Rabu, 11 Agustus 2010

Tujuh gangguan kepribadian Organisasi

Organisasi, ternyata seperti juga manusia, masing-masing memiliki kepribadian berlainan. Seperti manusia juga, kepribadian organisasi bisa sewaktu-waktu menderita sakit. Saat kepribadian orgnaisasi sakit, infeksinya akan sampai pula pada orang-orang yang ada didalamnya. Dan jka keterusan tak diobati, akibatnya akan sangat berbahaya : ambruk.

Penyakit itu tak perlu membuat kita putus asa. Seperti halnya pada manusia, gangguan kepribadian organisasi bisa diperbaiki. Jika kepribadian itu sehat, akan memberi tenaga baru pada anggotanya untuk menanggulangi kegagalan. Ia juga menciptakan suasana kerja nyaman sehingga tiap karyawan akan berusaha melakukan yang terbaik.

Secara umum penyakit organisasi itu dibagi tujuh macam. Semuanya jika dibiarkan akan menggangu hubungan dengan pelanggan, merusak semangat karyawan, mengacaukan kepemimpinan dan meruntuhkan organisasi.

1. Perilaku manik.
Ditahun 1988, EPI product meluncurkan produk baru di pasar Amerika : sebuah perlengkapan pribadi bernama Epilady. Alat itu akan membantu wanita dalam membersihkan bulu-bulu kaki. Hasil kerja alat itu akan sama dengan perawatan yang diberikan di salon yang menggunakan bahan semacam lilin. Produk itu langsung laku dalam sekejap.. perusaaan EPI tiba-tiba tampak begitu unggul dan tak terkalahkan.

Tapi terlena oleh keberhasilannya EPI menjadi manik. Dalam waktu 18 bulan berikutnya, perusahan ini memperkenalkan 24 macam produk baru. Penjualanpun kian gencar aktifitasnya. Dan tanpa ada tanda-tanda peringatan sebelumnya, EPI produk bangkrut. Apa yang salah ? rupanya EPI mengeluarkan terlalu banyak produk dalam waktu yang amat singkat. Planning dan analisisnya keluar dari jalur sewajarnya. Tak satupun produk baru mereka mengikuti sukses produk pertama. Beberapa bahkan membutuhkan biaya yang terlalu banyak. Perusahaan toh terus bertahan pada produk-produk baru itu, sekalipun akhirnya kehabisan cash.

Seperti itulah organisasi yang berprilaku manik. Saking antusiasnya melakukan ekspansi, logika bisnis dan akal sehatnya ditinggalkan. Kadang-kadang organisasi macam ini meraih sukses dalam waktu lama,  sehingga merasa dirinya kuat tak terkalahkan. Rasa percaya dirinyapun berlebihan. Konsentrasinya tercurah pada rencana besar dan tak memperhatikan soal kecil. Padahal kegagalan dalam memperhatikan urusan kecil tapi krisis sudah tentu akan merusak semuanya.

Apa yang harus dilakukan kalau perusahaan punya prilaku manik ini? salah satunya perusahaan harus memperkeras diri dalam soal aturan. Contohnya membatasi pengembangan produk baru, menentukan kriteria untuk menyaring ide-ide baru, mengembangkan standar kinerja.

Cara kontrol lain bisa didapat dari perencanaan. Jika masalah itu terjadi di fungsi pemasaran, yang diperlukan adalah rencana pemasaran. Jika fungsi produksi yang mengalami lepas kontrol anda memerlukan rencana operasi. Lalu jika seluruh perusahaan kacau, perencanaan strategislah yang menjadi jawabannya.

2. Depresi.
Orang akan merasa tertekan jika ia ada dalam lingkungan organisasi yang depresif. disekitarnya, orang-orang apatis, acuh, lesu yang ia jumpai. Mereka tak memiliki energi dan tanpa perasaan. Minatnya pada masa depan nol. Bahkan tak ada komitmen pada masa lampau perusahaan.

Lebih parah lagi, perusahaan yang terkena depresi sebenarnya tahu dirinya mengalami depresi. Ia merasa bersalah tak bisa berbuat lebih baik. Ia ingin berhenti sampai disitu saja.
Langkah kita dalam menghadapi situasi ini adalah melalui tiga langkah penting. Yaitu : pisahkan orang-orang dari keadaan depresi dengan memusatkan perhatian pada hal lain. Ciptakan rasa senang dalam organisasi itu. Akhirnya ciptakan rasa percaya diri organisasi dengan mencapai sesuatu.

