Minggu, 20 Juli 2014

PEMIMPIN YANG TIDAK MEMILIKI GELAR




PENDAHULUAN

Tema kepemimpinan selalu menarik untuk dikaji.  Kebutuhan akan seorang pemimpin yang ideal, boleh jadi menyebabkan para penulis berusaha untuk menawarkan berbagai model kepemimpinan, baik secara teoritis maupun contoh nyata dari pengalaman pemimpin yang dianggap sukses.  Buku-buku yang mengangkat tema kepemimpinan pun banyak dihasilkan.  Sebut saja, beberapa buku bertema leadership yang best seller teranyar seperti; The leader in Me karya Stephen R.Covey, Spiritual Leadership yang ditulis oleh J.Oswald Sanders, Leadership Golden Ways buah tangan Mario Teguh atau buku karya M. Antonio Syafi’i yang berjudul  Super Leader Super Manager.  

Fenomena yang ada saat ini di masyarakat barat khususnya, merindukan buku-buku yang bernuansa spiritual. Di mulai sejak abad ke-20, trend “New Age” mempengaruhi jenis bacaan mereka.  Menurut Wikipedia, definisi New Age yaitu;

 Zaman Baru atau Gerakan Zaman Baru adalah suatu gerakan spiritual yang terbentuk di pertengahan abad ke-20. Merupakan gabungan dari spiritualitas Timur, dan Barat, serta tradisi - tradisi metafisika yang mengemukakan suatu filsafat yang berpusatkan kepada manusia. Gerakan ini mulai dikembangkan dengan munculnya latihan-latihan pengembangan diri, seminar pengembangan diri, yoga, waitankung, seminar kata-kata motivasi, dan lain-lain. Tujuannya untuk menciptakan sebuah "spiritualitas yang tanpa batasan atau dogma-dogma yang mengikat".  Dengan menekankan bahwa pikiran, jiwa, dan raga saling berhubungan, serta adanya bentuk Monisme dan kesatuan di dalam alam semesta. Lebih jauh gerakan ini mencoba menciptakan "suatu pandangan yang menggabungkan ilmu pengetahuan dan spiritualitas" dan oleh karenanya gerakan ini menganut berbagai bentuk ilmu pengetahuan dan ilmu semu.

Buku-buku bertema leadership yang diangkat melalui cerita motivasi, inspiratif dan bernuansa spiritual, seperti contoh di atas, menjadi alternatif bacaan yang digandrungi khalayak umum.  Salah satu buku leadership model tersebut yang laris di pasaran adalah The Leader Who Had No Title yang ditulis oleh Robin Sharma.  Robin Sharma dikenal sebagai seorang penulis yang fenomenal, karena sebagian besar karyanya merupakan best seller.  Karya Sharma kali ini secara spesifik mengupas tentang leadership.  Judul yang ia angkat menarik orang untuk merasa perlu tahu tentang gagasan yang dituangkannya dalam buku tersebut.  Gagasan tentang pentingnya leadership bagi siapa saja, tidak terbatas pada orang yang memiliki jabatan sebagai pemimpin saja.  Buku yang bertema kepemimpinan, biasanya hanya diminati pembaca yang memang sedang memimpin sebuah jabatan atau orang yang sedang mencari pengetahuan tentang kepemimpinan.  Melalui tema leadership yang sedikit berbeda ini, seakan Sharma tidak ingin membatasi segmen pembaca bukunya.  Ia pun ingin meyakinkan, bahwa kepemimpinan itu milik setiap insan.

THE LEADER WHO HAD NO A TITLE
Leadership and Succsess are Your Birtright
Setiap insan lahir untuk menjadi Jenius.  Buku ini akan meyakinkan pembacanya  bahwa kesuksesan itu adalah bawaan dari lahir atau sesungguhnya setiap manusia terlahir dengan potensi untuk dapat meraih kesuksesan  Sebagai contoh, dalam buku ini diceritakan tentang seorang  Blake Davis bisa bangkit dari keterpurukannya dikarenakan dia terus bejuang melawan diri dari keputusasaan. Pengalaman hidup yang sulit membuat dirinya semakin bertambah matang dalam menghadapi berbagai situasi.  Menurut Davis, menjadi pemimpin hanyalah sebuah keputusan.  Masa yang sulit, hambatan, ataupun rintangan, justru memberi kesempatan kepada setiap orang untuk menjadi pemimpin yang lebih baik.

Seorang pemimpin adalah seorang yang mempunyai keberanian untuk bermimpi, kemampuan untuk mengatur, dan kekuatan untuk melaksanakan hal-hal yang perlu dilakukan. Seorang pemimpin, secara sederhana, adalah manusia yang tahu ke mana dia akan pergi, bangun dan melangkah.
 "Planning is 80% Thinking and 20% Writing–then 100% Doing!"

"Bukan Anda atau dunia yang tahu apa yang dapat Anda lakukan sampai Anda sudah mencobanya" – Ralph Waldo Emerson

My Meeting with a Leadership Mentor

Blake David
Seorang pegawai pada cabang sebuah Toko Buku, di mana cabang yang dikelolanya merupakan cabang dengan penjualan yang terendah dan ada kemungkinan untuk ditutup.   Davis mengalami trauma pasca pulang dari Perang Irak, ia menjadi sering bermimpi buruk.  Hal itulah yang menurutnya menjadi penyebab kebangkrutan tokonya. 

Tommy Flinn
Seorang berusia 77  tahun, teman dari ayah Blake, berpenampilan sangat eksentrik.  Flinn sudah 50 tahun bekerja di toko buku tersebut.  Ia berkali-kali menolak ketika diangkat menjadi manajer.  Ia telah memenangkan karyawan terbaik tingkat pusat secara berturut-turut, dengan hadiah dan uang yang banyak serta jalan-jalan keluar negeri sebagai rewardnya

Tommy Flinn mengungkapkan, jika seseorang  ingin memilih metode apakah yang cocok untuk gaya kepemimpinannya, tanyakanlah pada hati, karena hati akan membimbing seseorang untuk melakukan apa yang seharusnya di lakukan.  Tommmy bercerita bahwa ia memutuskan untuk terus bekerja di toko ini setelah 50 tahun, karena ia tak mau  meninggalkan pekerjaaan yang sangat disukainya. Ia merasa senang di tempat kerjanya, dihargai membuatnya selalu merasa muda.  Ia pun lebih kreatif, mampu menyelesaikan banyak masalah yang membuat otaknya berkembang.  Menurut Tommy, pelanggan baru adalah tambahan teman baru.  Di tempat bekerjanya, ia memilliki kesempatan untuk menginspirasi teman-teman yang lain melalui contoh.   Ia merasa bahagia karena melakukan pekerjaan yang hebat, ini semua membuat hidupnya kaya dan sempurna.

Setiap pekerjaan adalah penting.  Bekerja tim ibarat sebuah orkestra di mana konduktor adalah menejernya, jika satu personil saja bermain dengan buruk, walaupun yang lain bermain dengan baik, hasilnya akan tetap buruk  penampilan keseluruhannya.  Setiap orang memiliki inner power di dalam diri mereka, yang menunggu untuk dikeluarkan.  Setiap orang memiliki natural power untuk mengendalikan inner power tersebut.  Sekali seseorang menbangunkan inner leader mereka, mereka dapat melatihnya setiap hari. Kekuatan itu akan semakin baik dan semakin kuat dengan banyak berlatih.

Pemimpin bukanlah apa yang disandang atau dikuasai, pemimpin adalah seberapa besar kamu bekerja dan betapa baik perilaku seseorang.  Tumbuh dan berkembangnya sebuah perusahaan, dibutuhkan seseorang yang berbakat, yang menyadari bahwa dirinya ada dalam sebuah tim, di mana ia berfikir lebih cepat dibandingkan tantangan zaman yang datang, agar perusahaan dapat bertahan dan terus berkembang menghadapi situasi apapun.

