Dari teori dasarnya meliputi: hakikat
kepemimpinan, dan urgensi kepemimpinan. Serta aplikasinya meliputi: tugas
kepemimpinan, fungsi kepemimpinan, karakteristik pemimpin yang efektif, syarat-syarat
pemimpin, dan aspek perbandingan antara; pemimpin, ketua, manajer.
Hal-hal tersebut akan saya
uraikan secara singkat dan jelas, agar pembaca dapat mengerti apa yang saya
tulis dalam tugas saya ini. Saya berharap kita semua bisa mengetahui teori
dasar “Manajemen Kepemimpinan dalam
Islam” dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan kita sebagai seorang
pemimpin. Hal-hal ini sangat penting untuk digunakan, karena sewaktu-waktu akan
sangat berguna untuk kita, dari waktu kita sekarang membaca tulisan ini sampai
masa depan kita nanti.
Hakikat
Hakikat kepemimpinan dalam
pandangan Islam adalah amanah yang harus dijalankan dengan baik dan
dipertanggungjawabkan bukan saja di dunia tapi juga di hadapan Allah nanti di
akhirat. Kepemimpinan yang tidak dilakukan secara profesional dan proporsional
adalah pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul-Nya. Dalam sabda Rasulullah SAW:
“Bagi siapa yang memimpin
suatu urusan kaum muslimin lalu ia mengangkat seseorang padahal ia menemukan
orang yang lebih pantas untuk kepentingan umat Islam dari orang itu, maka dia
telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (H.R. Hakim)
“Tidak ada seorangpun
pemimpin yang diminta oleh Allah memimpin rakyat yang mati sedang dia curang
terhadap rakyatnya kecuali Allah mengharamkan atas dirinya mencium bau surga.” (H.R. Muslim)
Kepemimpinan seharusnya tidak dicari apalagi diperebutkan, kecuali dalam
kondisi tertentu untuk kemaslahatan yang lebih luas. Rasulullah bersabda:
“Sungguh saya tidak akan
memberikan kepemimpinan ini kepada orang yang mencarinya, karena sesungguhnya
kepemimpinan itu adalah amanah dan akan membawa derita nanti pada hari kiamat.”
Perebutan dan jual-beli kepemimpinan adalah
bukti kurangnya kesadaran kita untuk melahirkan pemimpin yang menjaga amanah
dan kemaslahatan umat. Semua orang berpotensi menjadi pemimpin, tapi tidak
semua orang bisa menjadi pemimpin, karena tanggungjawab yang berat dan komplek.
Pemimpin masih butuh koreksi dan dukungan dari umat.
Urgensi Kepemimpinan
Dalam
kehidupan keagamaan kepemimpinan adalah suatu yang sangat urgen dalam mencapai
cita-cita bersama. Dalam menata kehidupan yang dinamis dan interaktif sudah
pasti dituntut adanya seorang pemimpin yang bertugas melaksanakan, memandu dan
membawa pekerjaan itu ke arah tercapainya sasaran.
Begitu urgennya
kepemimpinan, sehingga Rasulullah SAW memerintahkan kepada kita untuk
mengangkat seorang pemimpin walaupun dalam komunitas yang paling kecil sekalipun
dan sasarannya sangat sederhana. Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila ada tiga orang
diantara kamu keluar dalam suatu perjalanan, maka hendaklah mereka mengangkat
salah seorang di antara mereka seorang pemimpin.” (H.R. Abu Daud)
Bukti lain urgensi kepemimpinan
dalam Islam yaitu para sahabat Rasulullah SAW lebih memprioritaskan mengurus
masalah suksesi kepemimpinan Rasulullah SAW, dibanding mengurus pemakaman
Rasulullah SAW. Artinya dalam berjama’ah tidak boleh ada kevakuman
kepemimpinan.
Tugas Kepemimpinan
Istilah yang dipakai untuk
menyebut seorang pemimpin dalam Islam dan mencerminkan tugasnya, yaitu sebagai
berikut:
· Khalifah: secara
etimologis berarti pengganti atau pelanjut tugas-tugas Rasulullah SAW. Tugas
kepemimpinan dalam Islam adalah melanjutkan tugas-tugas risalah yang diemban
Rasulullah SAW.
· Imam: secara
etimologis artinya yang diikuti dan ditaati.
· Amier: secara bahasa
amier artinya adalah yang diperintah atau disuruh. Bahwa seorang pemimpin itu
adalah orang yang siap diperintah atau disuruh oleh umat, demi kepentingan
mereka. Pemimpin dalam Islam adalah melayani umat bukan dilayani umat.
· Ra’in: secara bahasa
adalah pengembala, tugas seorang pemimpin adalah menjaga, merawat, dan memberi
perhatian penuh kepada umat.
· Qaa’id: secara bahasa
adalah penuntun atau pembimbing. Bahwa seorang pemimpin itu punya tugas sebagai
penuntut umat dan pembimbing mereka ke jalan yang benar yang diridhai Allah.