Peter schutz pernah mematahkan siklus depresi semacam ini saat ia mengambil alih porsche tahu 1980. Setelah mengambil alih pimpinan porsche, perusahaan itu tengah memusatkan untuk tak ikut serta dalam balap mobil di eropa yang sangat presitius. Lalu, schutz berkata, “Saya tak peduli bagaimana caranya. yang jelas porsche akan menang di sirkuit Le mans” dan Schutz sendiri tak hanya menemani tim balap ke Le Mans. ia juga menghabiskan seluruh waktunya di arena. keadaan depresipun akhirnya hilang.

3. Manik depresif
Dalam Organisasi yang terkena manik – depresif,keadaannya bisa diibaratkan dengan duduk dalam roller coaster. Rasa berdebar ketika ada diatas, seram saat turun keadaan datar dan rasa seram lagi, ketika naik datang silih berganti.

Cara mengatasinya adalah, dengan merawat organisasi tersebut dengan cara memperketat disiplin, tapi segera memberi pengakuan jika tindakan yang diharapkan telah terjadi. Pusatkan perhatian pada tujuan utama Organisasi bukan pada keuntungan jangka pendek. Gunakan model kepemimpinan directive mengarahkan. Manajemen Partisipatory yang biasanya efektive dalam Organisasi sehat tak akan jalan diterapkan Organisasi Manik-Depresif. Disini,Manager mesti bergerak langsung.

4.  Skizofrenia
Perusahaan yang terkena Skizofrenia gejalanya mirip dengan Manik, namun keduanya tetap mudah dibedakan. Yang kena Manik biasanya, tak bisa berpegang pada realitas, tapi ia tahu arah yang dituju, sedang Skizofrenia sama sekali tak tahu apa yang dia tuju. Lebih buruk lagi, ia tak peduli pada realitas dan arah tujuan itu.

Jika anda pernah ada didalam Organisasi Skizofrenik pasti ada kesan yang tak dapat anda lupakan. “Kacau…itulah kata yang paling tepat. Satu departemennya barangkali tak akan pernah tahu apa yang dilakukan departemen lain,bahkan bisa-bisa tak perduli.

Organisasi Skizofrenik benar-benar menghancurkan orang-orang yang ada didalamnya.Tingkat stresnya begitu besar. Dari hari kehari orang tak tahu apa yang bisa diharapkan dari tempatnya bekerja.Semua orang punya resiko sama untuk dipecat,mundur,tertekan, dan pensiun.

Cara mengatasinya adalah dengan mengulang lagi dari awal pembentukan Organisasi: tekankan kembali misi Organisasi, Tentukan tujuan untuk mendukung misi tersebut. Buat daftar keuntungan yang akan diperoleh jika tujuan tercapai serta kerugiannya jika gagal.

Adapun mesti sadar bahwa tak semua usaha anda akan berhasil. Hentikan upaya mengendalikan hal-hal yang tak terkendalikan. Jika sebuah proyek terasa tak mungkin tinggalkan saja.

Anda perlu terus menerus melakukan restrukturasi jika Organisasi terkena Skizofrenia. Ini benar adanya, karena biasanya struktur lama telah menjadi bagian dari masalah Organisasi yang harus diatasi.

5.Paranoia
Jika sebuah Perusahaan selalu mencurigai dan barprasangka buruk pada anggotanya, ia bisa di golongkan dalam Paranoid. Tak banyak kepercayaan diberikan pada mereka ,juga orang diluar Perusahaan itu. Oleh karenanya organisasi terlalu menekankan pada melindungi apa yang dimiliki bukan pada Kinerja.

Cara mengatasinya adalah, anda mesti memaksanya untuk tak mempercayai dugaan-dugaan baik secara emosional maupun intelektual. Kemudian meningkatkan rasa percaya antar karyawan, bisa juga dengan memisahkan mereka dari perusahaan, sehingga satu sama lain akan berhubungan secara sehat dan wajar.