Setiap orang harus menempatkan dirinya sebagai bagian dari sebuah tim leader, dengan kesadaran dirinya untuk berkomitmen melakukan perubahan yang positif, sehingga harus sempurna dengan peran-peran yang dijalankan.  Untuk bisa menumbuhkan jiwa kepemimpinan, setiap orang membutuhkan :
1.  Pemacu inovasi
2.  Inspirasi dari tim
3.  Tantangan menghadapi perubahan
4.  Tanggung jawab
5.  Hal positif
6.  Dorongan memberikan hasil terbaik

Sebagai contoh; Roosevelt, Mandela, Edison atau Einstein, mereka tidak maju dikarenakan uang, mereka maju disebabkan karena mereka menyukai tantangan dan juga kesempatan yang mereka optimalkan.

Kesimpulan singkat dari pembicaraan antara Tommy dan Blake yang tidak berlangsung lama, tetapi Tommy berhasil mengubah Blake dari yang apatis terhadap Tommy (karena penampilan dan style mereka benar-benar berbeda).  Blake menjadi pribadi yang lebih terbuka, bersedia mendengarkan dengan sepenuh hati, meyakini lalu mengamalkannya.

Keberhasilan Tommy disebabkan Tommy sangat yakin akan apa yang dia sampaikan.  Dia menyampaikan dengan tulus dan sepenuh hati, bahkan dengan cinta, dengan intonasi yang lembut tetapi lugas dan jelas. Tommy tidak hanya berkata-kata saja, tetapi ia secara konsisten telah membuktikan perkataannya melalui perbuatan selama berpuluh tahun, hal itu dibuktikan dengan prestasinya sebagai  karyawan terbaik untuk bertahun-tahun.

Karena poin-poin di atas itulah, walaupun pembicaraan berlangsung dengan singkat, tetapi mampu merubah Blake.  Blake seakan menjadi manusia  baru dan luar biasa.  Pada akhirnya, Blake berhasil menjadi wakil presiden termuda pada toko buku tersebut , bukan hanya karir, rumah tangga Blake pun berjalan dengan sangat baik.  Tommy pun berhasil menanamkan pada Blake, untuk berbagi tentang filosofi tersebut, dan Blake dengan senang hati menjalankannya.
The Sad Costs of Mediocrity and The Spectaculer Rewards of Leadership Mastery

Kepemimpinan merupakan hal untuk semua orang.  Kepemimpinan bukan  hal yang komplek. Kepemimpinan merupakan satu kemampuan yang sangat penting untuk kesusksesan dalam melakukan kegiatan apapun.  Kepemimpinanan bukan sesuatu yang hanya dilakukan di tempat kerja melainkan harus dilakukan di setiap tempat, yang akan memberikan pengaruh besar pada sekelilingnya.

Setiap manusia  mengatur  kehidupannya sendiri untuk tetap hidup. Kesuksessan merupakan hasil dari kerja harian yang terus dilakukan dan dapat menghasilkan prestasi yang jauh lebih baik dari apa yang direncanakan. Menanamkan jiwa kepemimpinan di setiap momen kegiatan, akan menghasilkan sesuatu yang sangat besar.  Dari semua yang dijelaskan Sharma pada chapter ini, yang terpenting adalah dapat menjadi  pemimpin dalam diri sendiri sehingga tidak perlu titel untuk menjadi pemimpin. Pemimpin akan menemukan kebahagiaan.  Kebahagian karena menjadi orang berguna dan mempunyai banyak waktu untuk menyalurkan bakat. Seseorang dengan jiwa kepemimpinan memiliki keberanian dan semangat untuk secara konsisten meraih visi tertinggi dan menjadi orang yang akan membangun orang lain. Jiwa kepemimpinan yang ada pada diri setiap orang akan menumbuhkan etika, inspirasi dan empati seorang sebagai inovator.  Kadang kala seseorang dikelilingi dengan teman-teman yang memanggilnya dengan nama seekor binatang.   Terkadang pula, mereka menyebutnya seorang pahlawan dan legenda.  Pemimpin tanpa title menyadari bahwa perbuatan-perbuatan besar yang dilakukannya dikenang bahkan ketika sudah tidak ada lagi sekalipun.  Sebutan apa yang akan orang berikan, sangat tergantung dengan perbuatan besar apa yang seseorang lakukan.

Pemimpin tanpa titel selalu melenturkan pikiran mereka, meningkatkan kemampuan mereka, dengan selalu konsisten menanyakan ke diri mereka “Apa yang bisa saya perbaiki?”  Pertanyaan itu akan memacu seorang pemimpin menjadikan hari ini lebih baik dari hari sebelumnya.  Cara untuk meningkatkan keunggulan pada diri seorang pemimpin bukanlah dengan membuat ide  yang revolusioner ataupun inisiatif yang radikal.  Cara meningkatkan keunggulan adalah dengan melakukan langkah-langkah kecil dengan lebih baik serta berimprovisasi setiap hari secara konsisten.

Pemimpin yang hebat akan berusaha mengerjakan hal sekecil apa pun bak seorang yang ahli di bidang tersebut. Ia akan bersungguh-sungguh mengerjakan pekerjaan tersebut, walaupun pekerjaan itu tampak sepele dan mudah, ia akan berusaha memberikan yang terbaik. Pemimpin tanpa title, menjadikan  FMOB (the First, The Most, The One, The Best) sebagai moto hidupnya. Cara untuk menjadikan diri ahli adalah memandang diri sendiri sebagai bahwa orang yang brilian.  Cara pandang merasa diri brilian akan memberi pengaruh positif terhadap hasil  yang dicapai.  Para pemimpin hebat selalu punya pola pikir yang hebat, hal ini memunculkan kebiasaan yang hebat pula. Menjadi diri sendiri, tidak sekedar bisa dipercaya, mengejar misi dan visi pribadi, tetapi juga memberikan ketenangan dan kebahagiaan buat orang lain.

Semakin besar impian, makin banyak usaha dilakukan, biasanya juga makin besar tantangan yang akan menghadang. Ketekunan adalah modal.  Tekun itu artinya tetap bersemangat mengejar cita cita dan tetap berusaha memberikan yang terbaik.  Keunggulan tidak pernah terpisahkan dengan kehormatan. Seorang pemimpin akan selalu konsisten
dengan nilai-nilai baik yang dikerjakan dan selalu menjaga kehormatan diri.


Kemampuan berkomunikasi yang baik, dibutuhkan seorang pemimpin.  Pemimpin harus berlatih berbicara secara terus terang, namun tetap harus menjaga respek dan menjaga harga diri orang yang diajak bicara. 

Berikut contoh berbicara terus terang;
Pemimpin:   ”Kamu tidak mengerjakan dengan baik dan kamu perlu banyak meningkatkan diri.”
Kalimat tersebut dapat diubah dengan kalimat lain yang lebih baik seperti,
Pemimpin:  “Saya mengapresiasi semua usaha maksimal yang sudah Anda lakukan dan saya akan memberitahukan cara lain yang bisa membuat hasilmu lebih baik lagi”.

Contoh kalimat di atas membuktikan bahwa kalimat yang dipilih seorang pemimpin saat berbicara, akan menentukan nilai rasa bagi orang yang diajak bicara, walaupun tujuan mengenai apa yang dibicarakan sama.

Memotong hal yang komplek menjadi sederhana.  Pemimpin yang efektif akan menghindar dari aktivitas-aktivitas yang tidak memberi nilai tambah. Dalam situasi memimpin, perlu dibangun optimisme bahwa kesengsaraan tidak selamanya mengarah pada hal negatif namun akan melahirkan peluang.  Seperti gelapnya malam yang diiringi dengan bintang, kesengsaraan selalu diikuti dengan kebahagian.  Seorang pemimpin tidak akan pernah belajar menjadi berani dan sabar jika dalam hidupnya hanya diisi dengan kesenangan belaka.  Sebagai ilustrasi, ketika seseorang melakukan tindakan yang baik pada saat kondisi yang kurang baik, akan menghasilkan kondisi yang lebih baik.

Pemimpin dilatih untuk tidak bersikap reaktif terhadap sesuatu yang membingungkan, namun berusaha bersikap responsif yakni dengan tetap tenang menghadapi segala sesuatu yang diluar kontrol.  Pemimpin juga dilatih untuk selalu berinisiatif meningkatkan kemampuan di area yang bisa dikendalikan. Kepemimpinan bukan hanya soal mengritik dan mengoreksi ketika ada yang salah, namun juga memberikan pujian dan penghargaan atas   sekecil apapun atas usaha baik yang dilakukan. Dalam memberikan pujian harus benar-benar tulus.  Makin dalam hubungan antara pemimpin dengan orang yang dipimpinnya akan  makin memperkuat kepemimpinan seseorang.