Fungsi
Kepemimpinan
Kepemimpinan dalam Islam
memiliki fungsi strategis dan fungsi operasional.
Fungsi strategis pemimpin itu sebagai:
1. Fasilitator yang membantu tercapainya
sasaran dan tujuan jama’ah.
2. Dinamisator yang menggerakkan dan memotori
jama’ah menuju sasaran yang ingin dicapai.
3. Kekuatan moral yang mampu menjaga kohesi
jama’ah dan menyelesaikan konflik serta perselisihan yang mungkin terjadi di
dalam jama’ah.
Fungsi operasional pemimpin itu sebagai:
1. Organisator yang mengorganisir dan
mengatur relasi dan keterikatan antar individu atau kelompok yang ada dalam
jama’ah.
2. Mampu mengatur berbagai potensi yang ada
dalam jama’ah untuk kemudian dimanfaatkan untuk mencapai tujuan jama’ah.
3. Administrator yang menjaga, menata dan
mengevaluasi hasil-hasil yang sudah dicapai oleh jama’ah untuk mencapai tujuan
yang lebih jauh lagi.
Karakteristik
Pemimpin yang Efektif
Sebagai pemimpin akan efektif dalam menjalankan tugasnya, apabila memenuhi
karakteristik berikut ini:
- · Memiliki sasaran yang jelas dan yakin bahwa dirinya mampu melaksanakan. Dengan memperlihatkan kepada mereka usaha dan motivasi yang kuat secara berlanjut mereka akan tambah semangat, yang akhirnya produktivitas kerja jama’ah semakin meningkat.
- · Tenang dan mampu menahan diri, apapun yang dihadapi seorang pemimpin.
- · Bertanggungjawab, artinya seorang pemimpin harus merasa apa yang diembannya itu adalah amanah dari Allah dan dari umat, sehingga mendorongnya untuk melaksanakan kepemimpinannya dengan baik.
- · Mengenali staf dan anggotanya, hal ini akan memberi pengaruh yang sangat besar pada penciptaan keselarasan dalam bekerjasama dan akan memberikan motivasi kepada anggotanya untuk bekerja lebih baik dan berinovasi.
- · Cekatan dan inovatif, artinya seorang pemimpin yang efektif harus cepat dan tegas dalam mengambil tindakan.
- · Memberikan keteladanan dan contoh.
Syarat-syarat
Pemimpin
Untuk menjadi seorang pemimpin diperlukan syarat-syarat tertentu supaya
dapat merealisasikan tugas dan fungsinya. Syarat-syarat itu adalah:
1. Memiliki integritas moral yang tinggi (amanah, shiddiq, adil, dan sabar);
2. Memiliki kecerdasan intelektual (fathanah, basthatan fil ilmi);
3. Komunikatif dan interaktif dengan sesama.
(tabligh);
4. Memiliki kecerdasan emosional dan kepekaan
sosial (azizun aaihi maa ‘anittum,
harisun alaikum, ro’uf rohiem);
5. Berpenampilan sempurna secara fisik (basthatan fil jismi);
6. Memiliki keberanian dan tanggungjawab (syaja’ah dan sahamah);
7. Ditempa dan dilatih dengan pengalaman
hidup yang panjang. (tarbiyah dan
tajribah ‘Aridhah)
Pemimpin,
Ketua, dan Manajer
Aspek Perbandingan
|
Pemimpin
|
Ketua
|
Manajer
|
Pemilihan
|
Dipilih oleh jama’ah berdasarkan pengakuan spontan dari anggota-anggotanya.
|
Terpilih karena suatu sistem dan bukan hasil pengakuan spontan.
|
Diperoleh melalui pengangkatan.
|
Sasaran
|
Bekerja untuk mewujudkan sasaran yang dimandatkan jama’ah.
|
Bekerja untuk mewujudkan target yang dipilih secara pribadi dalam
batas-batas kepentingannya.
|
Targetnya meraih keuntungan materi atau kedudukan.
|
Anggota
|
Para anggota memilih pemimpin dan menjadi pengikutnya.
|
Kita tidak dapat mengatakan para bawahan sebagai pengikut karena mereka
tidak menerima otoritas atasan berdasarkan kemauan mereka.
|
Kita tidak menyebut anggota-anggotanya sebagai pengikut atau bawahan.
|
Otoritas (kekuasaan)
|
Otoritas pemimpin merupakan pilihan spontan dari pihak anggota jama’ah.
|
Otoritas pimpinan datang dari otoritas luar jama’ah.
|
Terkadang dipilih dari anggota yang paling tua atau senior.
|
Hubungan
|
Seorang pemimpin bekerja dengan cara melebur dan berbaur dengan para
pengikutnya.
|
Terdapat jurang dan jarak sosial yang memang disengaja antara kepala dan
bawahan.
|
Hubungan diatur oleh program-program dan terikat dengan pekerjaa
|