bila organisasi dibangun dengan tiga inti
proses, yaitu:
1.
Insiatif
usaha dari bawah ke atas;
2.
Menghubungkan
dan meningkatkan asset dalam upaya mengembangkan, menyebarkan dan menerapkan
inisiatif dan pengetahuan;
3.
Memperbarui
diri sendiri secara terus menerus.
Membangun
Merek Kepemimpinan (Dave Ulrich)
Model umum atribut kepemimpinan hanya
memberikan nilai yang tidak berarti. Merek kepemimpinan, keunggulan bersaing,
terjadi pada saat pemimpin di setiap tingkat organisasi mengerti dengan jelas
hasil-hasil utama yang diinginkan, kemudian mengembangkan pendekatan konsisten
untuk mencapai hasil-hasil tersebut dan membangun atribut-atribut yang
mendukung pencapaian hasil-hasil tersebut. Ini dapat berhasil jika
atributatribut yang benar secara strategis dikaitkan dengan hasil-hasil yang
diinginkan. Pelatihan kepemimpinan, penetapan kerja, input balik 360 derajat
dan pemberian pelatihan harus difokuskan kepada atribut-atribut dan hasilhasil
yang ingin dicapai.
Mengapa
Visi Menjadi Hal Yang Penting (Robert Knowling)
Knowling memperdebatkan bahwa visi dan
nilai-nilai membentuk perilaku organisasi dan mencetuskan tindakan strategis.
Ia mengajukan langkah-langkah untuk menetapkan, mengartikulasikan dan
menyebarkan visi dan nilai-nilai, yaitu:
1.
Menilai
organisasi, industri dan sector ekonomi,
2.
Berbicara
kepada karyawan baru,
3.
Mencocokkan
atribut-atribut dan usaha dengan hasil-hasil
4.
Berhubungan
dengan pelanggan, mitra kerja, dan karyawan garda depan.
5.
Memimpin
perubahan.
Kondisi-kondisi yang dapat merusak perubahan,
yaitu :
1.
Meremehkan Budaya. Budaya menentukan bagaimana
orang-orang bekerja sama dan bagaimana respons mereka terhadap perubahan. Tidak
ada pemimpin yang dapat berhasil tanpa mengenali dan membentuk norma-norma
dalam kerja;
2.
Menyatakan kemenangan. Apabila tidak
bekerja untuk peningkatan yang sistematik dan kontinyu, organisasi akan segera
kembali kebentuk semula. Kemenangan yang sejati seperti visi yang dipaksakan,
tidak pernah benar-benar tercapai;
3.
Membiarkan orang lain menarik nafas. Mengajak orang mau
ikut dalam perubahan dan memberkan respons akan kegagalan. Kemudian menciptakan
struktur dan proses berjalan untuk membuat perubahan menjadi dari bisnis;
4.
Mendelagasikan proses perubahan. Seorang pemimpin
harus berjalan diruang terbuka, menelepon dan menunjukkan keberadaannya secara
fisik dan emosional. Dan, proses perubahan dimulai dari diri pemimpin,
bagaimana pemimpin memimpin rapat, mengelola jadwal-jadwal dan membagi
informasi;
5.
Mempercayai tekanan Diri Sendiri. Merupakan hal
yangmudak untuk tergoda akan kesuksesan. Setiap pemimpin menerima laporan yang
baik dari lapangan. Kurangi berita-berita yang baik dan perhatikan keraguan
yang ada pada diri pemimpin. Kesuksesan pribadi dan organisasi, keduanya
berbahaya dan akan berlalu dengan cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan masukan komentar Anda