H:Helpfulness 

Pemimpin yang menolong selalu melakukan lebih dari apa yang didapatkan. Kepemimpinan bukan sekedar mencapai cita cita, namun juga untuk memberikan manfaat kepada orang lain.  Dalam membangun keahlian dalam berhubungan dengan orang  lain, sekedar memberikan bantuan belumlah cukup.  Pemimpin perlu memiliki kemampuan memahami.  Salah satu cara melatih kemampuan memahami adalah mengasah kemampuan seorang pemimpin untuk sungguh-sungguh mendengarkan. Dalam era kompetisi bisnis yang ketat, sudah bukan saatnya untuk
bergaul dengan tim atau pelanggan hanya melalui email atau telpon.  Sesekali perlu melakukan interaksi di luar agar timbul tingkat hubungan yang lebih baik. Banyak orang berpikir kalau bekerja itu harus selalu serius, kerja dengan bergembira (fun) dianggap membuang waktu dan mengurangi produktivitas. Padahal bekerja dengan fun, membuat energi positif perorangan maupun organisasi akan meningkat dan dengan demikian produktivitasnya pun ikut meningkat.  Selama berinteraksi, pemimpin diharapkan melakukannya dengan rasa tulus.  Pemimpin juga disarankan merawat hubungan baik dengan siapapun.  Sebelum menjadi pemimpin yang hebat, harus terlebih dulu menjadi pribadi yang hebat.  Ketika seseorang melatih dirinya untuk terus berjuang dalam mematahkan belenggu yang membatasi pikiran, maka ia akan bisa melihat dengan jelas seorang juara sudah berada di hadapannya. Seorang juara sebelum benar benar menjadi juara, mereka telah memiliki mental juara.  Mental juara dalam cara berpikir dan bertindak, yang mengarahkannya menjadi juara, sampai akhirnya benar benar menjadikannya sebagai juara.  Pemimpin harus selalu menjaga kesehatan. Tanpa kesehatan ia tidak bisa melakukan hal lebih banyak. Siapa yang tidak menyempatkan diri untuk berlatih dan menjaga kebugaran dirinya, akan menjadikan dirinya berlatih dalam kesakitannya.

Pemimpin selalu berupaya membuat dirinya mudah terinspirasi, agar bisa membuat orang lain
terinspirasi oleh dirinya. Jika sehari dalam hidupnya tidak mampu memberikan inspirasi, ia akan merasa tidak hidup pada hari itu. Inspirasi bisa didapatkan melalui musik, film, buku, media, dan juga teman-teman yang hebat.  Keberhasilan selalu dibangun oleh hubungan baik dengan keluarga dan teman teman dekat. Rasa mencintai dan dicintai keluarga merupakan kekuatan yang membentuk kesuksesan pribadi. Pemimpin mampu memilih hal baik.  Pemimpin memaknai hidup yang hanya sekali dengan memberikan kontribusi yang banyak bagi siapapun yang membutuhkan, sehingga hidupnya menjadi lebih berarti.

Tips menjadikan diri sebagai pemimpin atau ia akan :
  • Dikelilingi oleh kesunyian
  • Tidak memiliki pengalaman luar biasa.  Hal ini akan menghambat seseorang untuk melakukan hal yang besar.
  • Tidak dapat menginpirasi orang lain
  • Menyesal ketika  tidak dirinya tidak mau mengambil resiko sehingga ia tidak pernah menerima penghargaan apapun
  • Kehilangan kesempatan karena terjebak pada perasaan bahwa “Saya biasa-biasa saja”
  • Merasa sedih bahwa dirinya tidak pernah mempelajari keterampilan mengubah kesulitan menjadi kemenangan dan timah menjadi emas.
  • Mementingkan diri sendiri
  • Terbawa oleh lingkungan di  bandingkan kehidupan yang anda inginkan sebenarnya
  • Tidak menyadari bahwa ia dapat membangun diri  sendiri untuk menjadi sesuatu
  • 10.  Meninggalkan dunia dengan tidak lebih baik dari yang ia lihat sebelumnya.

The First Leadership Conversation; You Need No Title to Be a Leader 

“Bahkan seorang tukang sapu jalanan pun semestinya melakukan pekerjaannya sebagaimana ciamiknya Michealangelo melukis, hebatnya Beethoven meramu music, atau sedahsyat alir puisi Shakespeare sehingga seluruh yang ada di langit dan di bumi dapat berseru ; “Disini pernah hidup seorang tukang sapu hebat yang mengerjakan tugasnya dengan baik” Demikian Martin Luther King Jr mengungkapkan bagaimana seharusnya setiap orang melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

Dalam chapter ini diceritakan dialog yang terjadi antara Tommy dan Anna.  Rangkaian percakapan yang memberi inspirasi bagi Tommy, khususnya nasihat yang didapatnya dari Anna.  Berikut nasihat Anna;
  1. Persepsi yang salah mengenai kepemimpinan: Kepemimpinan hanya untuk kalangan eksekutif dan kesuksesan hanya bisa diperoleh berkat faktor keberuntungan saja
  2. Anna mengingatkan: “ Saya bisa saja memiliki sejuta alasan untuk tidak puas, mengeluh, dan komplain dengan kondisi saya sekarang, tetapi saya memilih untuk menggunakan hak freedom saya untuk memandang dari sisi yang berbeda tugas yang saya lakukan dan membuatnya menjadi pilihan positif dan menyenangkan bagi saya”.
  3.  Motto yang dimiliki Anna : Nothing less than my very best
  4. Kekuasaan penuh ada pada kita untuk menciptakan luck  karena keberuntungan tidak akan hadir dengan sendirinya. Walaupun banyak kendala besar, jika kita yakin bisa menghadapinya maka keberuntungan akan datang.
  5. Persepsi yang salah tentang bekerja: Banyak orang menginginkan sesuatu, tapi tidak mendapatkan apapun, karena tidak tahu apa yang dimauinya. Bermimpi ingin memiliki, namun berhenti untuk berusaha mewujudkan apa yang diinginkan dan tidak berusaha untuk meraihnya. Show up dalam bekerja hanya semata untuk dibayar lebih tanpa memiliki nilai sedikitpun dari hasil kerjanya.
  6. Pemimpin harus melakuakn hal positif untuk perubahan.  Kritikan yang datang dari orang lain tidak harus dihiraukan. Tidak mudah tergoyahkan dan miliki rasa percaya diri yang tinggi itu adalah rahasia sukses seorang pemimpin.
  7. Albert Einstein mengingatkan “ Just go do your work as well as you can humanly do it. The rest will take care of itself”.
  8. Pemimpin belajar untuk dapat memimpin dengan baik melalui uji coba. Setiap kesalahan akan semakin mendekatkan seseorang pada langkah yang sempurna. Jangan mudah menyerah dengan apa yang dikomentari orang lain, karena Great people construct monuments with the stones their critics throw at them. Bersyukurlah jika masih ada yang mengkritik itu berarti masih ada orang yang peduli.
  9.  Leadership power sesungguhnya adalah sesuatu potensi natural yang dianugrahi kepada seluruh manusia. Hanya saja potensi  tersebut jarang untuk di-switch on.  Tugas manusia hanyalah mencarinya dan mengaktifkannya kembali.
      Ada 4 jenis natural leadership powers (ditulis oleh Anna di atas napkin):
1.    Setiap manusia memiliki kekuatan untuk bekerja setiap hari dan menunjukkan kualitasnya. Manusia tidak butuh titel untuk menunjukkan kualitas kinerja yang prima.
2.    Setiap manusia memiliki kekuatan untuk menginspirasi, mempengaruhi, dan menebar hikmah kepada setiap orang yang ditemui.
3.    Setiap manusia dapat membuat perubahan positif dalam menghadapi kondisi yang negatif.
4.    Setiap manusia tahu bahwa leadership dapat membuat diri seseorang memperlakukan stakeholders dengan respek, apresiatif dan baik. 
  •      Being a leader is our birthright. Posisi seseorang pada sebuah organisasi atau seberapa seniornya seseorang menjadi tidak penting. Yang terpenting adalah jika seseorang telah memiliki kekuatan untuk menunjukkan jiwa leadershipnya. Kewajiban manusia adalah mengaktifkan kekuatan itu.  Berhenti berlaku sebagai seorang objek penderita dan mulai menjadikan dirinya seorang pemimpin.
  •      Tidak ada satu pun manusia yang tidak berharga. Siapapun dan jenis pekerjaan apapun bisa menjadi berharga dengan filosofi the leader without a title.