Pakailah cara konfrontasi realitas : bicarakan Perusahaan menghadapi kenyataan. Pemegang kendali harus berani mengemukakan Fakta dari sisi baik dan buruknya, Bicarak alternative yang telah dipertimbangkan, Bawa orang-orangnya melewati fese pro dan kontra. Mungkin anda akan kehilangan popularitas saat melakukan konfrontrasi realitas, namun anda telah menghilangkan benih Paranoia. Jika orang tahu apa yang akan terjadi isu liar akan hilang dengan sendirinya.

6. Perilaku Neurotik
Jika Perusahaan menderita ketakutan yang berlebihan. Tapi tak seperti paranoia, ketakutan itu berasal dari diri sendiri. Ia ragu akan kemampuannya. Karena takut, cemas dan ragu, perusahaan ini jadi menghindari Resiko, serta menolak perubahan sekalipun ia akan rugi.

Sebelum PD II Montgomery Ward (MW) adalah salah satu bisnis retail yang berkemabng paling cepat di AS. Setelah perang, pertumbuhannya berhenti. Hingga tahun 1952, tak satupun took baru di buka. Bahkan setelah perang itu, 27 cabang ditutup sekalipun semuanya masih menjanjikan keuntungan. Gila..tentu saja.

MW agaknya telah terjangkit neurotik. Perusahaan itu secara keseluruhan, merasa ketakutan akan masa depannya. Untuk menghindari–apapun-yang mereka takutkan, perusahaan neurotic biasanya terjatuh dalam perangkap manajemen mikro.

Disini Manager selalu mencek ulang apapun yang dilakukan Karyawan, mereka membuatkan paket keputusan pada tiap langkah karyawannya, sebaliknya keberanian mengambil resiko dan inovasi tak didorong,dan menghukum kesalahan kian meningkat.

Cara mengatasinya adalah : Terapkan terapi keterlibatan dengan perinsip overload. Jadi jika bos anda ingin selalu mengawasi anda, beri kesempatan lebih dari itu. Dorong agar dia lebih banyak mengawasi, berikan beban berlebih padanya.

Saat Donald Trump mendirikan Grand Hyatt, ia jadi sangat khawatir apakah karyawannya melakukan pekerjaan dengan baik. Ia dan isterinya selalu mencampuri kerja manajer. Tak tahan, manajer itu mengeluh pada pimpinan hotel Hyatt. Trump memecatnya.

Manajer pengganti agaknya lebih pandai menghadapi trump. “Ia brilyan dan mulai menghujani kami dengan tugas berat” kata trump. Ia sering menelpon Trump tiap minggunya. Sekali ia pernah berkata “Donald kami perlu persetujuanmu untuk mengganti wallpaper dilantai 14” akhirnya Trump malah berkata, “Jangan ganggu saya lagi. Kerjakan saja apa yang ingin kamu lakukan. Tak usah hiraukan saya”

7. Kecanduan
Perusahaan yang dilanda kecanduan persis orang mabuk, ia yakin semuanya berjalan baik, sekalipun berkali-kali megalami kegagalan. Anehnya semangat mereka sangat tinggi, tapi apabila diamati lebih dekat akan terlihat adanya rasa takanan dan keraguan.

Cara mengatasinya adalah, Melawan hal yang mencanduinya. Ini tak mudah memang.Tak banyak mau mendengar bahwa Perusahaannya tengah sakit- mabuk. Agar mereka mau mendengar, pertama-tama lakukan “pencerminan”. Maksudnya ikuti apa yang ditunjukan dalam perilaku orang lain.Gunakan kata yang sama, bicara dalam tempo dan suara sama.

Carilah siapa yang ada dalam posisi terbaik, untuk mengambil tindakan pengobatan, cobalah bicara padanya. Manager senior mungkin sasaran yang tepat: Jika anda mampu meyakinkan Manager senior bahwa perusahaannya kena candu, realitas itu akan segera menyebar keseluruh perusahaan.

Anda bisa saja membuat kejuatan bagi perusahaan itu. Caranya dengan menggunakan terapi bernama “masa lalu, masa kini dan masa depan “, atau terapi Impact. Dengan ini anda memaksa perusahaan untuk menghadapi hasil yang mungkin muncul Karena kesalahan tindakan. Dengan terapi Impact anda bisa menciptakan trauma sementara. Trauma ini akan membuat perusahaan berdiam sejenak, melihat dan memikirkan tindakannya, namun terapi Impact ini hanya bisa dilakukan oleh orang dengan posisi di atas.

Sumber : Republika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan masukan komentar Anda

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...