Selanjutnya, Anna mencoba merangkum 4 prinsip utama yang akan membangun kemampuan memimpin tanpa seseorang harus memiliki titel atau jabatan sebagai pemimpin.
  • a.    Innovation :
Pemimpin tanpa titel selalu melenturkan pikiran mereka dan meningkatkan kemampuan mereka.  Ia selalu konsisten menanyakan ke diri sendiri “Apa yang bisa saya perbaiki hari ini?”  Kata inovasi terdengar sulit dilaksanakan, namun sebenarnya inovasi adalah membuat sesuatu hal menjadi lebih baik lagi dibandingkan hari kemarin.   Cara untuk meningkatkan keunggulan bukanlah dengan membuat ide yang revolusioner ataupun inisiatif yang radikal, namun caranya adalah dengan melakukan langkah-langkah kecil dengan lebih baik serta berimprovisasi setiap hari secara konsisten.                                                                       

Butuh kreativitas dan berani untuk berbeda. Setiap leader without a tittle secara konstan mendesain pikirannya dan menunjukkan keahliannya dengan selalu berkata “ What can I improve today?. Leader without a tittle memiliki komitmen untuk membuat apa yang disentuhnya akan lebih baik daripada pada saat pertama kali ditemukan. Kuncinya adalah be a  visionarydevelop an innovation mindset start off small. Mulailah dari sesuatu yang kecil setiap hari maka akan menjadi multiplier effect =  small daily improvements (peningkatan kecil setiap hari) – over time  lead to stunning results.
  • b.    Mastery :
Jadikan anda sebagai ahli dalam apapun yang sedang anda kerjakan, sekecil atau semudah apapun pekerjaan itu, selalu persembahkan yang terbaik. Jadikan diri anda FMOB (the First, The Most, The One, The Best). Cara untuk menjadikan diri ahli adalah memandang diri sendiri adalah orang yang brilian. Cara pandang diri  berpengaruh dengan hasil yang dicapai. Para pemimpin hebat selalu punya pola pikir yang hebat.  Hal tersebut memunculkan kebiasaan yang hebat pula.

Komitmen untuk menguasai apa yang kita kerjakan – apapun jenis pekerjaanmu-. Steve Martin berkomentar ; “ Lakukan dengan sangat baik maka orang lain tidak akan meremehkan Anda”.  Jadilah a FMOB = some one who is devoted to being the First, the Most, the Only, and the Best. Starting point untuk menjadi mastery adalah meningkatkan ekspektasi diri. Berkomitmen untuk menjadi seorang FMOB. Mastery tidak diperoleh dalam waktu singkat, butuh waktu, usaha, dan kesabaran untuk mewujudkannya.   Diri sendirilah yang bisa memilih untuk menjadikan setiap skenario hidupnya menjadi sesuatu yang luar biasa atau menjadi biasa saja. The best leader tidak pernah beride tanpa beraksi. Sekecil apapun ide tersebut. Banyak orang memiliki ide brillian, namun yang membedakannya dengan master ada pada keberanian untuk mewujudkan ide tersebut.
  • c.    Authenticity :
Menjadi diri sendiri, tidak sekedar bisa dipercaya, mengejar misi dan visi pribadi, tetapi juga memberikan ketenangan dan kebahagiaan buat orang lain.  Adalah model usang kepemimpinan. Kekuasaan diperoleh dari otoritas, posisi dan pengaruh yang didapat dari kekuasaan. Periode barunya adalah; kontribusi terbesar ada pada apa yang ada pada diri seseorang sebagai a person dan keahlian, bukan lagi pada kekuasaan yang disematkan pada dirinya. “Be who you are and say what you feel because those who mind don’t matter and those who matter don’t mind”. Otentik adalah perasaan nyaman dalam mempercayai diri sendiri, bekerja dengan nilai sendiri, mengekspresikan apa yang menurut dirinya benar, dan melakukan yang terbaik semampunya. Seorang yang berjiwa pemimpin memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan dengan penuh percaya diri di saat tidak ada seorang pun yang mempercayainya.       
  • d.    Guts in business :
Ketekunan adalah modal, karena makin tinggi sebuah mimpi, makin banyak usaha  yang  dilakukan, makin besar pula tantangan yang akan menghadang. Tekun itu artinya tetap bersemangat mengejar cita cita dan selalu berusaha Memberikan yang terbaik. Seseorang tidak membutuhkan gelar untuk menjadi seorang pemimpin, yang dibutuhkan hanya pemikiran yang lapang dan segudang keberanian. Berani menerima resiko dibanding orang biasa. Semakin seseorang meninggalkan zona nyaman, semakin terbukalah 1000 kesempatan untuk menjadi lebih baik.  Leadership bukan hanya semata sebuah gelar namun lebih kepada cara kita mengekspresikan kemampuan terbaik kita sebagai manusia.
  • e.    Ethics : moral correctness.
Keunggulan tidak pernah terpisahkan dengan kehormatan. Pemimpin selalu konsisten dengan nilai-nilai baik yang dikerjakan dan selalu menjaga kehormatan diri.  Ternyata siapapun ia, apapun jabatannya, apapun status sosial seseorang, apapun pekerjaannya, seseorang bisa menjadi pemimpin sejati. Syarat untuk menjadi pemimpin sejati yakni : menjalani hidup ini dengan sepenuh hati!  Pemimpin tidak harus  punya pangkat. Pemimpin tidak harus punya jabatan. Pemimpin tidak harus punya banyak pengikut. Pemimpin tidak harus punya banyak harta. Seorang pemimpin adalah seorang yang mampu menunjukkan kemampuannya dalam menginspirasi, mempengaruhi, menggerakkan bahkan merubah orang lain dengan tindakannya.

Langkah Cepat untuk mengimplementasikan 5 aturan tersesbut di atas :
  • Selama 24 jam, catat inventaris pribadi atau pekerjaan di mana Anda menolak tanggung jawab dengan alibi sebagai korban.
  • Buat catatan harian tentang 5 macam tujuan kepemimpinan untuk 7 hari kedepan.  Cari tahu perubahan positive yang terjadi.
  • Anda tidak membutuhkan gelar untuk memberi pelayanan yang terbaik.
Turbulent Times Build Great Leaders

Prinsip kedua dari filosofi Leader Without a Title adalah turbulensi yang melahirkan pemimpin tangguh. Dilandasi dengan realita bahwa hari-hari yang sulit tidak akan pernah berakhir dan hanya orang orang yang tangguh akan dapat melewatinya. Tantangan terbesar di masa turbulensi (baik dalam bisnis maupun kehidupan) adalah bagaimana  menjadikan sebuah ’kekacauan’ menjadi sebuah ’kesuksesan’. Di tengah  tataran kehidupan yang tidak dapat diprediksi manusia perlu lebih ’jelas’ membangun masa depannya.

Melalui cerita inspiratif dari seorang legiun perang Iraq dan Afgan, Ty Boyd yang hidupnya berubah dengan sejak menerapkan filosofi The leader without a title, tergambar bahwa tantangan dalam kehidupan adalah sebuah keuntungan besar. Ty  yang juga seorang atlet  ski dunia dan  memiliki bisnis di dunia yang sama menyebutkan saat memutuskan untuk menekuni dunia dan bisnis ski, ia sangat menyadari bukanlah dunia yang dapat menjadikannya kaya, namun baginya melakukan perkerjaan yang sangat disukainya dan akan membuatnya bahagia akan menjauhkannya dari mimpi buruk saat di dunia kemiliteran sebelumnya. Namun pada akhirnya melalui pemahamannya akan filosofi The leader without a title.  Filosofi tersebut  mengantarkannya bahwa masa sulit di Iraq justru membangun jati dirinya dan menyadarkannya akan  kekuatan yang dimilikinya.Justru baru disadarinya bahwa semua tantangan dimasa sulit saat itu seakan mempersiapkan dirinya untuk menjadi pemimpin kuat di masa mendatang. Filosofi LwaT berpengaruh kuat pada hidupnya sehingga diterapkan pada pekerjaannya di dunia ski saat ini.

Menurutnya, dalam pekerjaan apapun seseorang dituntut untuk menjadi entertainer yang menginspirasi konsumen agar orang mau berbisnis dengannya. Seorang pemimpin dituntut menampilkan yang terbaik agar dapat menyihir penonton (konsumen). Tidak ada yang perduli apakah seorang entertainer itu mengalami hari terburuk saat itu karena penonton hanya tahu mereka telah membayarnya dan harus mendapatkan pertunjukan yang menarik. Di sinilah kepemimpinan seseorang harus bangkit, meskipun kesulitan datang tak pernah berhenti dan filosofi kedua ”masa turbulensi yang melahirkan pemimpin tangguh” menjadi guru terbaik.

Dalam kenyataannya  dunia terus berubah, segalanya penuh tantangan dan butuh keberanian. Bahkan banyak hal yang harus  dilakukan yang sebernarnya harus dihindari.  Seperti seorang pemain ski yang terjebak badai salju di atas gunung, apakah harus ia diam menjadi beku atau menerobosnya. Saran pertama dalam kondisi seperti ini adalah rileks dan membuang rasa takut, kemudian mulai bergerak dengan konsisten menghadapi tantangan demi tantangan. Hal ini tidak saja meningkatkan rasa percaya diri, namun membuat seseorang memiliki kekuatan untuk mengarahkan kehidupannya (bukan sebatas bisnis). Perlu disadari, kondisi turbulensi/kondisi sulit  dapat memunculkan kemampuan yang kamu miliki dan memunculkan bakat terpendam yang tidak kamu sadari.

Tantangan baru membutuhkan perubahan tehnis, setiap orang harus berdaptasi dengan perubahan itu. Pemimpin yang sukses harus berusaha menyambut ’bahaya’, mengambil reksiko yang cerdas dan berani untuk memanfaatkan kemampuan terbesar yang dimilikinya meskipun semuanya tampak menakutkan. Semakin banyak orang melakukan hal-hal yang menakutkan maka  semakin mampu ia melihat kepemimpinan yang sebenarnya.  Masalah akan menjadi masalah ketika dipandang sebagai  masalah.
           
Ada lima aturan penting dalam  prinsip ”masa turbulensi yang melahirkan pemimpin tangguh”  yaitu  S-P-A-R-K.

S; Speak with Candor
Menggambarkan  kekuatan komunikasi, seorang pemimpin sebaiknya menjadi komunikator yang inspiratif. Dalam filosofi LwaT menjadi hal yang penting bagi seorang pemimpin berkomitmen untuk jujur berbicara sehingga selalu dapat dipercaya dan dihargai sekitarnya.  Tidak sedikit pemimpin yang tidak dapat  melakukan hal ini, sehingga kultur yang dibangun dalam organisasinya menjadi tidak sehat. Kata-kata seorang pemimpin sebaiknya  memunculkan keanggunan kepemimpinannya dan mengandung inspirasi  bagi yang lain, bahkan dapat membuat orang lain berbuat di luar dari kebiasaannya. Pemimpin dapat berkata apapun sejauh ia dapat menyampaikannya dengan penuh penghormatan pada lawan bicara.  Kata-kata memiliki kekuatan, sebut saja pemimpin seperti John. F Kennedy,  Ghandi, Mandela, Marthin Luther King  yang dapat mempengaruhi dengan kekuatan kata-katanya.

P; Prioritize
Pada masa turbulensi yang terjadi dalam sebuah organisasi, biasanya menyebabkan seorang pemimpin seringkali melupakan visi, misi, value dan goals karena banyaknya gangguan/distraksi. Pemimpin dalam LwaT  harus tetap berada dalam jalurnya. Secara sederhana, pemimpin harus tetap fokus pada yang baik, abaikan hal lainnya yang negatif.  Pemimpin yang baik harus mengenali mana yang harus menjadi prioritas.

A; Adversity Breeds Opportunity
Kemalangan membawa banyak peluang. Kesalahan membawa banyak hikmah.  Saat seorang pemimpin dapat melewati masa turbulensi, ia akan lebih sukses. Dalam kemalangan juga akan membawa banyak hal baik. Kuncinya adalah pemimpin harus segera bangkit dan melewati kesulitan. Keep Moving Toward, tetap melakukan sesuatu, karena jika pemimpin tidak melakukan apapun di saat turbulen, kondisi yang lebih buruk akan sangat mungkin dialami.

R; Respons Versus React
Sebagian orang terjebak dalam kepanikan saat berada dalam kesulitan, sehingga mereka menjadi bagian dari masalah bukan sebagai pemimpin yang menjadi sumber solusi dalam menyelesaikan masalah.  Seorang pemimpin diminta tidak menjadikan reaksi sebagai kebiasan dalam menghadapi kesulitan.  Pemimpin harus  piawai dalam  merespon situasi.

K; Kudos for everyone
Saat  berhasil melewati  hal-hal buruk yang terjadi, pemimpin tetap harus  ingat bahwa orang-orang di sekitarnya tetap perlu dihargai. Sebaliknya, pemimpin harus tetap memberi apresiasi kepada orang di sekitarnya.  Hal positif sekecil apa pun, layak untuk dihargai dan di apresiasi.  Sebagian besar orang berfikir bahwa kepemimpinan hanya sebatas  bagaimana mengkritik dan mengkoreksi kesalahan, hal ini tidak tepat karena kepemimpinan yang sebenarnya adalah bagaimana menghargai orang lain saat  mereka melakukan hal yang benar.

The deeper your relationships, the stronger your leadership

Bekerjalah dengan hati, karena kita sedang berhubungan dengan manusia dan itulah the real business!.  Kalimat tersebut merupakan ringkasan umum untuk menggambarkan isi dari chapter ini. Bekerja dengan hati akan menggerakkan pikiran, perasaan dan tubuh manusia untuk terus berbicara, berjalan, hidup dan bernafas.  Bekerja dengan hati akan memancarkan energi positif, kebaikan dan keunggulan kepada setiap orang.  Bekerja dengan hati akan menjadi kekuatan yang menginspirasi secara positif bagi orang lain.

Helpfulness;
Bekerjalah dengan hati yang penuh rasa menolong.  Bekerja dengan hati yang penuh dengan rasa menolong akan membuat seseorang melakukan pekerjaan lebih dari sekedar melunaskan kewajiban atas apa yang dibayar bagi dirinya.  Hati penolong akan memunculkan sejuta manfaat bagi orang lain.  Pemimpin yang bekerja dengan hati ingin selalu menolong.  Ia akan menancapkan kata “bermanfaat” dalam DNAnya, sehingga kata itu hidup di tiap detak jantung  dan akan mampu menciptakan nilai lebih bagi lingkungan tempat di mana ia bekerja.

Understanding;
Bekerjalah dengan hati  yang saling menghormati.  Bekerja dengan hati yang saling menghormati akan membuat seorang pemimpin dapat memahami orang lain. Seseorang akan dapat memahami orang lain jika ia mau belajar  mendengar.  Saat orang merasa didengar, mereka akan merasa dipedulikan dan seakan pemimpin tersebut telah memenangi hati mereka.

Mingle;
Bekerjalah dengan hati yang terbuka.  Kadangkala seorang pemimpin lebih sering berinteraksi dengan bawahannya secara tidak langsung.   Mereka seolah-olah  berlindung di balik dinding dan email.  Sesibuk apa pun, seorang pemimpin harus berusaha menyempatkan waktu berinteraksi secara langsung dengan bawahannya.  Melalui interaksi langsung ini, ia akan lebih mengenal orang yang berhubungan dengannya dan memahami apa yang menjadi tujuan mereka.  Sebaliknya, mereka pun akan merasa nyaman dengan pemimpinnya, karena menganggap sang pemimpin telah menjadi bagian diri mereka, yang ikut memastikan tercapainya tujuan mereka.

Amuse:
Bekerjalah dengan hati yang senang.  Pemimpin yang bekerja dengan hati senang, akan memancarkan aura kebahagian bagi lingkungan kerjanya. Ia akan mengajak semua orang bekerja dengan rasa senang pula.  Hati yang senang saat bekerja akan membuat seluruh orang merasa terlibat dan menurunkan stress tiap orang yang berada di dalam organisasi tersebut.  Kondisi demikian akan memberikan konsekuensi pencapaian yang lebih dari yang diperkirakan dan ditargetkan. 

Nurturing:
Bekerjalah dengan hati yang saling menghormati dan penuh kebaikan.  Acapkali kebaikan dalam diri seseorang dianggap sebuah kelemahan.  Kebaikan seorang pemimpin sering kali dimanfaatkan orang untuk tidak konsisten mematuhi aturan yang ada.  Keseimbangan antara kelembutan dalam arti kebaikan dan kekuatan (power), akan menghindari kebaikan hati seorang pemimpin disalahgunakan.  Kunci dari kekuatan (power) adalah keketulusan.

To be a great leader, first become a great person

Gagasan pada chapter 7 buku ini sangatlah sederhana, yaitu seseorang harus mampu memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain, hal yang ditegaskan oleh Robin dalam redaksinya, ‘Lead your self first. Only then you will get to a place as a person where you can lead other people’. Sebuah ungkapan yang sangat common sense, semua orang akan sepakat kalau dikatakan bahwa memimpin diri sendiri pada kenyataannya sangatlah tidak sederhana.

Robin melalui buku ini secara gamblang ingin menyampaikan kepada para pembaca bahwa pemimpin pada akhirnya menjadi sosok yang paling diharapkan mampu memimpin perubahan dan membawa orang lain ke dalam sebuah kehidupan yang lebih baik. Menjadi lebih baik berarti merubah sesuatu dari keadaan sekarang menjadi lebih baik. Hal itu berjalan atas landasan bahwa kebaikan tidak dapat disampaikan dengan sesuatu yang buruk atau mencampurkan antara keduanya. Oleh karenanya kebaikan dan keunggulan hanya dapat disampaikan dari asal yang baik pula. Greatness on the outside begins within.

Setidaknya ada 5 (lima) aturan yang diketengahkan Robin untuk menjadi a great person sebelum kemudian secara alamiah menjadi a great leader:
1.    See Clearly
2.    Health is wealth
3.    Inspiration matters
4.    Neglect not your family
5.    Elevate your lifestyle

See Clearly
Seorang pemimpin sejati, bahkan telah menjadi pemimpin sebelum orang menyadarinya, karena pada dasarnya orang yang fokus pada kebaikan akan meyakini kebaikan yang ia jalankan sebelum orang lain meyakininya. Dalam istilah Berry Gordy Jr, dalam buku Robin, ‘A winner is a winner before he has become a winner’.  Sebuah ungkapan yang rumit namun sebenarnya sederhana. Jika seorang telah menjadi pemimpin yang baik dan unggul, ia akan tetap demikian walaupun semua orang mengingkarinya.  

Kalau dilihat dari kalimat ‘See clearly’, melihat dengan jelas, implikasinya adalah, seorang yang hebat kepribadiannya, akan mencoba untuk selalu berfikir, berkata, dan bertindak dalam kerangka dan tujuan kebaikan. Lebih jauh lagi, hal-hal tadi juga harus dibungkus dalam kemasan yang baik. Oleh karena itu, ia selalu akan mempertimbangkan segala sesuatunya dengan sangat cermat dan mencoba untuk melihat semua hal dengan sejelas-jelasnya. Hal ini penting karena setiap keputusan dan tindakan tidak hanya berdampak pada dirinya saja, namun juga orang lain di sekelilingnya. Namun demikian, manusia tidak akan pernah lepas dari kesalahan, tidak terkecuali seorang great leader. Tapi, ada hal-hal yang dapat dipelajari dari para pemimpin yang hebat, yaitu bagaimana mereka menghadapi kesalahan dan keterpurukan. Rumusnya ternyata tetap, jika seseorang fokus kepada kebaikan dan keunggulan, maka ia harus tetap memikirkan dan melakukan yang baik-baik saja.

Pemimpin harus tetap melihat ke depan, melangkah, dan meninggalkan kesalahan di belakang.  You can’t craft a superb future by remaining stuck in your past’. Pemimpin tidak dapat merangkai masa depan yang baik jika ia terhenti di masa lalu’. Semua orang besar, pada kenyataannya merangkai kesuksesan mereka di atas kesulitan dan penderitaan.

Health is Wealth
Mengapa topik kesehatan menjadi salah satu isu dan tolok ukur bagi seorang pemimpin?  Mungkin sebagian besar kita langsung tersingkir dari daftar calon great leaders, begitu baru masuk ke poin dua ini. Sangat jarang orang mengaitkan kesehatan dengan pribadi yang baik. Banyak para pemimpin yang mati karena masalah kesehatan. Bahkan banyak di anataranya yang mati muda, atau terlalu muda untuk mati. Pada dasarnya, mati bukanlah urusan yang dapat dinegosiasikan, tetapi rumus ini masih berlaku; pribadi yang unggul tidak akan melupakan prajurit pertamanya yang ia pimpin, yaitu tubuhnya sendiri.

Kesehatan seorang pemimpin menjadi sebuah faktor resiko yang besar bagi siapapun, termasuk dirinya. Robin mengingatkan, ‘If you lose your health, you lose everything’. Itu berarti jika seorang pemimpin tidak sehat atau sakit, berarti peluang terjadinya kebaikan akan banyak pula hilang.  Pemimpin sejati akan menjadi pemimpin sebelum ia menjadi pemimpin. Ungkapan yang ‘rumit’ ini dapat dijadikan alat untuk mengukur bagaimana seorang pemimpin dalam menghadapi keadaan sakit yang tidak dapat dihindari.  .

Inspiration Matter
Inspirasi ada di mana-mana dan semuanya berarti. Pribadi yang baik akan menyerap kebaikan dari siapa saja dan di mana saja. Pemimpin sudah seharusnya sabar mendengarkan kemarahan anak buahnya. Karena di sana tersimpan kejujuran dan kebenaran. Bagi seorang leader, semuanya adalah inspirasi untuk berbuat kebaikan dan keunggulan. Robin mengatakan, ‘A day without feeling inspired is a day that you have not fully lived. You need to refill your well inspiration every day because the challenges of life will drain it every day’… kita semua, saya, anda, presiden, Isaac Newton, Steve Jobs, diberikan pengalaman dan kesempatan yang sama. Namun hanya sedikit di antara manusia yang terinspirasi. Banyak sekali orang pernah melihat apel jatuh dari pohon, tapi hanya Newton yang terinspirasi menjadi rumus fisika.

Neglect not Your Family
Pemimpin yang baik, memiliki jiwa yang baik. Jika itu telah terwujud, maka kemenangan akan menjadi hal nonsense untuk dibicarakan terus menerus. Itu hanyalah sebuah keniscayaan dari kebaikan yang dilakukan dengan baik. Fokus terhadap kebaikan akan mengabaikan kemenangan dan sanjungan sebagai ikon individual. Semuanya adalah kepentingan tim.  Pemimpin akan membiarkan anak buahnya menikmati kemenangan dan kesuksesan sebagai bagian dari kesuksesan diri mereka. Karena menurut Robin, apalah artinya kesuksesan jika semuanya hanya dirasakan oleh diri sendiri?, ‘what is the point in becoming super successful but ending up all alone? A huge amount of joy can be found in cultivating beautiful relationship with your family & friends.’. Sebaliknya kegembiraan dari orang banyak dapat diperoleh dengan membina hubungan pribadi yang kuat terhadap keluarga dan teman (orang-orang di sekeliling kita).

Pemimpin besar, hampir selalu merupakan pribadi yang humanis, walaupun akan berubah menjadi seorang yang bengis di hadapan lawan-lawannya. Bahkan dalam contoh yang tidak ideal, seorang pemimpin mafia, tetap dapat membacakan dongeng sebelum tidur bagi anak kecilnya dan berusaha untuk melindungi keluarganya dari bahaya dan ancaman sebesar apapun.

Elevate Your Lifestyle
Pribadi pemimpin yang baik memiliki kehidupan yang baik, termasuk gaya hidupnya. Lifestyle adalah cara seseorang dalam menghabiskan waktu dan uangnya. Oleh karenanya, pribadi yang baik, para great leaders, juga seharusnya memiliki cara yang terbaik dalam menghabiskan waktu dan uangnya. Jika kita kembali lagi pada rumus awal, maka great person dan leader harus mampu memastikan bahwa waktu yang berlalu dan uang yang habis terpakai akan menghasilkan produk atau nilai-nilai kebaikan.

Para imam dan ulama terdahulu, saat kelemahan jiwa melanda mereka, maka mereka akan mengurung diri di kamar. Bukan untuk tidur dan terlelap, tetapi menulis buku! Sehingga tak jarang jika saat sakit mereka atau saat mereka dipenjara sekalipun, menjadi saat-saat untuk menjadi lebih produktif dalam hal tertentu. Tak heran jika banyak karya fenomenal para ulama lahir dari balik jeruji dan saat mereka merasa lemah (futhur). Mereka, para great persons dan leaders, senantiasa memiliki cara untuk memberikan sesuatu, kontribusi kebaikan kepada orang lain. ‘contribution is the ultimate purpose of work & life’.

Dan pada akhirnya Robin Sarma menutup chapther ini dengan ungkapan bahwa hidup bermanfaat adalah warisan terbesar dan mulia dari manusia. “ The great and glorious legacy of human being is to live with a purpose”.

ANALISA BUKU

Pertama kali membaca judul buku karya Robin Sharma yang berjudul The Leader Who Had No Title, saya langsung teringat tentang sebuah hadist nabi yang berbunyi; “Tiap-tiap kalian adalah pemimpin, dan tiap pemimpin akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya” (HR.Bukhari).  Saya langsung tertarik untuk membacanya.  Setelah saya membaca buku ini, ternyata banyak hal yang dibicarakan di dalam buku ini sama secara esensi dengan konsep kepemimpinan dalam Islam. 

Buku ini semakin menarik bagi saya, mengingat penulisnya adalah seorang penulis popular dan buku-bukunya menjadi best seller di dunia.  Selain itu tema yang ditawarkan pun merupakan tema yang unik dan up to date.  Isi buku ini enak untuk dibaca karena menggunakan bahasa yang ringan, sederhana dan mudah dipahami.  Sharma berusaha memudahkan pembacanya mengingat prinsip dasar dari konsep kepemimpinan yang ditawarkannya dengan penggunaan istilah-istilah yang  simple dan tiap tema, ditutup dengan kesimpulan yang dilengkapi dengan akronim.

Gaya bahasa yang digunakan Robin Sharma dengan bercerita.  Cerita pengalaman orang atau kisah nyata, selain membuat pembaca bisa menikmati bacaannya, namun juga akan mempengaruhi pembacanya untuk meyakini, bahwa ketika orang lain bisa melakukan sesuatu, maka ia pun akan bisa mengikutinya.  Cerita ringan namun inspiratif melaui cerita-cerita pengalaman orang biasa, bukan tokoh terkenal, namun mampu mengubah diri dan lingkungannya. 

Kekurangan dari buku ini adalah cerita-cerita yang cukup panjang, walaupun gaya bahasa cerita membuat pembaca asyik menikmati bacaannya, namun terkadang dapat membuat pembaca sulit memahami konsep dan teori kepemimpinan yang ada di balik kisah tersebut.  Pembaca perlu lebih berkonsentrasi atau membaca secara tuntas dan memahami intinya dengan kembali mengulang poin penting pada bab tersebut.  Selain itu, cerita dari empat orang (mentor) yang berbeda, acapkali ditemukan irisan cerita yang membuat pengulangan konsep yang dibahas.  Robin Sharma adalah orang India, yang kental dengan pemikiran ketimurannya, hal ini menjadi salah satu kelebihan tulisan Sharma yang bernuansa spiritual, di mana saat ini banyak diminati orang, namun sebaliknya, tulisan Sharma bisa menuai kritikan kurang ilmiah untuk dijadikan literatur pada kajian ilmiah, karena hal tersebut.

Buku ini direkomendasikan bagi siapa saja yang sedang memimpin, akan memimpin atau siapa pun yang yakin bahwa dirinya adalah seorang pemimpin dan harus menjadi pemimpin.  Buku ini banyak memberi inspirasi dan motivasi bagi pembacanya.  Cerita yang diangkat dari realita sehari-hari yang berisikan konsep hidup seorang pemimpin sejati, sangat berguna bagi siapa saja.

Tulisan-tulisan Sharma yang kental nuansa spiritual membuat saya tertarik untuk menganalisanya dari sudut pandang agama Islam yang saya yakini menawarkan banyak konsep kepemimpinan, yang saat ini ternyata diaplikasikan baik oleh muslim maupun non muslim.  Berikut ini, saya coba menawarkan analisa dari sudut pandang Islam dari hasil diskusi dengan beberapa teman.

Analisa dari sudut pandang Islam
Judul buku ini sejalan dengan hadist Rosululloh Muhammad SAW :
لاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ، فَالْإِمَامُ الْأَعْظَمُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَتِهِ، وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَتِهِ، وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْؤُولَةٌ عَنْهُمْ، وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْؤُولٌ عَنْهُ، أَلاَ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

"Setiap kalian adalah ra’in dan setiap kalian akan ditanya tentang ra’iyahnya. Imam a’zham (pemimpin negara) yang berkuasa atas manusia adalah ra’in dan ia akan ditanya tentang ra’iyahnya. Seorang lelaki/suami adalah ra’in bagi ahli bait (keluarga)nya dan ia akan ditanya tentang ra’iyahnya. Wanita/istri adalah ra’iyah terhadap ahli bait suaminya dan anak suaminya dan ia akan ditanya tentang mereka. Budak seseorang adalah ra’in terhadap harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Ketahuilah setiap kalian adalah ra’in dan setiap kalian akan ditanya tentang ra’iyahnya."
(HR. Al-Bukhari no. 5200, 7138 dan Muslim no. 4701 dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu 'anhuma)

Kata Ra’in memiliki makna dasarnya adalah orang yang diberi amanah atau tugas menjaga (dalam Fatul Bari), makna inilah yang diidentikkan dengan tugas pemimpin.  Setiap orang itu memiliki tugas dan amanah yang menjadi tanggung jawabnya.  Hadis ini mengisyarakan, bahwa setiap orang harus menjalankan amanahnya dengan sebaik-baiknya dan mampu memberi mashlahat bagi orang lain. 

Dalam ajaran Islam juga dikenal sebagai shaksiyah islamiyah, di mana seorang muslim seharusnya menjadi lokomotif perbaikan pada dirinya sendiri sebelum ia dapat, dengan kebaikan dirinya, mampu memperbaiki orang-orang di sekelilingnya. Al-Qur’an juga telah mengisyaratkan bahwa kemenangan dan pertolongan Allah, akan datang di saat hampir semua orang yang berjuang merasa kelelahan dan putus asa. “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Kapan datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu Amat dekat. (QS. Al Baqarah:214).

Terkait dengan pentingnya  kesehatan bagi seorang pemimpin yang diulas Sharma, Muhammad adalah contoh sempurna.  Pemimpin besar seperti Nabi Muhammad, tidak pernah mengabaikan semua hal kecuali keburukan. Dengan tubuh yang sakit, tidak mungkin seorang Muhammad mampu mengemban amanah kenabian dalam usianya yang 40 tahun. Atau tidak mungkin pula ia menjadi ‘kaisar’ dari 3 benua yang berbeda. Hampir pasti tidak mungkin ia dapat memimpin lebih dari 50 peperangan di sepanjang 20 tahun akhir hidupnya. Semuanya tidak mungkin, hanya kecuali jika ia memiliki kesehatan yang prima. Sejarah mencatat sepanjang hidupnya, ia hanya sakit 1 kali saja. Sakit yang membawa kematiannya.

Mujahid dan mujaddid Hasan Al Banna merumuskan 40 kewajiban muslim bagi aktivis dakwah. Kualifikasi aktivis dakwah menurut beliau adalah pribadi-pribadi yang baik, taat ibadah, sehat, bugar, cerdas, tangguh, dan memiliki leadership. Beliau memasukkan unsur kesehatan ke dalam 40 kewajiban muslim yang dirangkumnya tersebut.  Beliau mengatakan, “Hendaklah engkau bersegera melakukan general check up secara berkala atau berobat, begitu penyakit terasa mengenaimu. Disamping itu perhatikanlah faktor-faktor penyebab kekuatan dan perlindungan tubuh, serta hindarilah faktor-faktor penyebab lemahnya kesehatan.”  Lalu pesannya lagi, “Hendaklah engkau menjauhi sikap berlebihan dalam mengkonsumsi kopi, teh, dan minuman perangsang semisalnya. Janganlah engkau meminumnya kecuali dalam keadaan darurat dan hendaklah engkau menghindarkan diri sama sekali dari rokok”.

Hal ini diperkuat dengan hadis Rosul berikut ini;

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

Rasulullah Saw. bersabda, “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Swt. daripada orang mukmin yang lemah. Pada masing-masing memang terdapat kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan, ‘Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini dan begitu.’ Tetapi katakanlah, ‘lni sudah takdir Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya.’ Karena sesungguhnya ungkapan kata 'law' (seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan setan.’” (HR. Muslim, Ibnu Majah dan Imam Ahmad)

Terkait dengan sifat-sifat dan karakter yang harus dimiliki seorang pemimpin , berikut beberapa ayat Al Qur’an, hadis dan kisah yang menggambarkan tentang karakteristik pemimpin tersebut.

a.    Terdapat kisah seorang pemimpin yang shaleh, Ali bin Husen, yang sekuat tenaga menahan amarahnya saat
budak wanitanya menjatuhkan kendi hingga pecah berantakan saat ia menuangkannya pada sang majikan untuk berwudhu. Budak wanita itu berkata, "Allah SWT telah berfirman:
والكاظمين الغيظ  "Dan orang-orang yang menahan amarahnya". (Q.S Al Imran: 134) Ali bin Husen menjawab : "Aku telah menahan amarah itu". Kemudian budak itu berkata pula:  Allah SWT berfirman:
والعافين عن الناس  "dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) manusia" (Q.S Al Imran; 134) Dijawab oleh Ali bin Husen: "Aku telah memaafkanmu" Akhirnya budak itu berkata lagi: Allah juga berfirman:
والله يحب المحسنين  "dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan" (Q.S Ali Imran: 134) Ali bin Husen menjawab: "Pergilah kamu karena aku telah memerdekakanmu”.

Seorang budak yang berbuat kesalahan konyol sekalipun, mampu menjadi sumber inspirasi bagi seorang leader untuk melakukan kebaikan yang terbaik. (ethics)
           
b.    Para imam dan ulama terdahulu, saat kelemahan jiwa melanda mereka, maka mereka akan mengurung diri di
kamar. Bukan untuk tidur dan terlelap, tetapi menulis buku.  Sehingga tak jarang jika saat sakit mereka atau saat mereka dipenjara sekalipun, menjadi saat-saat untuk menjadi lebih produktif dalam hal tertentu. Tak heran jika banyak karya fenomenal para ulama lahir dari balik jeruji dan saat mereka merasa lemah (futhur). Mereka, para great persons and leaders, senantiasa memiliki cara untuk memberikan sesuatu, kontribusi kebaikan kepada orang lain. ‘contribution is the ultimate purpose of work & life’. (Adversity Breeds Opportunity)
           
c.    Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).
Bekerjalah dengan hati yang penuh penolong agar kamu bermanfaat, maka kamu akan melakukan pekerjaan lebih dari sekedar melunaskan kewajiban atas apa yang telah dibayarkan kepadamu. “ Installah kata “bermanfaat” dalam DNAmu sehingga ia hidup di tiap detak jantungmu dan kita akan mampu menciptakan nilai lebih bagi lingkungan kita”. (Helfpulness)

d.    “Sesungguhnya Allah telah memberi wahyu kepada Aku yang memerintahkan supaya kamu semua bersifat
tawadhu sehingga tidak ada seseorang pun merasa dirinya megah (lebih bangga diri) dari orang lain dan tidak boleh seseorang itu menzalimi dan melampaui batas terhadap orang lain”(Riwayat Muslim). Bekerjalah dengan hati  yang saling menghormati agar kamu dapat memahami orang lain. Ketika dirimu mau belajar ‘mendengar’, mereka akan merasakan kepedulianmu  dan  dirimu telah memenangi hati mereka (Understanding)

e.    “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan, dan Kami menjadikan
kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling bertaqwa di sisi Allah (QS al-Hujurat:13).  Bekerjalah dengan hati yang terbuka, hindari berlindung di balik dinding dan email, agar kamu mengenal orang yang berhubungan denganmu dan memahami apa yang menjadi tujuan mereka. Dan mereka akan merasa nyaman denganmu karena dirimu menjadi bagian yang ikut memastikan tujuan mereka tercapai.  (Mingle)

f.      Bekerjalah dengan hati yang senang dan ajaklah orang-orang di sekitarmu untuk bersenang-senang karena
dengan hati yang senang maka keterlibatan dan stress rendah orang-orang yang berada di dalam organisasi kita akan memberikan konsekuensi  pencapaian yang lebih dan lebih dari yang diperkirakan. (Amuse)

  • g.    “Tidak beriman di antara kamu sebelum kamu mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri.” (hadist).
Bekerjalah dengan hati yang saling menghormati dan penuh kebaikan, karena kebaikan bukanlah sebuah kelemahan.  Seimbangkan kelembutan dan kekuatan di satu waktu yang sama.  Ketulusan merupakan kekuatan. (Nurturing)

KESIMPULAN
Buku The Leader Who Had No Title berisikan cerita tentang seorang laki-laki yang bekerja di sebuah toko buku yang bernama Blake.  Blake sempat mengikuti wajib militer beberapa tahun di Vietnam.  Pengalaman wajib militer ini membawa trauma sendiri pada dirinya, hingga ia bertemu dengan teman ayahnya, yaitu Tommy.  Tommy lah yang pada akhirnya mampu mengobati trauma Blake melalui perjalanan mereka bertemu dengan 4 mentor luar biasa, yang mengajarkannya 4 prinsip kepemimpinan.  Ke- 4 prinsip tersebut adalah;
  1.  IMAGE; (I)nnovation, (M)astery, (A)uthenticity, (G)uts, (E)thics
  2. SPARK; (S)peak with Candor, (P)rioritize, (A)dversity Breeds Opportunity, (R)espond Versus React, (K)udos for Everyone
  3. HUMAN; (H)elpfulness, (U)nderstanding, (M)ingle, (A)muse, (N)urturing
  4. SHINE; (S)ee Clearly, (H)ealth Is Wealth, (I)nspiration Matters, (N)eglect Not Your Family, (E)levate Your Lifestyle
Setiap orang adalah pemimpin, dengan atau tanpa jabatan.  Setiap orang bisa disebut pemimpin ketika ia telah melakukan sesuatu dengan sepenuh hati dan kesungguhan serta berusaha mempersembahkan yang terbaik yang bisa dipersembahkannya.  Seorang pun telah menjadi pemimpin, pada saat apa yang dilakukannya itu memberi pengaruh, inspirasi, motivasi dan mampu menggerakkan orang lain. 
Siapa pun harus menjadi pemimpin.  Konsep kepemimpinan dalam buku ini, tidak identik dengan orang yang berdiri di barisan paling depan dengan otoritas memerintah orang lain.  Pemimpin yang dimaksud buku ini, adalah orang yang berdiri di mana saja, di depan, tengah barisan atau di belakang sekali pun.  Pemimpin adalah seseorang , di mana ia, apa pun jabatannya, berapa pun pengikutnya, yang terpenting adalah sejauh mana ia memberi manfaat bagi orang lain.  Pada akhirnya, misi dari isi buku ini adalah, mengarahkan pembaca bahwa SEORANG PEMIMPIN TIDAK HARUS MEMILIKI GELAR.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan masukan komentar Anda

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...